Aku melihat raut wajah ka Nathan berubah dengan secara derastis, mukanya begitu kebingungan antara menjelaskan atau tidak.
"Oh ayolah ceritakan pada ku." paksaku secara tidak sadar.
"Segitukah kamu penasaran akan aku?" ledeknya dengan muka mesumkah(?) oh ayolah, aku tak bisa mengartikan raut muka diwajahnya.
"Menurutmu?" tantangku.
"Hmm, tak tau lah." ucapnya dan tiba-tiba berdiri dari bangkunya. "Aku menyayangimu, bahkan sangat. Jadi aku akan menjagamu, dah." lanjut ka Nathan dengan kata-kata ambigunya dan dengan cepat berlari meninggalku disini sendirian dengan pemikiran campur aduk.
Aku hanya bisa melamun memikirkan maksud dari perkataan ka Nathan yang begitu berbelit-belit, segitukah rumit masalahnya sehingga aku tak boleh tau.
"Hayoh melamun apa?" teriak Farah dengan menyentuh pundakku.
"Kau menjengkelkan, Fah." balasku sedikit cemberut, pemikiranku tadi terhenti karena Farah. Dan dia hanya terkekeh melihatku.
Aku dan Farah sekarang sudah lebih dekat dari sebelumnya, Farah yang terlihat dari luar selalu berperan gila dan kocak ternyata mempunya sifat yang kalem dengan pembawaan sifatnya yang dewasa, kadang aku bingung kenapa dia bisa berubah ubah seperti itu. Dan aku tau pasti dia tertarik pada Rafa.
"Ayolah Ta, ikut yah pulang sekolah." ajaknya yang kesekian kalinya.
"Kalian bertiga bersenang-senanglah, aku tak bisa ikut." tolakku lagi-lagi dengan halus dan lembut.
"Kenapa gak bisa ikut?"
"Kamu tau kan kaka ku bagaimana? Kalau aku pulang telat bisa bisa diamuk." jelasku dengan bayangan ka Andrew mengomeliku diruang keluarga hingga menjelang jam malamku untuk tidur.
"Kamu bisa mengirimnya pesan untuk meminta izinkan? Oh ayolah." paksanya lagi. Yah aku tau jika aku tak ikut, Farah akan jadi satu satunya perempuan dan aku tau kalau dia sedikit gusar tentang hal itu.
"Aku tak bisa janji, meskipun aku mengirimnya pesan. Ka Andrew suka sekali melarangku dan menyuruhku pulang langsung." jelasku sebisa mungkin.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Silvi dengan membawa satu gelas jus strawberry nya.
"Aku mencoba mengajaknya jalan setelah pulang sekolah, tapi dia menolaknya terus menerus." jelas Farah dengan badannya bergeser mempersilahkan Silvi untuk duduk disebelahnya.
"Ah, memang susah mengajaknya jalan keluar." jawabnya dengan friendly sekali, dan mereka berdua jadi asik mengobrol sedangkan aku bingung sendiri.
"Mendingan kita kekelas deh." ucapku menyadarkan mereka akan waktu yang terus berputar sedangkan kita masih diam dikantin.
"Ya udah. Aku duluan deh, kan beda kelas." pamit Silvi dan pergi ninggalin kita berdua.
"Lebih baik kita kekelas juga yuk." ajakku setelahnya, dan Farah menganggukan kepalanya tanda setuju.
***
"Yakin ga akan ikut?" tanya Rafa lagi-lagi dan lagi. Jika memang bisa memilih pastinya aku akan ikut tapi apa daya brocom sudah melekat.
Flashback
"Ta, beneran ga bisa ikut?" tanya Rafa memastikan saat aku baru saja datang dari kantin bersama Farah.
"Hmm, akan ku coba minta izin dari ka Andrew." ucapku dengan bokong sudah nemplok dikursiku, dan segera mencari ponsel ku didalam tas. Setelah mendapatkannya aku segera menelepon ka Andrew karena melihat jam istirahat akan segera berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective?
Romanspunya kaka yang over protective itu memang merepotkan, segala urusanku diurusnya. tapi untuk temannya yang satu ini kaka ku mempercayainya, beda dengan biasanya. semuanya berhubungan dengan kejadian itu.. Copyright © nnamaul Sampul by @Stanley Shunp...