Bab 8

1.1K 170 11
                                    

Saat Prilly bersama Ibu mertua serta Bagas dan keluarga sedang menyantap makan siang tiba-tiba Ali datang dengan wajah penuh peluh.

Santi menatap putranya heran. "Jalan kaki kamu kesini?" Ejeknya saat melihat pakaian yang putranya kenakan sedikit basah.

Ali menatap Ibunya jengkel namun ia memilih untuk tidak memberikan perlawanan untuk kali ini karena ada keluarganya yang lain disana. Tiara sontak beranjak dari kursinya lalu berjalan menghampiri Ali dengan penuh senyuman.

"Aduh keponakan Tante makin hari makin ganteng aja kamu." Seru Tiara sambil memeluk Ali.

Ali membalas pelukan Tiara singkat lalu mendorong pelan tubuh Tantenya itu. Ali tidak nyaman dipeluk orang lain takutnya badan Ali gatal-gatal.

"Terima kasih Tante." Jawab Ali singkat, tatapan pria itu hanya tertuju pada sosok perempuan yang menyandang gelas istrinya yang sejak ia datang hanya fokus pada makanan di piringnya.

Prilly sama sekali tidak menyapa suaminya. Dan hal itu tidak luput dari mata Santi, wanita itu yakin terjadi sesuatu antara putra dan menantunya.

"Ali duduk sana! Kamu belum makankan?" Santi sengaja mengeraskan suaranya supaya Tiara sadar dan segera kembali ke kursinya. Santi mulai sakit mata melihat senyuman Tiara pada putranya yang jelas sekali terlihat tidak tulus.

Tiara selalu seperti ini jika bertemu dengan Ali atau Andre, sok akrab.

Ali segera beranjak menghampiri istrinya. "Mas belum makan Sayang." Kata Ali yang akhirnya berhasil menarik atensi Prilly hingga menoleh menatap dirinya.

"Mau makan apa?" Tanyanya datar. Prilly tidak terlihat memusuhi suaminya namun Ali yang sudah sangat mengenal karakter istrinya jelas tahu jika saat ini Prilly sedang dalam mood yang buruk.

"Sama suami harus manisnya sikapnya jangan judes begitu. Diambil orang suaminya baru tahu!" Celetuk Tiara yang membuat Santi serta Ali serempak menoleh kearahnya memberikan tatapan menegur namun sayangnya Tiara tampak biasa saja sama sekali tidak merasa jika perkataannya barusan sungguh tidak tepat.

"Kan Mbak sudah bilang San daripada yang ini mending mantan Ali yang kemarin. Siapa namanya Li?" Tiara justru semakin memperkeruh situasi diantara Ali dan Prilly.

"Ma mending kamu diam jangan ngomong terus! Makan saja." Tegur Bagas yang ikut merasa tidak enak pada keluarga Ali.

Tiara sontak memelototi suaminya hingga Bagas terdiam dan tertunduk tak berdaya. Melly dan Kelly, putri mereka juga tampak tak senang mendengar suara Ayahnya hingga keduanya serempak mendengus kesal kearah sang Ayah.

Prilly sendiri mulai merasakan kesabarannya sudah semakin menipis, sejak tadi Tiara terus saja membandingkan dirinya dengan mantan suaminya yang bahkan dia sendiri tidak tahu siapa dan bagaimana wujudnya.

"Benar kata Om Bagas mending Tante Tiara diam dan makan saja." Kali ini Ali yang bersuara. Ia tidak suka ada yang mengungkit-ungkit masa lalunya terlebih dihadapan wanita yang sudah ia nikahi apalagi sampai membandingkan Prilly istrinya dengan perempuan masa lalu yang sudah Ali lupakan.

"Mas mau makan apa?" Prilly mengulang pertanyaan yang sama sekaligus menyudahi suasana tidak enak di meja makan.

"Apa saja Sayang kalau kamu siapin Mas lebih senang lagi." Ali mengusap lembut kepala istrinya. Prilly menganggukkan kepalanya lalu menyendokkan nasi di dalam piringnya dan mulai menyuapi suaminya.

Prilly memang sedang dalam mood buruk tapi ia tidak akan tega menolak keinginan suaminya. Santi yang sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya diam-diam mengukir senyum, ia kembali mengucapkan syukur karena Tuhan menjodohkan putranya dengan sosok wanita sebaik Prilly, menantu kesayangannya.

*****

"Kamu istirahat aja dulu di kamar Mas." Prilly baru saja keluar dari kamar mandi yang ada di ruang keluarga saat Ali tiba-tiba berjalan menghampiri dirinya.

Santi yang masih melayani Bagas dan keluarganya serempak menoleh menatap pasangan suami istri itu.

"Iya Nak. Kamu istirahat dulu nanti agak sorean aja balik kantor." Santi ikut bersuara namun seperti biasa Tiara tidak ingin mengalah hingga wanita itu juga ikut memberi komentar. "Iya kamu kan menantu kesayangan jadi bebas mau masuk kantor kapan saja."

"Mbak! Jangan keterlaluan begitu kalau ngomong. Menantu saya bukan karyawan seperti itu lagian kan Mbak nggak tau apa-apa perihal urusan perusahaan suami saya jadi lebih baik Mbak diam saja! Saya tidak suka jika ada yang menjelekkan menantu saya!" Akhirnya Santi mengungkapkan kekesalannya pada sepupu suaminya itu.

Tiara menatap Santi sinis namun mulutnya sontak bungkam. "Tante gimana kalau Tante bujuk Om Andre biar Melly dan Kelly bisa kerja di AN Grup." Tiba-tiba putri Tiara berceletuk.

Santi menoleh menatap dua keponakannya dengan senyuman kecil. "Maaf Sayang, kalau mau kerja disana kalian harus berusaha dan ngikutin prosedur yang ada. Tante tidak suka main orang dalam soalnya." Jawab Santi lembut namun cukup menyentil hingga kedua putri Tiara sontak terdiam.

Prilly dan Ali hanya menonton saja sampai akhirnya Ali meraih tangan istrinya lalu mengajak Prilly naik menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Prilly masih bungkam bahkan sampai mereka tiba di dalam kamar wanita itu tetap saja bungkam.

"Habis ini kita ada meeting nggak Sayang?" Ali berusaha mencairkan suasana antara dirinya dan sang istri.

Prilly menoleh menatap suaminya lalu menggeleng pelan. Tugas terakhir Ali hanya menghadiri peresmian resort nanti selebihnya pria itu sudah tidak memiliki kewajiban apapun di AN Group sementara Prilly masih tetap harus bekerja karena masih terikat kontrak namun hari ini jadwalnya sedikit renggang karena Andre selaku Bos besar sedang ada pekerjaan diluar kota.

Semenjak Prilly resmi menjadi menantunya, Andre tidak lagi membawa Prilly ketika ada pekerjaan diluar kota karena ia tahu putranya pasti tidak akan membiarkan istrinya pergi, jadi Andre akan berangkat bersama orang kepercayaannya yang lain seperti hari ini.

"Kamu marah sama Mas?" Akhirnya Ali memberanikan diri bertanya.

Prilly tak langsung menjawab wanita itu terlebih dahulu meletakkan tasnya lalu membuka blazer yang membungkus tubuhnya. Kini Prilly hanya mengenakan tanktop putih dengan rok span selutut kebanggaannya.

"Aku nggak marah cuma aku nggak suka sama teman kamu! Caranya ngerendahin aku benar-benar ngebuat aku muak!" Ungkap Prilly secara gamblang. Setelah kejadian di restoran tadi Prilly seperti terlempar kembali ke masa dimana Bram dengan entengnya mengatakan pada Ali untuk meniduri dirinya supaya rasa penasaran suaminya kala itu terpuaskan.

Benar-benar kurang ajar sekali sahabat suaminya itu.

Ali tampak menghela nafasnya. "Mas mengerti Sayang." Jawabnya sambil beranjak mendekati istrinya. Ali memeluk tubuh mungil istrinya dari belakang. Keduanya sama-sama terdiam dengan mata lurus kedepan, dari kamar Ali mereka bisa melihat taman belakang yang ditanam aneka macam bunga oleh Santi.

Prilly menyukai kamar Ali dan sepertinya ia akan betah jika kapan-kapan mereka menginap disini.

"Bram memang keterlaluan sekali hari ini. Sebagai sahabat Mas mewakili Bram minta maaf sama kamu ya?" Bujuk Ali pada istrinya.

Prilly menatap sekilas suaminya yang tampak begitu nyaman menyenderkan dagunya di bahu kirinya. "Mas nggak salah kalaupun ada yang harus minta maaf ya teman Mas itu bukan Mas!" Tegas Prilly sambil mengusap sekilas pipi suaminya.

"Iya Sayang nanti Bram pasti akan minta maaf sama kamu."

"Nggak peduli juga aku sama teman kamu itu Mas! Mau minta maaf atau nggak ya bodo amat!" Ketus Prilly yang justru terlihat begitu menggemaskan hingga membuat Ali tidak tahan untuk tidak mengigit istrinya.

Jadilah, kamar Ali dipenuhi teriakan Prilly yang begitu memekakkan telinga. "MAS KENAPA BAHU AKU KAMU GIGIT? SAKIT MAS!!"

*****

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang