Part14

8.3K 467 2
                                    

"Kalian menon-aktifkan kalian dengan seenaknya." oke sekarang aku dan ka Nathan dapat sidang yang cukup mengerikan karena kecerobohan kami berdua. Pantas saja ka Andrew tak menghubungiku, padahal yang sebenarnya ponselku lowbeat yang akhirnya mati tanpa aku cek terlebih dahulu tadi, dan ka Nathan sendiri lupa mengaktifkannya setelah kita maen basah-basahan.

Flashback

"Cinta, apakah itu Andrew?"

Aku hanya melihat dari pinggir, dan aku baru bisa lihat dengan jelas muka ka Andrew yang penuh amarah sedang menunggu sesuatu atau mungkin seseorang didepan pagar rumahku.

Motor ka Nathan pun berhenti didepan ka Andrew yang aku yakin sebentar lagi akan mengamuk, dan entah mengapa firasatku meyakinkan ku bahwa ka Andrew menunggu aku dan ka Nathan yang berarti akan mengamuk pada kami berdua.

"KALIAN DARI MANA SAJA?!!" teriaknya tiba-tiba setelah ka Nathan menyapanya dengan senyuman yang bisa membuat para perempuan luluh, hanya saja dia salah penempatan untuk ini.

End Flashback

Dan disinilah kami sekarang, diruang tamu kediaman pangestu dengan ka Andrew yang mengomel karena sikap kami yang tak menghubunginya sama sekali. Aku hanya diam tak membantah ka Andrew, dan ku liat ka Nathan hanya menyengir bego saat ka Andrew memarahinya habis-habisan.

"Kalian itu sudah dewasa, sudah tau kan untuk tidak membuat kami khawatir." ucap ka Andrew penuh rasa marah dan khawatir.

"Dan kalian lupa akan ponsel kalian, ayolah kalian itu bukannya maniak teknologi." lanjutnya tak kalah anarkis, dan tak lupa memanggil kami maniak.

Aku memutar mataku bosan, karena aku sudah biasa menghadapi kemarahan ka Andrew. Jika dia sudah marah, dia akan sangatlah cerewet seperti ibu-ibu Darma Wanita. Bundaku saja kalah cerewetnya sekarang.

"Ka udah ngomelnya?" tanyaku dengan cukup berani, tapi jika aku tak bertindak bisa-bisa kami tak tidur, lihatlah jam dinding itu saja menunjukan pukul 7 malam yang berarti ka Andrew mengomeli kami 3 jam lamanya.

Ka Andrew hampir saja mengeluarkan matanya yang terus melotot kearahku setelah aku bertanya hal tadi.

"Ka, kami minta maaf karena lupa untuk menghubungimu oke? Kami juga cukup lelah untuk mendengarkan mu saat ini."

Kuliat ka Nathan geleng-geleng mendengarkan ku berbicara seperti kereta. Apa aku salah mengucapkan sesuatu sampai ka Nathan seperti itu? Sedangkan ka Andrew sudah menghembuskan nafas lelah.

"Kalau kamu lelah, kamu bisa pergi ke kamarmu, tapi aku masih ada urusan denga Nathan." sontak aku berdiri dan akan berteriak kepada ka Andrew, membuat aku memikirkan kan Nathan akan disidang sendirian, padahalkan ini salah kami berdua.

Namun genggaman ka Nathan ditanganku membuat aku menjadi menghirup dan menghembuskan nafas lelah. Dia tersenyum berusaha menyakinkan ku bahwa dia akan baik-baik saja.

"Aku tak akan memberi sidang padanya, ini masalah yang lain jadi pergilah tidur, Ta." ucapan ka Andrew seketika membuatku lega namun bimbang dengan masalah lain itu.

"Benarkah?"

"Ya, jadi pergilah ke kamarmu."

Akhirnya ka Nathan melepaskan genggamannya dan menyuruhku menuruti permintaan ka Andrew, dengan berat hati aku pergi menuju kamarku dengan tangan yang terasa hampa setelah kehilangan genggamannya.

Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, namun setelah memebersihkan diri pun ka Nathan masih ada di rumah ku. Saat aku menuju dapur aku merasakan aura disekitar mereka begitu serius. Apakah begitu besar masalah yang mereka bicarakan?

***

Aku bangun sangat pagi, melihat jam di nakasku menunjukan pukul 4.30 padahal aku tidur dengan berbagai macam pikiran. Semalam karena lelah memikirkannya aku tertidur tanpa tak tau apakah ka Nathan pulang pukul berapa.

Aku periksa ponsel ku di nakas dan hanya ada sms dari Silvi, smsnya menanyakan gimana keadaanku. Dan tak ada satu sms pun dari ka Nathan, disitu aku kecewa.

Namun aku bergegas memebersihkan diri untuk pergi kesekolah. Aku berniat akan bertemu dengan kan Nathan dan menanyakan semuanya.

"Selamat pagi, sayang." sapa bunda di meja makan.

"Selamat pagi juga bundaku." balasku dengan cepat kilat mencium pipi kanannya. Aku baru melihat bunda lagi pagi ini, sebenarnya kemarin dari siang ka Andrew bilang kalau bunda pergi ke rumah keluarga utama dan saat kemarin aku kembali bunda sama sekali belum pulang.

"Bunda dengar kamu bikin masalah."

Oh ayolah ka Andrew, kenapa dia mengatakan yang tidak-tidak pada bunda, padahal hanya masalah kecil, beta ember mulutnya itu.

"Cuma karena aku lupa menghubungi ka Andrew, itu masalah besar?"

Bunda terkekeh melihat mimik wajahku ini, "bukan begitu, tapi liatlah betapa khawatirnya kaka mu itu. Jika itu bunda, bunda juga akan melakukan hal yang sama."

Aku tau aku begitu mengkhawatirkan tapi setidaknya tolong jangan membesarkan masalah yang sepele, aku tak mau membuat masalah yang besar.

Melihat mimik wajahku berubah bunda mendekatiku dan memeluk kepalaku, seketika aku begitu tenang. Bunda membawa pengaruh yang besar padaku maupun ka Andrew. Karena beliau adalah orang yang paling berharga.

"Sudah lebih baik kamu berangkat sekarang."

"Loh ka Andrew mana, bun?" karena aku baru sadar bahwa dia tak terlihat batang idungnya.

"Dia berangkat sangat pagi tadi, katanya maaf tak bisa mengantarmu. Ada urusan penting." Aku hanya merespon bunda dengan senyuman, dan segera menyelesaikan makananku.

"Bunda, cinta berangkat." ku kecup punggung tangannya.

"Iya, hati-hati sayang." setelahnya aku pun pergi dengan santai ke gerbang sekolah.

Aku ingin mengetahui segera, apa yang ka Nathan dan ka Andrew bicarakan tadi malam. Akan ku tanyakan segera.

Tbc..

Hayoohh masalahnya apa omigot. Aku akan berpikir terlebih dahulu masalanya hehehe.

Vomentnya aku tunggu, makasih.

Don' forget baca ceritanya its_stanshunpike

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang