Part18

7K 465 8
                                    

Mungkin jika hanya Ayah aku akan lebih sanggup menceritakannya meskipun menakutkan, tapi kenapa harus ada ka Andrew juga ikut mengintrogasiku. Satu saja cukup membuat ku kewalahan apalagi 2. Dengan meriungkannya di ruang keluarga, dengan suasana lumayan mencekam. Sebenarnya Big No sekali.

"Siapa yang mendorongmu, Ta?" pertanyaan ini sudah ka Andrew dan ayah tanyakan beberapa kali, karena memang aku tak mengenal wanita itu selain karena dia suka ka Andrew maka aku hanya menjawab tidak tahu.

"Ga tau, ka."

"Lelaki?" tanya ayah gencar sekali.

"Wanita."

"Kamu melihat mukanya?" giliran ka Andrew menanyai ku.

"Sedikit, karena dia langsung berpaling."

"Kamu pasti tau Orangnya, kan?" tanya ayah, sekarang lebih terlihat penasaran dari pada introgasi yang kejam.

"Aku tak mau berperasangka buruk."

"Memang buruk yang sudah menyakiti anakku!" teriak Ayah tiba-tiba, ka Andrew pun sampe kaget mendengarnya.

Jangan salah, ayah juga sama-sama protective nya dengan ka Andrew, mereka itu sebelas duabelas. Memang anak ayah ga jauh beda.

"Oke, Cinta kasih tau siapa, tapi kalian janji jangan usik dan bahas itu lagi setelahnya."

"Kalau kaka ga janji." ucapnya acuh.

"Apalagi ayah."

Tuh kan mereka sama saja, tak mau dibantah, dan tak mau membuat perjanjian yang menurut mereka merugikan, dan menyebalkan.

"Ga apa-apa, kalau gitu Cinta ga akan cerita." ancamku benar-benar merasa menyebalkan dengan kedua pria ini.

"Tak apa, kaka akan tanya Nathan." ucap ka Andrew percaya diri bahwa dia pasti dapat info dari ka Nathan, padahal di tkp saja ka Nathan tak ada, the hell sekali dia.

"Sana tanya sampe bulukan!" emosiku.

Entah kenapa aku sangat marah jika membahas ka Nathan, rasanya ingin mencabik-cabik dia dengan sadis. Beraninya bersikap dingin padaku.

"Kamu jangan egois, Ta." ceramah ka Andrew menyulut emosiku, seenaknya dia berbicara seperti itu, padahal mereka sendiri memiliki ego yang tinggi seperti sekarang ini.

"Siapa yang egois disini?! Aku atau kalian sih?! Tau ah bete!" emosiku mulai muncul dengan sendirinya, mengakibatkan mood ku berubah sekali sehingga berani membentah 2 pria tua ini.

Tanpa persetujuan aku melangkah pergi, aku tak melarikan diri ke kamar, aku hanya pergi ke dapur karena butuh air untuk menenangkan pikiran.

"Maafkan mereka berdua." ujar bunda yang sudah ada disebelahku. Sebenarnya aku hanya kesal karena mereka terlalu ngotot dan tak mendengar permintaanku.

"Tak apa bun. Cinta hanya sedikit kesal."

Bunda mengelus lembut kepalaku, "mereka khawatir padamu sayang, maka dari itu mereka bersikap seperti itu."

"Cinta tau."

Tanpa terasa aku sudah menghabiskan tiga gelas air mineral, bunda sampai menggeleng-geleng melihatku. Beginilah aku jika harus menenangkan emosi selain mebanting pintu atau marah tak menentu. Cara air ini hanya aku gunakan saat ada ayah. Aku tak berani membanti pintu kalau ada ayah, bisa-bisa aku disuruh kerja rodi, dan aku tak mau itu.

"Mending Cinta balik lagi ke sana deh bun." pamitku

"Iya, tenangin tuh dua pria yang menyebalkan." canda bunda buat aku cekikikan sendiri.

Aku pun pergi ke ruang keluarga sedangkan bunda masih diem di dapur, katanya sih mau masak buat nanti malem. Bunda ku memang istri yang baik dan ibu yang terbaik.

Oke balik lagi ke jalan yang lurus, yah lurus aja dari dapur kalau ke ruang keluarga sih.

Setibanya di ruang keluarga, ada keanehan disini. Anehnya ada tiga pria diruangan ini sekarang. Ayah, ka Andrew dan omigot. Apakah itu ka Nathan?

"Cinta duduk sini." perintah ayah dengan penuh ketegasan.

Aku pun duduk disebah ayah bersebrangan dengan ka Nathan, mungkin sedikit gila mendengarnya kalau aku mengakui ka Nathan sangat tampan menggunakan baju koko putih yang sedang dipakainya. Tapi mengingat sikap dia disekolah begitu dingin, aku jadi merasa kesal.

"Kenapa ka Nathan disini?" tanyaku langsung, karena bingung juga kenapa orang ini diam dirumah ku.

"Kaka yang nelepon Nathan supaya ke sini." ka Andrew menjawabnya dengan yakin, kalau dia yang bawa orang ini. Dan kenapa juga harus dipanggil ke sini, perasaan ga ada sangkut pautnya sama ka Nathan deh kecelakaan ku kemarin.

"Terus?"

"Cinta yang sopan ngomongnya." peringatan ayah yang pertama. Ya ampun kurang sopan apalagi aku, ini udah yang paling sopan buat mahluk ini.

"Boleh saya berbicara ayah?" tiba-tiba suara ka Nathan menarik perhatian semuanya, dan apanya yang AYAH. Woy dia orangtua ku sama ka Andrew, kapan coba ayah nganggkat ka Nathan jadi anak.

"Boleh Nath, tak perlu sungkan." ucap lembut ayah, bikin sirik aja.

"Sebenarnya saya ga pulang bareng sama Cinta, tadi disekolah ada rapat sekolah." ada jeda yang berlangsung lama disana, ayah dan ka Andrew sih mewanti-wanti ka Nathan bicara. Aku? Masa bodo sekali.

"See. Ka Nathan ga ada di tkp, ngapain juga nanya orang ini." ucapku mencela keheningan yang ada. Ayah udah ngasih tatapan tajam bertanda aku harus diam.

"Memang kenyataannya, yah." bela ku sekenanya, enak aja aku yang diamuk coba.

"Yang sopan, ayah ga pernah ngajarin gitu sama kamu." peringatan yang kedua, oke aku cukup diam.

"Lanjut, Nath." perintah ayah.

"Nathan ga tau apa-apa sama kecelakaan Cinta, dan Nathan minta maaf karena Nathan lengah menjaga Cinta." ucap ka Nathan penuh penyesalan. Dan hellow baru nyesel aja kalau udah gini.

Hening seketika, memang bukan salah ka Nathan, jadi ayah yang ku lihat ingin marah tak bisa memaki-maki ka Nathan begitu saja. Sedangkan Ka Andrew udah mau mukul aja liat tangannya yang udah mengepal.

"Jadi sekarang apa manfaatnya dia?" tunjukku benar-benar sudah tak sopan.

"Cinta yang sopan." peringatan ayah yang ketiga kalinya.

"Gapapa, yah. Memang salah Nathan ko." ucapnya dramatis.

Aku hanya diam setelah diperingati oleh ayah, kalau ngelunjak bisa-bisa dikurung kamar seenaknya akibat peristiwa ini.

"Sebenernya ada siswa yang melihat kejadian tadi." ucapan ka Nathan sontak membuat ka Andrew dan ayah merubah wajah mereka. Yang tadinya kesal atau apalah itu menjadi wajah kejam dan bahagia sekaligus.

"Siapa pelakunya?" anarkis ayah.

"Dia bilang bukan anak sekolah kami, tapi menggunakan jas kuliahan, dan ternyata satu kuliahan dengan andrew." jelas ka Nathan, membuat ka Andrew geram tentang seseorang dari kampusnya.

"Aku rasa, aku tau pelakunya." ucap ka Andrew penuh penekanan, dan begitu menakutkan.

Tbc..

Hai?!

Maaf aku update lama, biasa ada peski di bulan ramadhan jadi jarang ngetik =))

Vomentnya jangan lupa..

Dan cerita dari its_stanshunpike jangan lupa untuk disimak.

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang