Bab 3

1.4K 197 12
                                    


Prilly tidak bisa menahan debaran jantungnya yang mendadak terasa begitu kencang dan menyakitkan. Kedua tangannya terkepal disisi tubuhnya. Prilly terus berusaha untuk tenang, ia berbisik pada dirinya sendiri jika pria itu tidak akan menyadari keberadaan dirinya.

Prilly juga semakin menempelkan tubuhnya pada dinding lift, dengan kepala menunduk dalam sebisa mungkin ia berusaha supaya Pras tidak menyadari keberadaan dirinya di dalam lift itu.

"Dengar-dengar tadi malam di hotel ini baru saja dilangsungkan pernikahan putranya Pak Andre Nasution." Seorang wanita yang berdiri didepan Prilly memulai pembicaraan dengan temannya.

"Iya dan katanya pesta pernikahan mereka menjadi salah satu pernikahan dengan dekorasi paling mewah dan megah."

"Beruntung sekali yang menjadi menantu kesayangan pasangan konglomerat itu." Sahut temannya yang lain.

"Iya padahal kalau dilihat-lihat perempuan yang dipilih oleh putra konglomerat itu bukan dari kalangan atas bahkan dengar-dengar perempuan itu hanya seorang karyawan biasa yang kebetulan bekerja di perusahaan Pak Andre." Beberapa perempuan itu tampak begitu asyik menggosipkan Prilly tanpa dasar jika perempuan yang mereka gosipkan berada tepat di belakang mereka.

Prilly sendiri tidak tahu harus senang atau sedih atas hinaan yang begitu lancar mereka bicarakan ini. Ia memang dari kalangan biasa tapi dia bukan karyawan biasa, Prilly adalah salah satu orang kepercayaan Andre Nasution, gajinya saja perbulan mencapai puluhan juta.

Meskipun gaji itu hanya ia rasakan sebagian kecilnya saja karena sebagian besarnya selalu ia kirimkan ke Ibu dan Adiknya.

Perempuan didepan Prilly ini begitu asyik bergosip sampai akhirnya pintu lift terbuka. Prilly segera menerobos orang-orang didepannya ia harus segera keluar dari lift sebelum pria itu menyadari keberadaannya.

"Eh! Pelan-pelang dong Mbak!" Tegur wanita yang sempat terdorong karena Prilly memaksa keluar bahkan sebelum pintu lift benar-benar terbuka.

Prilly tidak menghiraukan sama sekali teriakan wanita itu ia segera berlari menuju kamarnya.

"Ck! Dasar perempuan aneh." Umpat wanita yang meneriaki Prilly tadi.

Pria yang sempat terdorong karena Prilly juga tampak memperhatikan punggung Prilly meskipun wanita itu sudah menghilang di ujung lorong.

Kening pria itu tampak berkerut, ia seperti mengenali punggung kecil itu tapi dimana. Pria itu tampak mengingat-ingat dimana kiranya ia pernah melihat gadis itu.

Kenapa ia tidak menyadari jika gadis itu berada di dalam lift yang sama dengannya? Jika melihat wajahnya mungkin ia akan mengenalinya langsung.

"Mas mau keluar disini atau lanjut ke lantai atas?" Tanya wanita yang berdiri disebelahnya.

"Ah saya mau ke lantai atas." Pria itu baru sadar jika sejak tadi ia berdiri tepat didepan pintu lift.

Setelah pria itu kembali ke tempatnya pintu lift kembali tertutup. Suasana di dalam lift kembali hening namun tidak dengan pria itu, otaknya secara terus menerus memutar bayangan punggung kecil wanita yang baru saja ia lihat.

Siapa perempuan itu?

*****

Prilly membuka pintu kamarnya dengan tangan gemetar. Setelah memasuki kamarnya ia kembali menutup pintu dengan tubuh yang seketika meluruh di belakang pintu. Prilly tidak bisa lagi merasakan kekuatan di kedua kakinya, seluruh tubuhnya seperti lumpuh dan tidak bisa digerakkan.

Prilly mulai merasakan nafasnya yang memberat, ia seperti sesak namun Prilly berusaha untuk terus mengontrol perasaanya, ia tidak boleh kalah dengan traumanya.

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang