Satu minggu sudah berlalu, pasangan suami istri yang sempat menghebohkan dunia maya serta dunia nyata tentang kemegahan pesta pernikahan mereka yang dilangsungkan disalah satu hotel berbintang milik sang pengantin laki-laki.Mereka adalah Ali dan Prilly, yang sekarang sedang berdebat tepatnya Ali yang selalu mempermasalahkan pakaian yang dikenakan oleh istrinya.
"Ya Tuhan Mas! Berapa kali lagi aku harus mondar mandir ke kamar mandi hanya untuk berganti pakaian?" Marah Prilly yang nyaris gila karena sikap kekanakan suaminya.
Ali yang sudah siap dengan pakaian kerja serta jas yang membungkus rapi tubuhnya hanya mencibir ketika ia dimarahi oleh istrinya.
"Ya kan Mas nggak mau betis kamu kemana-mana." Jawabannya dengan wajah cemberut.
Terdengar helaan nafas Prilly sebelum benar-benar mengamuk pada suaminya lebih baik ia segera menegangkan blazer hitam kesayangannya.
Hari ini mereka ada meeting terakhir mengenai proyek yang dipegang oleh Ali. Proyek itu sudah rampung 100 persen dan ini meeting terakhir mereka dengan pihak klien sebelum resort yang mereka bangun diresmikan.
Ali hanya bisa pasrah saat melihat wajah istrinya yang sama sekali tidak bersahabat. Prilly sudah siap dengan pakaian kerjanya juga tas hitam yang selama ini menemaninya.
"Ayok!" Ajaknya pada sang suami yang masih betah menatapnya dengan wajah cemberut.
Prilly sudah melangkah keluar dari kamar namun kembali lagi saat tidak mendapati suaminya mengikuti dirinya.
"Kenapa lagi Mas?" Tanyanya berusaha sabar. Suaminya ini semakin hari semakin ada-ada saja tingkahnya.
"Kamu marah sama Mas jadi Mas nggak mau kerja!" Protes Ali dengan wajah semakin manyun tidak jelas.
"Aku nggak marah sama Mas." Prilly terlihat memaksakan senyumannya, ia harus segera membujuk suaminya jika tidak mereka akan terlambat ke kantor.
Ali sendiri masih setia memperlihatkan wajah cemberutnya pada sang istri berharap Prilly membujuknya dan benar saja begitu melihat Prilly melangkah mendekati dirinya senyuman pria itu sontak terukir meskipun sekuat tenaga ia tahan.
"Ayok Sayang!" Ajak Prilly mengulurkan tangannya kearah sang suami.
Ekspresi wajah Ali sontak berganti. "Cium dulu." Rengeknya begitu manja.
Cup!
"Disini belum." Ali menunjuk pipi sebelah kanannya.
Cup!
"Yang ini."
Cup!
"Ini."
Cup!
"Ini." Dengan wajah penuh senyuman Ali menunjuk nyaris seluruh wajahnya supaya dicium oleh istrinya.
Dan yang terakhir Prilly memberikan kecupan dengan sedikit gigitan di bibir suaminya.
Cup!
"Udah kan?" Tanya Prilly masih berusaha sabar menghadapi sifat kekanakan suaminya.
Dengan wajah ceria diikuti senyuman lebarnya Ali menganggukkan kepalanya lalu beranjak sambil menggenggam tangan istrinya.
"Ayok Sayang! Kita harus semangat bekerja supaya nanti anak-anak kita bisa hidup tentram damai bahagia sentosa." Celoteh Ali sambil mengusap lembut perut rata istrinya.
Prilly yang sempat kesal dengan suaminya kini berhasil tertawa melihat kelucuan sang suami. Wajah Ali begitu menggemaskan sekarang hingga Prilly tidak tahan untuk tidak meraih wajah suaminya lalu menghujani wajah tampan Ali dengan ciuman basahnya.
Ali memekik kegirangan saat mendapatkan kecupan bertubi-tubi dari sang istri. Ah, indah sekali pagi ini.
*****
"Jadi Mas mau buka usaha sama Abang Ali?"
Samuel menganggukkan kepalanya. "Sama Abang kamu juga." Jawabnya sambil melahap makan siang yang dibawakan oleh tunangannya.
Anaya dan Samuel sudah bertunangan namun mereka masih menunda pernikahan karena Anaya masih harus menyelesaikan pendidikannya.
Anaya yang ingin menyendokkan nasi ke dalam mulutnya seketika berhenti. "Si Bram ikut juga?" Tanyanya yang dibalas anggukan kepala oleh Samuel.
"Jangan begitu Sayang. Biar bagaimanapun Bram tetap Abang kamu jadi kamu harus menghormatinya." Tegur Samuel lembut.
Anaya sontak mendengus tak terima dengan nasihat tunangannya. "Males banget! Mana ada Abang yang bisa-bisanya bercumbu didepan Adiknya sendiri." Anaya mulai mengeluarkan kekesalannya saat kembali mengingat bagaimana tingkah bajingan Kakak kandungnya itu.
Beberapa hari lalu, Bram kembali ke kediaman mereka dengan membawa seorang wanita yang pria itu akui sebagai kekasihnya namun Anaya tetap tidak percaya karena selama ini Bram tidak pernah benar-benar serius memacari seorang wanita. Pria itu hanya memanfaatkan wanita-wanita yang menyukainya hanya untuk kepuasannya semata.
Dan kala itu Bram dengan pasangannya itu bercumbu panas diatas sofa tanpa menghiraukan Anaya yang sedang menonton televisi disana. Ketika Anaya tegur, Bram jutsru memarahinya dan kembali melanjutkan perbuatan maksiatnya.
Sejak hari itu, Anaya tidak sudi lagi memanggil Bram dengan panggilan Abang karena menurut Anaya tidak ada seorang Abang atau Kakak yang semenjijikan Bram, jadi pantaslah Anaya memanggil Bram dengan panggilan nama saja.
"Tapi tetap saja kamu harus menghormati Bram Sayang." Samuel mengusap lembut kepala Anaya.
"Udah ah, bahas pria itu mood Anaya jadi kacau!" Marah Anaya yang sudah tidak lagi mood melanjutkan sarapannya.
"Udah iya, nggak Mas bahas lagi. Sekarang kamu lanjut makan ya?" Samuel balik membujuk kekasihnya.
Anaya masih memasang wajah kesalnya namun ekspresi itu seketika berubah saat melihat panggilan telepon dari Prilly, Mbak kesayangannya.
"Halo Mbak Prilly!" Sapa Anaya dengan penuh keceriaan, padahal beberapa menit yang lalu gadis itu sedang merajuk pada tunangannya.
Samuel tampak terkekeh geli melihat perubahan mood calon istrinya itu. Pengacara tampan itu kembali melanjutkan makannya membiarkan sang pujaan hati berbicara dengan istri sahabatnya.
Anaya tampak begitu asyik berbincang dengan Prilly sampai Samuel menghabiskan nasinya gadis itu masih berbincang dengan ponsel tertempel di telinganya.
Akhirnya, Samuel berinisiatif untuk menyuapi istrinya. Anaya sontak menoleh lalu tersenyum lebar menatap Samuel. "Makasih calon suami." Ucapnya dengan gerakan bibir tanpa suara namun Samuel mengerti apa yang Anaya katakan.
Pria itu mencuri satu kecupan di sudut bibirnya yang membuat senyuman Anaya mengembang semakin lebar.
"Oke Mbak. Nanti Naya kasih tau Mas Samuel ya." Anaya terlihat menganggukkan kepalanya beberapa kali sebelum panggilan terputus.
"Kenapa?" Tanya Samuel yang masih setia menyuapi Anaya. Dengan senang hati Anaya membuka mulutnya.
"Mbak Prilly ngundang kita untuk acara peresmian resort sekaligus perayaan keberhasilan proyek pertama Bang Ali." Jelas Anaya yang dijawab anggukan kepala oleh Samuel.
"Bram nggak ikut?" Tanya Samuel yang dibalas kedikan bahu oleh Anaya.
"Perduli amat!" Ketusnya sambil membuka mulut lebar-lebar meminta Samuel menyuapinya lagi.
Samuel hanya menghela nafasnya, sepertinya Bram benar-benar dalam masalah kali ini. Jika Anaya memusuhinya maka ia juga pasti akan dilarang Anaya untuk tidak menjumpai Bram terlalu sering.
"Mas pikir-pikir lagi deh buat buka usahanya. Kalau sama Abang Ali aja Naya setuju tapi kali teman Mas yang lain itu ikutan mending jangan." Kembali Anaya berseru. "Takutnya usaha kalian bangkrut gara-gara teman Mas asik maksiat terus." Lanjutnya yang hanya dibalas helaan nafas panjang Samuel.
Ada-ada saja memang tingkah si Bram itu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss : After Wedding
RomanceLanjutan dari cerita MY BOSS, Insyaallah ceritanya gak kalah seru kok.. jadi langsung baca aja yaaa.. Jangan lupa vote dan komennya sayang-sayangku..