Setelah Adelia dan Bram angkat kaki dari apartemen mereka, kini tinggal Ali dan Prilly yang sama-sama terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing."Mau kemana Sayang?" Ali bertanya saat melihat istrinya tiba-tiba beranjak dari sisinya.
Prilly menghela nafasnya sebelum menjawab. "Mau cuci piring Mas." Jawabnya setelah itu ia berlalu meninggalkan suaminya yang terpaku di sofa.
Sepeninggalan Prilly tampak Ali menghela nafas kasar. Beberapa kali pria itu tampak mengacak-acak rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat semerawut seperti pikirannya namun sialnya ketampanan pria itu justru bertambah berkali-kali lipat saat rambutnya terlihat acak-acakan.
Ali menoleh kebelakang menatap istrinya yang sedang mencuci piring, ia bisa melihat punggung mungil istrinya namun Ali merasa sedikit segan menghampiri istrinya. Ali merasa bersalah dengan sendirinya padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun disini.
Adelia memang perempuan masa lalunya tapi demi Tuhan, Ali sama sekali tidak berharap wanita itu kembali ke kehidupannya yang sudah bahagia bersama Prilly.
"Sayang!" Panggil Ali yang dijawab deheman oleh istrinya, Prilly bahkan tidak mau repot-repot berbalik untuk menatap dirinya.
Dan sekarang Ali semakin yakin jika Prilly marah pada dirinya. Dengan cepat pria itu beranjak menyusul istrinya. Ali berniat memeluk sang istri namun tanpa sengaja matanya menatap kearah wastafel dimana piring-piring yang mereka pakai untuk makan malam masih bertumpuk ditambah dengan sisa-sisa makanan yang mulai mengambang karena Prilly tidak mematikan keran air.
Perut Ali sontak bergejolak, alih-alih memeluk istrinya Ali justru berlari menuju ke kamar mandi yang ada di sudut dapur apartemennya.
Huek!
Huek!
Prilly yang mendengar suara muntahan suaminya segera membersihkan tangannya lalu menyusul Ali yang sedang berjongkok didepan closet. Pria itu tampak memuntahkan kembali semua makanan yang tadi ia makan.
Erangan Ali terdengar saat rasa perih dan menyengat menyerang hidungnya. Ali benar-benar tersiksa dengan penyakit anehnya ini.
Tepukan pelan bisa ia rasakan di punggungnya, Ali senang bukan main saat melihat istrinya namun belum sempat ia menoleh untuk menatap istrinya, perutnya kembali bergejolak dan suara muntahannya kembali terdengar memenuhi kamar mandi.
"Perih Yang." Adunya setelah rasa mualnya sedikit mereda. "Disini nya sakit banget." Kembali pria itu mengadu pada istrinya bak anak kecil yang sedang mengadu pada Ibunya.
"Iya habis ini minum teh hijau hangat lagi ya?" Ali menganggukkan kepalanya. "Mulutnya dibersiin dulu." Prilly membantu sang suami membersihkan mulutnya dari sisa-sisa muntahan.
Setelah selesai membersihkan mulut suaminya kini Prilly terlihat memapah sang suami keluar dari kamar mandi.
"Mau duduk di sofa aja." Ujar Ali yang langsung dikabulkan oleh istrinya. Ali segera merebahkan tubuhnya saat mereka tiba di sofa.
"Aku bikinin teh hijau hangat dulu ya." Ali menganggukkan kepalanya. Prilly baru akan beranjak menuju dapur saat suaminya kembali bersuara. "Sayang aku mau cium baju kerja kamu dong."
Kening Prilly sontak berkerut saat mendengar permintaan aneh suaminya. "Ngapain nyium baju kerja aku? Kan kotor Mas seharian aku pakek."
Ali sontak berubah seperti cacing kepanasan karena permintaannya tidak dituruti. "Mau cium baju kerja kamu! Mau itu! Mau!!" Ali terus merengek meminta baju kerja istrinya tak sanggup mendengar rengekan suaminya akhirnya Prilly beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil pakaian yang tadi siang ia pakai untuk berkerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss : After Wedding
RomanceLanjutan dari cerita MY BOSS, Insyaallah ceritanya gak kalah seru kok.. jadi langsung baca aja yaaa.. Jangan lupa vote dan komennya sayang-sayangku..