Bab 10

1.2K 176 18
                                    


"Lo bisa bayangin kan Sam gimana jengkelnya gue saat Ali negur gue cuma gara-gara sepele." Setelah ditinggal oleh Ali di restoran ternyata Bram ikut pergi dan sekarang pria itu sedang berada di kediaman Samuel.

Samuel terpaksa kembali ke rumahnya karena sejak siang Bram terus menerornya memintanya untuk segera pulang untungnya hari ini Samuel tidak memiliki agenda sidang di pengadilan sehingga ia bisa segera pamit pulang.

Sudah satu jam berlalu dan Bram masih terus mengulang-ulang kekesalan yang sama dan hal itu berhasil membuat Samuel ikutan jengkel pada temannya itu.

"Lo yang gila! Bisa-bisanya lo nyinggung istri teman lo sendiri." Balas Samuel yang membuat Bram mendengus pelan.

"Gue cuma kasih tahu si Prilly kalau suaminya nggak suka nanas terus salahnya apa?" Bram masih belum terima jika dirinya disalahkan karena menurut Bram yang salah adalah Prilly.
"Perempuan itu aja yang baper!" Lanjutnya lagi.

Samuel meletakkan kaleng minuman ditangannya lalu memfokuskan tatapannya pada Bram. "Lo tahu mereka baru menikah hitungan hari? Kurang dua minggu mereka menikah dan lo berharap Prilly tau segalanya tentang Ali? Lo pikir Prilly itu cenayang hah?" Ungkap Samuel yang sontak membuat Bram bungkam.

"Gue aja yang udah kenal Anaya nyaris seumur hidupnya masih banyak hal yang gue nggak tahu tentang dia Bram. Lo pikir mengenal pasangan itu nggak butuh waktu? Sebenarnya susah ngomong soal pasangan sama lo karena selama ini lo cuma nganggap mereka -perempuan- cuma tempat buang sperma lo doang." Samuel sengaja menjeda perkataannya menunggu Bram menyela namun sahabat sekaligus calon Abang iparnya itu terlihat bungkam sehingga Samuel kembali melanjutkannya. "Seharusnya lo sadar sebrengsek apa sebenarnya Bram, bahkan didepan Adik lo sendiri tanpa tahu malu lo memperlihatkan seberapa busuknya diri lo ini."

Bram menoleh menatap Samuel yang ternyata juga sedang menatap dirinya. "Anaya cerita sama lo?" Samuel menganggukkan kepalanya. "Dan lo masih bisa bertanya sesantai ini disaat Adik lo mulai jijik sama lo. Emang luar biasa kebrengsekan lo Bram." Sindir Samuel sambil geleng-geleng kepala, benar-benar tak habis pikir dengan kegilaan sahabatnya ini.

Bram terlihat menghela nafasnya, ia tidak menyangka jika kejadian malam itu sampai membuat Anaya membenci dirinya.

"Sekarang lo jujur sama gue, sebenarnya apa yang sedang lo sembunyikan dari gue dan Ali?" Tatapan mata Samuel berubah tajam. Sebagai seorang penegak hukum jelas Samuel sangat ahli dalam mengintimidasi lawannya dan sekarang Bram terlihat gugup meksipun sekuat tenaga pria itu bersikap santai didepan sahabatnya.

Ternyata memiliki sahabat seorang pengacara seperti Samuel menjadi beban tersendiri untuk Bram.

"Gue cuma nggak suka Ali nikahin istrinya!" Sahut Bram tanpa menatap Samuel.

"Terus lo mau Ali nikahin lo gitu?" Balas Samuel dengan santainya namun sontak membuat Bram menoleh dan mengumpati sahabatnya. "Gila lo! Gue masih doyan lobang asal lo tahu!"

"Tahu gue! Tahu banget lo emang doyan lobang dan gara-gara lobang seorang wanita lo sampai berubah seperti ini. Katakan jika apa yang gue ucapkan ini salah!" Tantang Samuel yang sontak membuat wajah Bram berubah pasi.

"Gue cabut dulu! Gue lupa ada janji sama klien malam nanti." Dan Bram benar-benar angkat kaki dari kediaman sahabatnya sebelum Samuel semakin memojokkan dirinya.

Samuel menatap kepergian Bram dengan tatapan datar. "Kita lihat seberapa lama lo bisa ngelak dari gue Bram." Ujar Samuel masih dengan tatapan fokus pada pintu yang baru saja ditutup oleh Bram dari luar.

*****

Menjelang malam hari, di apartemen terlihat Ali yang begitu sibuk mondar mandir di dapur. Pria itu berkeinginan untuk menyiapkan makan malam untuk sang istri sebagai penebusan rasa bersalahnya karena sempat berdebat dengan istrinya.

"Ini garam berapa banyak sih? 1 apa ini 1 ons apa 1 kilo?" Ali bermonolog sendiri sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mulai gatal karena kebingungan.

"Kenapa ribet begini sih timbang masak sup ayam doang." Ali mulai kesal pada dirinya sendiri.

"Auh! Auh!" Ali mencak-mencak tak jelas sambil menggoyangkan panci ditangannya.

Padahal Ali sudah sangat bersemangat untuk memasak bahkan ia sudah mengenakan apron pink kesayangan istrinya.

"Bisa mati kelaparan bini gue kalau begini ceritanya." Kembali Ali bersuara. "Apa gue pesan jadi aja ya? Tapikan gue mau bikin Prilly kesengsem sama masakan gue." Ali terus berbicara tanpa menyadari jika istrinya sedang memperhatikan tingkah lucunya.

Prilly sampai menutup mulutnya sendiri supaya tidak kelepasan tertawa. Suaminya ini ada-ada saja tingkahnya.

Perlahan Prilly berjalan mendekati suaminya yang semakin semrawut karena gagal menyiapkan makan malam untuk istrinya.

"Mau dibantuin nggak?"

Ali nyaris melempar panci ditangannya saat tiba-tiba Prilly berbisik di telinganya. "Ya ampun Sayang! Hampir aja kamu Mas lempar pakai panci ini." Ali mengusap dadanya yang berdebar kencang, ia benar-benar terkejut.

Prilly sendiri hanya tertawa melihat wajah kaget suaminya. "Mau nggak aku bantuin?" Kembali Prilly mengulang pertanyaaan yang sama.

Ali sontak mencebikkan bibirnya dan mulai mengadu pada sang istri. Ali memperlihatkan sayur-sayuran yang sudah ia potong dengan berbagai bentuk, wortel sengaja ia buat seperti bunga sedangkan kenyang ia potong dadu namun dalam ukuran cukup besar. Ali juga sudah menyiapkan segala bumbu namun ia tidak tahu takarannya.

Prilly hanya diam memperhatikan suaminya yang menceritakan awal dari kebingungannya sampai akhirnya tawa Prilly kembali meledak saat suaminya mengatakan dengan jujur jika bagian yang paling membingungkan bagi Ali adalah takaran garam.

"Aduh Mas!" Prilly sampai memegang perutnya yang terasa keram karena terlalu lama tertawa. "Masak iya sup satu panci kecil begini kamu masuin garam 1 kilo." Prilly kembali meledakkan tawanya di hadapan sang suami.

Ali bukannya marah ia justru terpana melihat kecantikan istrinya yang bertambah berkali-kali lipat saat tertawa lepas seperti sekarang ini. Tidak apa-apa jika dia yang dijadikan bahan tertawaannya Prilly yang penting istrinya bahagia, Ali pasrah.

"Udah ah capek aku ketawa terus." Prilly berusaha meredakan tawanya. "Sini aku aja yang masak." Prilly mengambil alih panci ditangan suaminya lalu ia letakkan diatas kompor yang ada dihadapan Ali.

Ali hanya bisa menghela nafasnya, ia biarkan saja istrinya mengambil alih urusan dapur karena jika ia menolak mungkin mereka tidak akan bisa makan malam ini.

"Kamu mau dimasakin apa lagi Mas?" Tanya Prilly setelah merebus air sebelum memasukkan sayur-sayuran yang sudah dipotong oleh suaminya.

"Apa aja deh Sayang. Asal kamu yang masak semua Mas makan." Jawabnya pasrah.

Ali menarik kursi meja makan lalu mulai memfokuskan tatapannya pada sang istri yang terlihat begitu lincah bergerak kesana kemari sambil sesekali mengaduk sup yang ingin Ali masak tadi.

"Bakwan jagung mau?" Ali menganggukkan kepalanya dan mulailah Prilly membuat adonan bakwan untuk menu tambahan makan malam mereka.

Ali begitu menikmati kehidupan barunya sebagai seorang suami, ia begitu menyukai momen seperti ini dimana Prilly istrinya terlihat sibuk memasak di dapur dan dirinya yang bisa begitu bebas menikmati kecantikan istrinya.

Ternyata benar kata orang, perempuan yang sedang 'bertempur' di dapur kecantikannya bisa bertambah berkali-kali lipat dan hari ini Ali membuktikannya sendiri.

Istrinya luar biasa cantik.

******

Minal aidzin walfaizin semuanya ♥️

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang