Bab 21

938 204 35
                                    


Cuaca di ibukota hari ini terlihat mendung padahal tadi pagi matahari bersinar cukup terik. Ali terlihat menyesap kopi yang ia pesan sambil menatap keluar jendela cafe melihat keramaian kota.

Orang yang terus berlalu lalang ditambah kemacetan membuat suasana diluar sana begitu ramai. Mendung sama sekali tidak menyurutkan langkah masyarakat untuk beraktivitas.

Sejenak, Ali mulai mengingat istrinya. Hari ini Prilly benar-benar tidak menghiraukan dirinya bahkan sampai jam makan siang sudah lewat wanita itu sama sekali belum membalas pesan darinya.

Terdengar helaan nafas berat Ali yang menandakan jika pria itu benar-benar frustasi sekarang. Selama menjalani pernikahan baru kali ini Prilly benar-benar marah padanya. Ali kembali menyesap kopi miliknya, saat dirinya ingin menghubungi istrinya tiba-tiba terdengar suara decitan kursi didepannya.

Ternyata Bram sudah datang dan pria itu tidak sendirian. Wajah Ali sontak berubah saat menyadari keberadaan Adelia yang memilih duduk tepat disebelahnya bukan disebelah Bram.

"Hai Al." Sapa Adelia dengan begitu ceria.

"Lo kenapa bawa dia?" Alih-alih membalas sapaan Adelia, Ali justru bertanya pada sahabatnya. Bram tampak mengedikkan bahunya dengan acuh. "Adelia bakalan jadi model pertama untuk usaha kita." Putus Bram yang membuat Ali terkejut bukan main.

"Bram! Ini usaha berdua bukan punya lo seharusnya lo minta pendapat gue dulu sebelum mengambil putusan!" Marah Ali yang membuat Adelia dan Bram saling berpandangan sejenak.

Adelia berusaha menenangkan Ali. "Al nggak ada salahnya aku kerja sama kalian. Lagipula aku masih kosong hitung-hitung kamu nolongin aku yang pengangguran sekarang." Ujar Adelia sambil mengusap lembut lengan Ali.

Ali menjauhkan lengannya dari jangkauan Adelia. "Gue harus bahas ini sama Prilly." Ujar Ali pada Bram. Ia sama sekali tidak menoleh menatap Adelia yang tampan tidak suka ketika Ali menyebutkan nama istrinya.

"Lo kenapa sih pakai bawa-bawa istri lo? Ini bisnis kita Li yang modalin juga bukan bini lo." Kata Bram terlihat sekali tidak menyukai perkataan Ali barusan.

"Prilly istri gue dan gue akan melibatkannya dalam hal apapun." Ali tampak tegas berkata. "Kalau Prilly tidak nyaman dengan keberadaan Adelia maka terpaksa lo cari model lain!" Putus Ali yang membuat Bram dan Adelia semakin berang.

"Lo--"

"Sorry gue telat!"

Mereka tampak menolehkan kepalanya dengan serempak menatap Samuel yang baru datang bersama Anaya.

Adelia yang memang sudah mengenal Samuel sejak lama segera beranjak bermaksud untuk memeluk Samuel sebagai tanda pertemanan mereka kembali dimulai namun sayangnya Anaya terlebih dahulu sigap berdiri didepan tunangannya.

"Gue nggak bakalan ijinin siapapun meluk calon suami gue!" Tegas Anaya dengan mata menyorot tajam kearah Adelia.

Adelia tampak menatap Anaya dengan kening berkerut, ia tidak sepenuhnya mengenal Anaya lagi karena wajah dan penampilan gadis itu benar-benar berubah dari terakhir kali dia lihat.

"Dia Anaya adik Bram." Ali bersuara memperkenalkan Anaya pada Adelia, merasa kasihan melihat Adelia kebingungan karena tidak mengenali Anaya.

"Seriusan ini Anaya adiknya Bram?" Adelia memastikan dan ketika melihat Ali menganggukkan kepalanya tiba-tiba wanita itu menatap Anaya dengan pandangan penuh kasih.

"Anaya ini Mbak Adel." Adelia bersiap memeluk Anaya namun balasan dari Anaya membuat tubuh Adelia menegang kaku.

"Mbak Adel bukan lagi siapa-siapa buat kami semenjak Mbak ninggalin Bang Ali dulu." Anaya tampak begitu berani membalas tatapan tajam yang Adelia layangkan. "Satu-satunya Mbak yang gue punya cuma Mbak Prilly, jadi jangan kepedean gitu malu sama muka!" Ucap Anaya sebelum beranjak mendekati Adelia lalu menarik tangan Adelia menjauh dari kursi yang ada di samping Ali.

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang