Bab 14

924 141 8
                                    


Tak terasa usia pernikahan Ali dan Prilly sudah memasuki bulan ke 2 dan sepanjang mengarungi bahtera rumah tangga, keduanya tampak sama-sama akur meskipun sesekali keduanya terlibat dalam pertengkaran yang terkadang membuat Ali harus mengalah begitupun sebaliknya tak jarang Prilly juga memilih mengalah demi suaminya.

"Bagaimana usaha kamu sama teman kamu Mas?" Pagi ini mereka sedang menyantap sarapan nasi goreng ikan asin yang Prilly buatkan sesuai dengan request suami tercinta.

Ali terlihat begitu bernafsu menyantap nasi goreng di dalam piringnya. "Udah mulai ada titik temunya Sayang." Jawab Ali dengan mulut penuh. Prilly menyeka sudut bibir suaminya yang tampak belepotan. "Pelan-pelan makannya Mas." Tegur Prilly yang hanya dibalas cengiran oleh Ali.

"Jadi kalian udah beneran fix mau buka usaha di bidang periklanan?" Tanya Prilly lagi. Akhir-akhir ini mereka sama-sama terlibat kesibukan di pekerjaan masing-masing sehingga waktu mereka untuk bercerita keseharian masing-masing sangat berkurang.

Prilly sedang disibukkan dengan proyek baru yang dipegang langsung oleh mertuanya sedangkan Ali pria itu juga tak kalah sibuk dengan usaha barunya yang akan segera ia resmikan.

"Iya Sayang. Target pasarannya kelas atas tapi." Jelas Ali yang dijawab anggukan kepala oleh Prilly.

Ali memang membuka usaha periklanan bersama Bram minus Samuel pengacara itu memilih untuk tidak ikut berpartisipasi karena firma hukumnya akhir-akhir ini juga sedang mendapat banyak kasus yang memaksa Samuel mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya disana.

Jadi, daripada ia keteteran lebih baik Samuel memilih untuk fokus pada pekerjaannya yang sekarang saja. Selain itu, Anaya tunangannya juga melarang dirinya bergabung karena ada Bram disana, hubungan kakak beradik itu sampai detik ini memang belum membaik.

Semakin hari Bram semakin egois saja begitupula Anaya semakin dikerasi oleh Bram gadis itu semakin keras kepala saja, sehingga tidak ada yang mengalah sampai akhirnya hubungan mereka semakin hari semakin merenggang.

"Aku akan dukung apapun usaha kamu Mas." Ucap Prilly pada suaminya. Sejujurnya, Prilly sedikit tidak nyaman karena keberadaan Bram namun ia memilih untuk menyimpan semua rasa tidak nyaman itu pada dirinya sendiri.

Prilly tidak ingin memadamkan semangat suaminya yang terlihat begitu gigih memperjuangkan usahanya.

"Terima kasih Sayang. Mas benar-benar beruntung miliki kamu di dalam hidup Mas." Ali menggenggam lembut tangan mungil istrinya.

"Sama-sama Mas. Terima kasih juga karena sudah memilih aku menjadi bagian hidup kamu." Balas Prilly tak kalah manis.

Ali mengecup punggung tangan istrinya beberapa kali sebelum kembali melanjutkan sarapannya. "Enak sekali masakan kamu Sayang. Nanti malam masakin sup iga dong." Mohon Ali dengan mata mengerjap polos kepada istrinya.

Tawa Prilly kembali terdengar. "Baiklah. Aku akan pulang cepat untuk menyiapkan sup iga terenak untuk suamiku tercinta."

"Wah! Terima kasih Sayang." Seru Ali sambil beranjak dari kursinya menghampiri Prilly lalu memeluk tubuh istrinya dengan erat.

Tawa keduanya kembali terdengar saat Ali dengan isengnya mengigit leher serta telinga sang istri. Ali sudah sangat hafal titik sensitif sang istri sehingga ia terlihat begitu lihat membuat istrinya tertawa sekaligus mendesah diwaktu bersamaan.

*****

"Jadi kita sudah putuskan untuk menjadikan gedung di pusat kota sebagai kantor kita." Ali memilih gedung pribadi milik Ibunya sebagai tempat usahanya. Ali membayar sewa pada Ibunya, pria itu benar-benar memulai usahanya dari nol.

Bram tampak menganggukkan kepalanya. "Boleh. Gue setuju, gedung itu juga dekat sama apartemen teman gue." Ujar Bram sambil melihat-lihat gambar gedung yang ada di iPad milik Ali.

Kening Ali tampak berkerut saat mendengar perkataan Bram. "Maksud lo teman lo yang mana?"

Bram menoleh menatap Ali lalu tersenyum misterius. "Nanti malam gue kenalin sama lo sekalian lo ajak Prilly buat makan malam bersama nanti." Ali semakin kebingungan karena Bram tiba-tiba mengajaknya makan malam padahal mereka tidak memiliki janji untuk itu.

"Sorry Bram. Nanti malam gue cuma mau makan masakan istri gue." Tolak Ali yang sontak membuat ekspresi wajah Bram berubah, inilah alasan mengapa ia sangat tidak menyukai istri temannya itu.

Ali terlalu terikat dengan perempuan itu.

"Ck! Di restoran juga ada sup Li tenang aja nanti gue pesan yang paling enak buat lo." Suara Bram terdengar jengkel ketika berbicara dengan temannya.

Ali tidak terlalu menghiraukan perkataan Bram, pria itu memilih sibuk dengan iPadnya bahkan ketika menjawab, Ali sama sekali tidak menatap Bram yang sedang menatap kesal kearahnya.

"Mau chef dari planet lain pun gue tetap milih masakan istri gue. Buat gue masakan istri gue yang paling best di dunia ini."

"Najis lo!" Maki Bram yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Ali. Pria itu justru semakin memuji istrinya yang membuat kebencian Bram pada Prilly semakin bertambah.

Jika tidak mengingat Ali adalah sahabatnya mungkin sudah sejak kemarin ia menendang Prilly dari kehidupan sahabatnya ini. Benar seperti kata Adelia jika wanita yang dinikahi oleh Ali benar-benar membawa pengaruh buruk untuk persahabatan mereka.

"Berati sudah selesaikan? Gue cabut duluan."

"Lo mau kemana?" Bram tidak tahan untuk tidak bertanya.

Ali yang sedang memasukkan berkas-berkas yang berisi surat-surat tentang bisnis mereka ke dalam tas miliknya menjawab tanpa menatap sahabatnya. "Ke kantor bokap gue."

"Ngapain? Bukannya lo udah resign dari AN grup?" Bram benar-benar terlihat penasaran kenapa Ali tiba-tiba ingin ke kantor Ayahnya.

"Biasa kangen bini gue!" Sahut Ali dengan kekehan gelinya. Ia tidak berbohong, tiba-tiba saja ia ingin membaui aroma tubuh istrinya dan keinginannya itu sama sekali tidak dapat ia bendung.

Ali benar-benar merindukan istrinya.

Decakan tak suka dari mulut Bram kembali terdengar namun lagi-lagi Ali tidak memperdulikan ketidaksukaan sahabatnya. Menurutnya, Bram hanya sedang iri pada kebahagiaan yang sedang ia rasakan.

"Oke gue cabut duluan." Ali menepuk pelan pundak Bram lalu benar-benar beranjak meninggalkan Bram yang menatap kepergiannya dengan tatapan penuh kekesalan.

"Benar-benar menyebalkan perempuan itu!" Dumel Bram dengan kedua tangan terlihat mengepal kuat. "Lebih baik Ali bersama Adelia daripada bersama perempuan itu!" Lanjut Bram masih dengan tatapan tajamnya.

Tapi jika Adelia bersama Ali lalu dia akan bersama siapa?

*****

Yang mau beli pdf bisa chat ke wa yaa
+62 821-6196-6480, jangan inbox karena jarang banget dibuka. Kasihan pada ketinggalan promo terus gara2 pesannya gak aku baca.



My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang