Bab 2

1.8K 189 10
                                    


"Sarapan pagi sekalian makan siang ini ceritanya." Celetuk Prilly begitu mereka tiba di area kolam renang.

Ali hanya tertawa mendengar celetukan istrinya, ia tahu Prilly sedang menyindir dirinya tapi ia biasa saja toh wajar-wajar saja jika pengantin baru melewatkan sarapan pagi seperti mereka.

Prilly melirik sekilas suaminya sebelum ia menarik kursi dan menempatinya. Jangan bayangkan Ali akan menarik kursi untuk dirinya, suami Prilly itu romantisnya diwaktu tertentu saja.

"Mas nggak tau kamu mau makan apa jadi Mas pesan aja semua makanan enak di hotel ini." Jelas Ali setelah mereka duduk nyaman di kursi masing-masing.

Prilly menganggukkan kepalanya, ia sudah katakan kalau dirinya tidak terlalu pemilih dalam makanan, yang penting halal dan enak saja.

"Mas mau makan apa? Nasi atau roti?" Tanya Prilly setelah melihat makanan yang ada diatas meja. Ali menyiapkan sarapan sekaligus makan siang untuk mereka berdua.

"Mas mau nasi tapi jangan pakai sambal." Ujar Ali yang langsung dilaksanakan oleh istrinya.

Prilly terlihat begitu telaten mengurus suaminya, ia menyiapkan segala kebutuhan Ali terlebih dahulu sebelum dirinya. Setelah nasi di piring Ali sesuai dengan keinginan pria itu barulah Prilly mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Jangan banyak-banyak sambalnya Sayang!" Larang Ali begitu melihat istrinya menyendokkan sambal ke dalam piringnya. "Nanti kamu sakit perut." Ujarnya lagi.

Prilly hanya memperlihatkan senyuman lebarnya pada sang suami. Ia tidak bisa makan kalau tidak ada sambal, Prilly adalah perempuan pecinta pedas jadi setiap makan harus ada sambalnya.

"Nggak Mas. Nggak terlalu pedas juga sambalnya." Kata Prilly setelah mencicipi sambal di piringnya.

Ali menatap ngeri istrinya yang melahap sambal seperti melahap nasi putih. "Ck! Mulai sekarang kamu harus kurangin makan sambalnya." Titah Ali yang membuat ekspresi wajah Prilly sontak berubah. "Mas nggak mau kamu kenapa-napa." Lanjut Ali tanpa menghiraukan ekspresi wajah istrinya.

Prilly memilih diam dan melanjutkan acara makannya. Setelah itu keheningan sontak merajai dan Ali menjadi pihak paling tidak nyaman. Ia tidak bisa diabaikan oleh istrinya seperti ini.

"Mas larang kamu makan sambal karena Mas sayang sama kamu." Prilly menganggukkan kepalanya sebagai respon selebihnya ia tetap fokus pada makanan di piringnya.

Prilly tahu niat suaminya baik hanya saja ia tidak suka cara Ali melarangnya. Pria itu tahu jika dirinya paling tidak bisa dipaksa apalagi jika menyangkut kesukaannya namun Prilly mencoba untuk mengerti tapi tetap saja ia tidak suka.

"Sayang!"

Prilly menaikkan alisnya menatap suaminya yang mulai merengek. "Jangan diam aja dong!" Ali meraih tangan Prilly lalu ia genggam dengan erat.

"Lagi makan nggak boleh ngomong Mas." Kata Prilly yang dibalas gelengan kepala oleh Ali. "Kamu nggak ngomong bukan karena lagi makan tapi kamu kesal sama Mas kan?" Dan Prilly menganggukkan kepalanya dengan begitu semangat.

Ali dibuat terkejut sekaligus geli dengan kejujuran istrinya hingga akhirnya pria itu tertawa melihat ekspresi wajah istrinya yang begitu menggemaskan.

"Gemas banget sama kamu." Kata Ali sambil mencubit gemas pipi istrinya.

Pekikan Prilly kembali terdengar disusul tawa Ali yang begitu membahana. Keduanya kembali romantis seperti biasa meskipun Prilly sempat kesal dengan suaminya namun kekesalannya itu begitu cepat mereda karena tingkah manis sang suami.

*****

Setelah menyantap makanan di pinggir kolam kini Ali dan Prilly sudah berada di sekitaran taman yang ada di area belakang hotel. Prilly tak bisa berhenti berdecak kagum melihat desain taman yang begitu mewah dan megah.

Taman ini sangat cocok disandingkan dengan kemewahan hotel milik mertuanya ini.

"Taman ini Mas yang desain loh."

Prilly sontak menoleh menatap suaminya dengan pandangan tak percaya. "Emang iya?" Ali mendengus pelan saat melihat ketidakpercayaan istrinya.

"Iya kalau kamu nggak percaya kamu tanya Mama." Kata Ali, sebelah tangannya terulur untuk menyelipkan rambut istrinya ke belakang telinga.

"Pertama kali dibangun tamannya nggak seperti ini." Ali kembali bercerita. "Mas waktu itu masih sekolah menengah pertama kalau nggak salah." Prilly mendengar cerita suaminya dengan seksama.

"Ada beberapa hotel yang dibangun sama Papa cuma hotel ini aja yang Mas ingat karena dibangun pas Mas udah lumayan gede waktu itu." Ali meraih tangan istrinya lalu mengecup pelan. "Mas bilang sama Mama kalau nanti Mas udah menyelesaikan kuliah Mas sebagai arsitek, Mas bakal buat taman hotel ini semakin mewah dan megah." Ali tersenyum geli saat mengingat omongannya waktu itu, padahal ia sendiri belum benar-benar yakin apakah dirinya benar-benar akan menjadi seorang arsitek atau bukan.

Prilly ikut tersenyum ternyata suaminya ini sudah memiliki tekad yang begitu besar bahkan disaat usianya masih terbilang begitu belia.

"Dan akhirnya Mas bisa buktikan kalau Mas berhasil menjadi seorang arsitek terkenal." Puji Prilly sambil mengecup sekilas pipi suaminya.

Ali sontak membuang muka, ia tidak ingin memperlihatkan wajahnya yang memerah karena malu. Melihat sikap malu-malu suaminya, Prilly semakin gencar menggoda Ali kali ini bukan hanya pipinya yang memerah tetapi telinga pria itu juga.

Prilly tertawa puas saat melihat kelakuan suaminya, bisa-bisanya pria itu malu sampai wajah dan telinganya berubah merah seperti ini hanya karena ia puji.

"Jangan diliat Mas malu!" Protes Ali saat istrinya berusaha melihat wajahnya. Ia sendiri tidak tahu jika efek pujian Prilly bisa membuat dirinya malu seperti ini.

Tidak tahan digoda istrinya terus, akhirnya Ali memilih beranjak dan berlari meninggalkan Prilly yang tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan manis suaminya itu.

Prilly bahkan sampai mengusap kedua sudut matanya yang berair karena terlalu lama tertawa. Setelah tawanya mereda baru ia beranjak menyusul suaminya.

Prilly melangkah menuju lift yang akan membawanya menuju lantai dimana kamarnya berada, Prilly menunggu didepan pintu lift bersama beberapa orang yang akan naik ke lantai atas juga.

Tring!

Pintu lift terbuka dan terlihat beberapa orang keluar dari lift setelah itu Prilly memasuki lift bersama orang-orang tadi. Di dalam lift Prilly memilih berdiri disudut sampai akhirnya pintu lift akan tertutup namun terhenti saat seseorang tiba-tiba mengulurkan tangannya.

"Maaf semuanya." Kata orang itu begitu memasuki lift. Prilly tidak bisa melihat wajahnya dengan begitu jelas karena posisinya yang berada di sudut.

Prilly tampak tidak asing dengan suara pria itu namun ia memilih abai sampai akhirnya kedua mata Prilly membola saat melihat tato yang ada dipergelangan tangan pria itu.

"Pras.."

******

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang