Bab 20

1K 184 34
                                    


Prilly sudah siap dengan stelan kerjanya, hari ini ia memiliki banyak meeting penting. Meskipun tadi ia sempat berpikir untuk izin ke kantor karena kondisi suaminya yang kurang baik namun ketika melihat kegigihan suaminya untuk tetap pergi menemui sahabatnya membuat Prilly mengurungkan kembali niatnya.

Lebih baik ia bekerja dari pada ia berada dirumah. Lagipula alasannya untuk bolos kerja hari ini sudah tampak lebih sehat ketika keluar dari kamar menuju meja makan.

Prilly memilih abai, moodnya sudah terlanjur memburuk setelah kejadian pagi tadi. Baru semalam ia bertemu dengan perempuan masa lalu suaminya bahkan mereka belum sempat membahas apapun mengenai Adelia karena kondisi Ali yang kembali muntah-muntah.

Dan pagi ini, suaminya begitu memaksakan diri untuk bertemu Bram yang terlihat seperti jembatan penghubung antara Ali dan Adelia. Prilly tidak bermaksud menuduh tapi setelah kejadian tadi malam Prilly tidak bisa mengenyahkan pikiran buruknya pada Bram.

Prilly yakin jika Bram berniat menghancurkan rumah tangganya dengan mendatangkan Adelia untuk mengacaukan semuanya.

"Selamat pagi Sayang." Sapa Ali yang hanya mendapat lirikan malas dari istrinya. Ali berjalan mendekati Prilly yang sedang menuangkan kopi panas untuknya.

"Mas cuma ketemu Bram sebentar kok Sayang." Ali tahu istrinya sedang kesal padanya dan sekarang ia berusaha untuk membujuknya.

"Hm."

"Kamu ke kantor sama siapa? Bareng sama aku yok!" Ali memang menyediakan mobil pribadi untuk istrinya sejak mereka menikah. Ali jelas tidak akan membiarkan Prilly berdesakan di angkutan umum ketika ingin bepergian.

Jadilah, pria itu menghadiahkan satu unit mobil CRV keluaran terbaru untuk sang istri tercinta. Prilly sempat menolak saat pertama kali mobil itu Ali datangkan namun berkat ancaman dari suaminya akhirnya wanita itu menerima hadiah pernikahan yang sungguh luar biasa itu.

"Aku pakai mobil sendiri aja." Prilly meletakkan cangkir kopi itu dimeja makan. "Ribet kalau kamu harus bolak-balik takutnya teman kamu nunggu lama ujung-ujungnya aku yang disalahin." Lanjut Prilly santai namun terdengar sindiran halus disana.

Ali mengerti jika istrinya sudah enggan berhubungan baik dengan Bram tapi biar bagaimanapun Bram adalah sahabatnya, Ali tidak mungkin membuang Bram begitu saja.

"Bram emang gitu orangnya Sayang kamu jangan masukin hati sikap kurang ajarnya dia ya." Ali masih berusaha membujuk istrinya. Dengan lembut ia kecup baju istrinya. Ali masih setia berdiri disebelah istrinya yang masih sibuk tepatnya berpura-pura sibuk demi mengabaikan Ali.

"Iya teman kamu itu memang luar biasa kurang ajarnya Mas!" Prilly memalingkan wajahnya menatap sang suami. "Kalau tidak mengingat dia teman kamu mungkin sudah sejak tadi malam aku maki dia." Berang Prilly dengan mata terlihat berkilat marah.

"Sayang yang tadi malam itu kamu nggak bisa nyalahin Bram."

"Kenapa nggak bisa? Oh, seharusnya aku makasih ya sama dia karena sudah mau repot-repot mengantarkan perempuan yang pernah dicintai begitu dalam oleh suamiku, begitu?" Ejek Prilly sambil bersidekap dada.

"Namanya Adelia tolong jangan seperti itu pada temanku!" Ali kini ikut mengeraskan suaranya pada Prilly.

Ekspresi wajah Prilly semakin tidak terbaca. "Bukan Bram yang kurang ajar disini tapi kamu!" Prilly menunjuk tepat di depan hidung suaminya Ali jelas terkejut dengan gerakan cepat istrinya namun ia memilih untuk terlihat biasa saja.

"Laki-laki yang masih mengharapkan wanita lain disaat dirinya sudah memiliki seorang istri bukan hanya kurang ajar tapi kurang ngotak." Ucap Prilly begitu keras. "Punya otak tuh dipakek jangan dijadiin pajangan doang!" Setelah mengucapkan itu Prilly angkat kaki dari sana. Hilang sudah selera makannya pagi ini dan semua itu gara-gara Ali dan teman-teman biadabnya itu.

*****

Seorang pria baru saja memarkirkan mobilnya disebuah cafe yang letaknya cukup strategis sehingga tidak heran parkiran cafe ini selalu saja penuh.

Ali mematikan mesin mobilnya lalu keluar dari sana, ia dan Bram memiliki janji untuk bertemu di cafe ini. Ngomong-ngomong perihal Bram, Ali masih belum tahu apa motif sahabatnya itu membawa Adelia ke apartemennya tadi malam.

Sungguh, Ali sangat kesal dengan tindakan semena-mena temannya itu. Apa Bram lupa jika sekarang ia sudah memiliki Prilly disisinya? Adelia hanya masa lalu meskipun sejak tadi malam Ali tidak bisa mengenyahkan bayangan wanita itu dikepalanya.

Drt..drt..

Ali merogoh saku celananya saat merasakan getaran pada ponsel yang ia kantongi. Nama Samuel terpampang disana.

"Halo."

"Lo dimana?"

"Di cafe dekat kantor lo." Jawab Ali, memang letak cafe ini tidak jauh dari kantor sahabatnya.

"Oke. Gue kesana!"

"Kenapa? Gue ada pertemuan bisnis sama Bram." Ali berbicara sambil terus melangkah memasuki cafe. "Lo nggak sibuk hari ini?" Tanya Ali lagi.

"Gue sedikit longgar hari ini jadi nggak masalah kalau kita kumpul."

Ali menganggukkan kepalanya. "Oke. Lo kemari aja gue tunggu."

Dan panggilan pun terputus, Ali senang hari ini ia bisa berkumpul bersama teman-temannya sedangkan di kantornya terlihat Samuel yang menghela nafas menatap tunangannya.

"Sekarang kamu puas Sayang?" Tanyanya gemas pada Anaya.

Dengan wajah polosnya Anaya menganggukkan kepalanya. "Mas harus benar-benar pastiin Abang Ali baik-baik aja." Anaya mencomot kue yang ada di atas meja calon suaminya. "Naya benar-benar curiga sama si Bram itu."

"Sayang jangan begitu."

"Mas jangan pura-pura didepan Naya! Naya tahu kalau sebenarnya Mas juga udah lama curiga sama gerak-gerik Abang Naya itu kan?" Cecar Anaya yang sontak membuat Samuel bungkam.

"Naya curiga bukan tanpa bukti Mas." Anaya mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkannya pada calon suaminya. "Teman Mas itu semakin gila dan bajingan setelah bertemu kembali dengan wanita itu!" Terang Anaya pada Samuel yang sedang menatap foto di ponsel kekasihnya.

"Kamu dapat foto ini dari mana? Kamu matai-matai Abang kamu sendiri Anaya?" Tanya Samuel sedikit shock dengan tindakan Anaya yang menurutnya kelewat berani, Samuel tidak bisa membayangkan bagaimana jika Bram tahu masalah ini.

Anaya menganggukkan kepalanya dengan polos. "Pertama-tama niat Anaya cuma mau mantau aja karena Naya lihat semakin hari Bram semakin berubah. Memang sejak dulu dia brengsek tapi sekarang tingkat kebrengsekannya semakin menjadi-jadi." Jelas Anaya dengan nafas terdengar memburu. "Naya benar-benar nggak habis pikir kenapa teman Mas itu begitu membenci Mbak Prilly dan sekarang Mas tahu jawabannya kan?" Samuel terdiam.

"Teman Mas itu mau menghancurkan rumah tangga Bang Ali hanya karena dibutakan cinta oleh perempuan sinting itu!" Anaya begitu menggebu-gebu ketika mengeluarkan unek-uneknya.

Samuel memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa sakit. Ia tidak menyangka jika dirinya akan berada pada situasi menyebalkan seperti ini. Ali dan Bram bukan hanya sekedar sahabat melainkan sudah Samuel anggap sebagai saudaranya sendiri dan jika mereka berselisih siapa yang akan Samuel lindungi?

"Intinya Naya mau Mas gagalin rencana jahat Bram dan perempuan itu!" Tegas Anaya yang membuat kepala Samuel semakin pusing.

Lagian kenapa wanita itu kembali ke kehidupan sahabatnya lagi? Apa tujuan Adelia kembali?

******

Udah pada bosan sama cerita ini yaa😅, apa nggak usah dilanjut lagi? Langsung dijadikan pdf gitu🤭, gimana nih menurut kalian?

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang