Bram kembali lebih awal kerumahnya malam ini. Ia berniat memberi pelajaran pada Anaya yang sudah begitu berani melawan dirinya hari ini.
"ANAYA!"
"ANAYA!"
Bram terus berteriak memanggil Adiknya. Sambil berjalan cepat menuju kamar Anaya. Dengan kasar ia membuka pintu kamar Anaya bertepatan dengan Anaya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Ngapain lo ke kamar gue?" Marah Anaya sambil menyembunyikan dirinya kembali ke dalam kamar mandi.
Wajah Bram terlihat memerah menatap Adiknya dengan penuh kekesalan. "Maksud lo apa tadi siang hah? Lo cuma bocah ingusan jadi jangan sok kepintaran ngurusin urusan orang tua!" Bram meluapkan seluruh kekesalannya pada Anaya bahkan ia tidak memberi Anaya kesempatan untuk berpakaian terlebih dahulu.
Jadilah, kedua Kakak beradik ini bertengkar dengan pintu kamar mandi sebagai penengah mereka. Dibalik pintu kamar mandi Anaya memiringkan kepalanya supaya bisa membalas tatapan Kakaknya.
"Gue cuma mau nyadarin lo kalau apa yang lo lakuin itu salah!"
"Bukan hak lo ikut campur urusan gue sialan!"
"Gue berhak brengsek! Gue adek lo sudah sewajarnya gue nyadarin lo kalau apa yang lo lakuin itu salah!" Balas Anaya keras. "Seharusnya lo sadar Bang apa yang sedang lo lakuin sekarang nggak akan cuma buat lo terlihat brengsek tapi lo juga bakalan kehilangan sahabat lo." Sambung Anaya penuh emosi.
"Halah! Tanpa sahabat juga hidup gue bakalan baik-baik aja." Sahut Bram enteng. "Gue ingetin sekali lagi. Kalau lo masih ikut campur urusan gue." Bram berjalan mendekati pintu kamar mandi. "Gue nggak akan segan-segan nyakitin lo Nay. Gue nggak perduli kalau lo satu-satunya keluarga yang gue miliki yang pasti gue akan nyingkirin siapapun yang ngalangin jalan gue!" Ancam Bram tak main-main. Setelah itu pria berperangai buruk itu beranjak pergi namun Anaya tidak akan diam saja setelah dirinya diancam seperti itu oleh laki-laki yang ia pikir akan melindungi dirinya sampai mati.
"Dan lo pikir gue bakalan takut hanya karena gertakan lo ini?" Balas Anaya dengan wajah bengisnya. "Gue nggak akan biarin lo ngerusak rumah tangga Bang Ali."
"ANAYA GUE YANG ABANG LO BUKAN ALI!"
"TAPI BANG ALI YANG SELALU ADA DAN NGUSAHAIN APAPUN BUAT GUE!"
Anaya keluar dari kamar mandi, tak ia pedulikan kondisinya yang hanya berbalut handuk. "Lo kemana saat gue butuhin hm?" Mata Anaya mulai berkaca-kaca. "Kenapa lo berubah sejauh ini Bang? Kenapa?" Satu persatu air mata Anaya mulai menetes.
"Hati gue nggak pernah sesakit ini sebelumnya." Anaya menyeka air matanya dengan kasar. "Tapi melihat lo sekarang hati gue sakit. Lo udah terlalu jauh buat gue gapai lagi. Rasanya lo bukan lagi Abang gue yang dulu!" Raung Anaya dengan deraian air mata yang semakin banyak.
Bram terdiam. Tatapan matanya masih menyorot tajam kearah Adiknya yang menangis sesenggukan di hadapannya.
"Lo masih terlalu muda buat pahamin masalah gue." Ucap Bram sebelum berbalik meninggalkan Anaya yang semakin terisak.
"Gue mau lo yang dulu Bang! Gue mau Abang kesayangan gue balik! Gue benci lo yang sekarang!" Raung Anaya begitu pilu.
*****
"Papa!!"
"Belum tidur kamu Nak?"
"Aku nunggu Papa." Jawab anak itu dengan senyuman tampannya.
Arjuna ikut tersenyum menatap buah hatinya. "Papa kerja Nak. Maaf ya Papa pulang telat terus." Arjuna segera membawa putranya ke dalam gendongannya. Kepalanya tampak mengangguk kepada pengasuh anaknya hingga dua orang wanita itu beranjak meninggalkan Ayah dan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss : After Wedding
RomanceLanjutan dari cerita MY BOSS, Insyaallah ceritanya gak kalah seru kok.. jadi langsung baca aja yaaa.. Jangan lupa vote dan komennya sayang-sayangku..