Bab 16

969 161 17
                                    


Prilly sedang memeriksa beberapa berkas pekerjaannya ketika suaminya yang terlelap di atas sofa tiba-tiba beranjak dan berlari ke kamar mandi.

Prilly ikut beranjak menyusul sang suami. "Mas kamu kenapa?" Tanya Prilly begitu memasuki kamar mandi dan melihat suaminya sedang memuntahkan isi perutnya di wastafel yang ada di sana.

Ali tidak bisa menjawab karena mulutnya terus mengeluarkan cairan kekuningan yang membuat tenggorokannya terasa begitu sakit. Prilly segera membantu suaminya dengan menepuk dan mengusap lembut punggung lebar sang suami.

Huek!

Huek!

Prilly sampai meringis saat mendengar suara muntahan suaminya yang begitu menyakitkan. Ali nyaris tumbang jika Prilly tidak menopang tubuh besar suaminya.

"Pusing banget." Keluh Ali dengan mata terpejam. Ia tidak sanggup membuka matanya karena terlalu lemah dan pusing.

"Iya nanti kita kerumah sakit ya sekarang Mas cuci mulut dan mukanya dulu." Prilly membantu suaminya membersihkan wajah serta mulutnya dari sisa-sisa muntahannya.

Prilly juga memapah sang suami menuju sofa lagi. "Mau istirahat disini dulu atau langsung pulang?" Tanya Prilly pada suaminya.

Ali memilih untuk merebahkan tubuhnya terlebih dahulu di sofa. Ia kasihan pada Prilly yang pasti akan kesusahan memapah tubuh besarnya sampai ke parkiran.

"Mau peluk." Ali merentangkan kedua tangannya dengan begitu manja. Prilly segera mengabulkan permintaan suaminya itu. Wajah Ali yang begitu pucat jelas membuat Prilly sangat khawatir.

"Kita kerumah sakit aja yok." Ali menggelengkan kepalanya menolak usulan sang istri. "Mas nggak sakit cuma pusing doang." Katanya dengan mata terpejam menikmati usapan lembut Prilly pada punggung dan kepalanya.

Terdengar helaan nafas Prilly namun ia tetap mengabulkan keinginan suaminya. "Tapi kalau kamu muntah lagi aku bakalan seret kamu ke rumah sakit!" Tegas Prilly tak main-main.

Ali menganggukkan kepalanya pasrah karena percuma saja ia melawan istrinya, Prilly tidak akan semudah itu ia kalahkan.

"Aku beliin minyak kayu putih dulu boleh?" Ali kembali menggelengkan kepalanya. "Kamu disini aja cium aroma tubuh kamu aja udah cukup bikin pusing Mas mereda." Jawab Ali sebelum kembali menghirup aroma tubuh istrinya dengan rakus.

Prilly tidak mengatakan apapun lagi. Ia hanya berharap jika suaminya tidak benar-benar sakit apalagi sampai harus dirawat karena Prilly tidak bisa membayangkan bagaimana khawatirnya sang mertua yang saat ini sedang berada diluar negeri. Santi dan Andre sedang menghadiri salah satu acara dari teman dekatnya Andre yang dilangsungkan di Argentina sehingga semua urusan pekerjaan Andre limpahkan pada menantunya.

Dan sekarang Prilly tidak yakin jika ia bisa bekerja seperti biasanya lihat saja bagaimana manjanya yang suami bahkan ia tidak diizinkan beranjak sejengkal pun dari sofa.

"Pulang. Mas mau pulang."

"Iya kita pulang tapi bentar dulu aku beresin kerjaan aku ya. Nggak lama kok sebentar aja." Prilly seperti mengiba pada suaminya. Ia tidak bisa membiarkan pekerjaannya keteteran terlebih saat ini ia sedang menjalankan amanah langsung dari mertuanya.

Prilly tidak ingin mengecewakan Ayah mertuanya.

Dengan sangat terpaksa akhirnya Ali membiarkan istrinya menyelesaikan pekerjaannya, sambil menunggu Prilly bekerja Ali memilih untuk merebahkan tubuhnya di sofa. Kepalanya kembali didera rasa pusing yang sangat hebat.

"Jangan muntah lagi. Sakit banget tenggorokan gue." Keluhnya sambil memejamkan mata. Tangan Ali terlihat mengusap-usap perutnya sendiri, perutnya terasa begitu tidak enak seperti bergejolak sampai ia memuntahkan isi perutnya seperti tadi.

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang