Bab 7

1.1K 175 9
                                    


Prilly benar-benar kembali ke kediaman mertuanya. Semenjak menikah, ia dan Ali memutuskan untuk tinggal di apartemen pria itu sedangkan apartemennya ia sewakan supaya tidak terbengkalai.

Prilly kembali dengan menggunakan taksi online yang sempat ia pesan. Jujur saja ia sedikit kesal karena suaminya benar-benar tidak mengejar dirinya dan lebih mementingkan temannya. Prilly bukannya egois atau kekanakan hanya saja teman suaminya begitu keterlaluan bahkan di pertemuan pertama mereka secara resmi, Bram begitu berani berbicara seperti itu padanya.

Prilly tampak menghela nafasnya, begitu mobil yang ia tumpangi memasuki area perumahan mertuanya, Prilly berusaha menghilangkan rasa kesalnya. Wajahnya seketika kembali normal seperti biasa meskipun tidak tersirat senyuman disana.

"Sudah sampai Buk." Ujar supir taksi setelah mobil yang ia kemudikan berhenti didepan rumah besar milik mertuanya.

"Iya Pak. Terima kasih Pak ya." Prilly turun dari mobil setelah menyerahkan beberapa lembar uang untuk supir taksi onlinenya.

"Buk! Ini lebihnya banyak banget Buk." Supir taksi yang usianya sudah tidak muda itu sontak terkejut bahkan sampai turun dari mobilnya menghampiri Prilly.

Prilly menoleh dan tersenyum sopan pada Bapak itu. "Tidak apa-apa Pak. Ambil saja." Ujar Prilly dengan begitu lembut.

"Ya Tuhan, terima kasih banyak Buk. Terima kasih." Bapak itu tampak begitu haru bahkan sampai membungkukkan badannya beberapa kali dihadapan Prilly.

Setelah taksi yang ia tumpangi beranjak barulah Prilly melanjutkan langkahnya menuju gerbang rumah mertuanya. Satpam yang bekerja disana sudah membukakan pintu untuk menantu kesayangan Nasution.

"Terima kasih Pak." Ucap Prilly sebelum melangkah menuju pintu utama kediaman mertuanya.

Sejujurnya, Prilly lumayan lelah berjalan kaki melewati halaman rumah mertuanya yang cukup luas namun ia tidak mungkin merepotkan orang lain untuk mengantarnya ke depan pintu rumah. Jadilah, Prilly berjalan sampai akhirnya ia tiba didepan pintu rumah.

Prilly menekan bel beberapa kali sebelum pintu rumah itu terbuka. "Non Prilly." Sapa Mbok Inem yang merupakan kepala art di rumah mertuanya.

"Iya Mbok. Mama ada Mbok?"

"Ada Non. Masuk saja kebetulan lagi ada tamu juga."

Kening Prilly tampak berkerut namun ia tetap melangkah memasuki rumah mertuanya. Santi yang sedang bercakap-cakap bersama keluarga suaminya sontak beranjak saat melihat kedatangan menantu kesayangannya.

"Loh Sayang kamu sama siapa? Ali mana?" Santi memeluk hangat menantunya tak lupa ia kecup lembut kening Prilly.

Inilah alasan Prilly begitu menyukai mertuanya, Santi selalu melimpahkan kasih sayang yang tidak pernah lagi ia dapatkan dari Ibunya.

"Mas Ali lagi ada acara sama temannya Ma." Jawab Prilly setelah Santi melepaskan pelukan mereka.

"Ini menantu kamu San?"

Prilly dan Santi sontak menoleh saat mendengar suara seorang perempuan yang usianya sepantaran dengan Santi.

"Iya ini menantu kesayanganku Mbak." Jawab Santi dengan sedikit ia tekankan.

Prilly melirik mertuanya yang masih merangkul tubuhnya. Entah kenapa ia merasa aura dirumah mertuanya hari ini sangat-sangat tidak menyenangkan.

"Sayang kenalkan itu Om Bagas Abang sepupunya Papa, istrinya Tante Tiara dan juga anak-anaknya, Melly dan Kelly." Jelas Santi  memperkenalkan keluarga suaminya pada Prilly.

Ketika Prilly mendekati mereka untuk bersalaman Prilly merasa jika keluarga Ayah mertuanya ini terlihat sekali tidak menyukai dirinya.

"Lulusan universitas mana? Dalam atau luar negeri?" Tanya Tante Tiara dengan wajah julid khas dirinya.

Tiara memiliki dua orang anak perempuan yang usianya sekitar 20 tahunan, mereka berwajah cantik dengan style yang begitu menarik namun tatapan kedua gadis itu terlihat begitu angkuh dan meremehkan Prilly.

"Saya lulusan universitas dalam negeri Tante." Jawab Prilly sopan.

Suami Tiara hanya diam saja karena ia sudah begitu hapal tabiat istrinya. Bagas tergolong suami-suami yang takut pada istrinya.

Tiara menoleh menatap Santi yang duduk disebelah menantunya. "San kok kamu terima sih menantu dari kalangan biasa seperti ini. Kalau dibandingkan sama mantannya Ali kemarin ini mah kalah jauh!" Kata Tiara tanpa memperdulikan keberadaan Prilly yang berada tepat disebelah Santi.

Santi menoleh menatap menantunya, Prilly hanya tersenyum kecil menyiratkan jika dirinya baik-baik saja dengan hinaan yang baru saja dilontarkan oleh Tante Tiara.

"Begini Mbak saya bukan wanita kolot yang semua saya nilai dari segi harta dan jenjang karirnya saja. Saya tidak akan mempermasalahkan apapun selama putra saya bahagia dan Prilly adalah satu-satunya perempuan yang biasa membahagiakan putra saya." Tegas Santi dengan wajah tegangnya. "Lagipula saya pribadi sangat bersyukur karena Ali memilihkan seorang menantu yang begitu hebat untuk saya." Lanjut Santi sambil memeluk menantu kesayangannya.

Tiara sontak bungkam namun tatapan wanita itu serta anak-anaknya tampak begitu tajam menyorot keatas Prilly yang sama sekali tidak Prilly hiraukan. Memangnya mereka siapa?

*****

"Lo enggak seharusnya ngomong kayak gitu sama istri gue Bram!" Marah Ali begitu kembali menghampiri Bram. Ia sempat mengejar istrinya namun sayangnya ia justru kehilangan jejak istrinya. Sepertinya Prilly benar-benar kembali ke kediaman orang tuanya.

Bram menatap Ali dengan pandangan santai seperti biasanya. "Lah emang salahnya gue dimana sih Li? Bini lo aja kali yang lebay. Baperan banget jadi perempuan." Kembali Bram menghina Prilly yang membuat Ali nyaris menerjang sahabatnya itu.

Ali menghela nafasnya ia yang berniat melanjutkan makan siangnya bersama Bram kini semakin tak nyaman terlebih saat mengingat istrinya pergi dalam keadaan marah seperti tadi.

"Gue balik dulu! Kayaknya kita harus memikirkan kembali tentang usaha yang ingin kita bangun bersama." Putus Ali yang sontak membuat Bram beranjak dari kursinya.

"Lo nggak bisa kayak gitu dong Li! Kita udah ngerencanain ini jauh-jauh hari bahkan sebelum lo kenal sama istri lo. Masak cuma gara-gara istri lo marah lo batalin semua rencana kita." Bram terlihat tidak setuju dengan keputusan Ali namun sayangnya saat ini Ali jauh lebih mementingkan istrinya.

"Gue udah punya istri Bram dan apapun yang akan gue lakuin kalau istri gue nggak setuju atau nggak senang maka dengan sepenuh hati gue nggak akan ngelakuin hal itu termasuk usaha yang akan kita bangun." Tegas Ali yang membuat wajah Bram berubah merah padam. "Lo terlalu ngerendahin istri gue Bram bukan cuma Prilly tapi gue sendiri sakit hati sama sikap lo tadi." Cerca Ali yang membuat Bram bungkam seketika.

"Gue balik nanti biar gue yang ngomongin ini sama Samuel." Ali beranjak dari tempatnya namun sebelum benar-benar meninggalkan Bram yang masih terdiam dengan tatapan sulit diartikan, Ali kembali berhenti.

"Gue ngundang lo buat datang ke acara peresmian resort yang gue pegang. Kalau lo sempat lo datang, undangannya nanti gue kirim." Setelah mengatakan itu Ali benar-benar pergi meninggalkan Bram yang nyaris menggebrak meja didepannya.

"Brengsek!"

******

My Boss : After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang