Part3

16.6K 839 3
                                    

"Kalian berdua dari mana saja?" omel ka Andrew langsung tercurahkan setelah melihat aku dan ka Nathan sampai dipantai.

"Iya nih ka Nathan nyulik cintanya kelamaan." Silvi pun ikutan ngomel. Padahal salah mereka juga kan ga nahan ka Nathan buat bawa aku tadi.

"Kami dari sana." jawabku dengan tangan menunjuk tempat tadi yang ternyata begitu jelas terlihat disini.

Ka Nathan hanya menganggukkan kepalanya menyatakan bahwa pernyataanku benar adanya.

"Lain kali jangan bawa adek gue sembarangan nath, izin dulu."

Mendengar ucapan ka Andrew tadi buat aku tersenyum dengan merekah, ka Andrew masih peduli ternyata.

"Lah kan elu sendiri udah izinin tadi."

"Tapi kan ga pake lama-lama, gue khawatir adek gue kenapa-kenapa."

"Orang ga kenapa-kenapa juga."

"Elu kan orang nya maen nyosor nath, nanti ade gue ga suci lagi gimana?!"

"Mana mungkin, kan belum sah kalem aja."

What ga suci lagi? Maen nyosor? Belum sah? Bener-bener ga jelas obrolan mereka, otak mereka udah kena racun apaan sih? Ga malu apa di liat orang, apalagi perempuan-perempuan berpakaiam minim memandang mereka berdua dengan tatapan lapar.

"Kalian berdua jangan adu mulut disini dong, kan jadi bahan tontonan tuh." ucap silvi memisahkan mereka berdua.

"Udah ah, Cinta mau jalan-jalan." pamitku pergi, masa bodo dengan kelakuan mereka yang sekarang termenung melihatku.

Tanpa persetujuan mereka bertiga, aku pun melangkah pergi kearah batu karang besar dibagian kiri pantai.

Disini begitu tenang, karena para pengunjung pantai tidak bermain disekitar sini, aku begitu suka tempat tenang seperti ini. Aku pun bermain dengan kameraku, mengambil semua objek yang ada.

Hari ini begitu banyak hal baru, benar-benar membuat pikiranku teruras. Perasaanku terasa campur aduk meskipun banyak kesalnya.

"Cinta." panggilan seseorang membuat aku tersadar dari pikiranku, dan ternyata itu ka Nathan. Kenapa dia dengan seenaknya memanggilku menggunakan nama depan, rasanya menggelikan sekali.

"Apa?" jawabku dengan nada cuek, membuat dia hanya tersenyum kecut mendengarnya. Dia mulai mendekatiku dan duduk di sampingku.

"Kau marah?" tanyanya tiba-tiba.

"Marah untuk apa?" aku bingung denganya, dia sekarang bersikap lebih baik.

"Untuk ucapanku tadi."

Hah? Apakah dia mengucapkan sesuatu tadi? Aku bahkan tidak peduli dengan ucapannya.

"Aku tak ingat ucapan mu yang membuat aku marah."

"Jangan cuek seperti itu. Maaf bila ucapanku tadi membuatmu marah."

"Ucapan apa? Kau sangat menjengkelkan."

"Yang aku ucapkan saat berbincang dengan kakamu lah." mukanya benar-benar kesal sekarang karena ku.

"Hm."

Kami pun terdiam untuk beberapa menit, sangat hening hanya ada suara deru ombak pantai. Aku kembali memainkan kameraku yang membuat aku pergi kedunia impianku.

"Kau masih marah?"

Kenapa dia selalu menggangguku, padahal aku sudah merasakan dunia milikku saat tadi, dia benar-benar menyebalkan.

"Sangat marah."

"Hanya karena ucapanku?"

"Ya."

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang