Part15 Nathan

8.4K 462 2
                                        

Suer gue ga habis pikir sama musuh keluarga pangestu, dari kejadian 12 tahun yang lalu sampe sekarang masih aja gencar buat masalah, dan gue ga bisa tinggal diam apalagi udah bersangkutan sama Cinta.

Flash back

Setelah Cinta pergi ke kamarnya, Andrew keliatannya lebih lelah dari apa yang gue pikirkan.

"Nath." suaranya entah kenapa begitu banyak ke khawatiran.

"Kenapa?"

"Maaf gue tadi kaya ibu-ibu arisan, gue beneran khawatir sama Cinta." Andrew mengusap mukanya dengan kasar, dan gue sadar dia beneran khawatir.

"Kenapa?" pertanyaan gue masih sama kaya tadi.

"Mereka mau berulah lagi setelah kejadian dulu, mereka ngirim gue surat yang buat gue khawatir kalau Cinta yang jadi pusatan mereka." Andrew menubrukan tubuhnya kasar pada kursi yang dia duduki.

Gue ngerti kekhawatiran dia saat ini. Apalagi gue baru aja bikin dia gempor karena lupa ngasih tau keberadaan gue bareng Cinta tadi.

"Sorry, gue beneran terlalu seneng Cinta bareng gue sampe bikin gue lupa hubungi elo."

"Iya, yang penting Cinta ga kenapa-kenapa. Kalau di sekolah bisa ga elo jaga dia?" permintaan yang terlalu muluk menurut gue. Karena tanpa Andrew pinta, gue akan lakuin itu.

"Gue pasti jaga bidadari gue, Drew." ucap gue penuh keyakinan.

End Flash back

Dan gue ngelamun hal ini sampe-sampe gue lupa buat sms Cinta. Karena gue buru-buru ke sekolah pula gue lupa bawa ponsel di nakas. Entahlah pagi ini gue banyak pikiran.

"Ka Nathan." sapa salah satu murid ku saat berada dilorong kelas 11.

"Iya?"

"Hubungan kaka sama Cinta apa?" tanyanya polos, malah terlalu polos.

"Memang kenapa?"

"Aku teman sekelasnya, dan aku lihat kaka terlalu dekat dengannya kalau hanya untuk seorang guru."

Omongannya sangat menohok hati, apakah terlalu kontras terlihat perasaan gue buat Cinta, dan jangan salahkan gue kalau gue ga bisa nahan perasaan gue yang udah tumbuh dari 12 tahun silam.

"Menurut kamu gimana?"

"Terserah sih, asalkan kaka tidak menyakitinya." ucapnya dan tersenyum berarti. Ada luka namun merelakan.

"Sebegitu sayang kah kamu padanya, Rafa?"

"Ya, tapi jika kaka bisa menjaganya aku bisa merelakan. Asalkan Cinta bahagia." ucapnya dan berlalu ninggalin gue sendirian dilantai 2, karena dia pergi ketangga bawah.

Gue masih termenung sendirian, berpikir bahwa Cinta begitu berharga untuk orang-orang disekitarnya. Maka dari itu gue harus bisa menjaga dia, karena dia permata terindah dari semua permata yang ada.

***

"Vi." teriak perempuan yang gue udah kenal tabiatnya, perempaun yang membuat dunia gue jungkir balik, yang meracuni otak gue selama 12 tahun, yang sukses buat gue tergila-gila.

Iya, dia Cinta. Gadis pujaan gue. Gadis yang sekarang gue lagi pantau, karena gue bisa gila kalau ga liat dia.

Gadis gue lagi nyamperin sahabatnya dan bisa dibilang sepupu gue yang paling anggun alias Silvi pacar Andrew. Mereka sekarang lagi ditempat biasa mereka makan jika barada di kantin. Sedangkan gue duduk di 2 bangku setelah tempat pojok mereka.

"Vi, liat ka Nathan ga?" sontak mata gue membulat, ada apa Cinta nyariin gue.

"Engga, tadi dia buru-buru ke sekolah. Di sekolah kaga liat sama sekali." ucap Silvi terus masukin baso ke mulutnya dengan lahap. Anehnya sepupu gue itu ga gendut-gendut malah terkesan kecil banget, Ga ngerti lagi.

"Coba cari jadwal dia ngajar di kelas apa." lanjut Silvi dengan usulannya yang begitu masuk akal, dan gue mengakui usulnya benar-benar bagus.

Karena gue udah panas denger mereka, gue akhirnya nyerah dan ngedatangin meja mereka. Jerah juga ngedengerin orang yang lagi ngomongin diri kita sendiri.

"Hayoh lagi ngomongin siapa?" ucap gue penuh dengan nada mengejutkan.

"Aduh ka Nathan, please deh jangan bikin kita jantungan." ujar Silvi alay tingkat dewa, gue kan ga sampe gebrak meja mereka, ampun deh.

Dan pemandangan indah yang tuhan sedang suguhkan buat gue, apalagi kalau bukan senyumnya Cinta. Senyum yang menurut gue manis, buat gue kecanduan.

"Kaka boleh duduk?" tanya gue

"Boleh, duduk aja." jawab Cinta dengan nada yang lembut, buat gue yang medengarnya serasa meleleh. Dia menggeser duduknya dan mempersilakan gue duduk dipinggirnya.

"Ekhm, jadi kamcong nih." celetuk Silvi yang hampir aja gue lupain gitu aja, gue kejam? Biarin, yang penting gue liat Cinta.

"Berisik Vi, kamu jadi cerewet deh sejak pacaran sama Adrew." dan seketika gue langsung liat Silvi cemberut beradu dengan wajah merona.

"Ih gitu yah, au ah mau beli jus. Bye." dan pergi begitu saja.

Jadi ditinggalah gue berdua aja, oke padahal gue udah biasa bareng perempuan tapi hanya bareng Cinta gue selalu nervous.

"Ka, Cinta boleh nanya?" ucapnya begitu serius.

"Boleh."

"Kemarin kaka sama ka Andrew ada masalah apa?"

Dan jadilah gue bingung sendiri harus jawab apa.

Tbc..

Maafkan daku yang lama update, soalnya daku baru pulang study tour, dan aku ga pegang tab jadi ga ngetik selama perjalanan dan selama dipulau orang pula, jadi mohon maaf.

Oke jadi bagaimana ceritanya? Voment jangan lupa.

Cerita dari its_stanshunpike jangan lupa dibaca, ajib bgt ceritanya!

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang