Chapter 14 - Apakah Aku Boleh Menerimanya?

7K 653 21
                                    

-ˋˏ ༻HAPPY READING༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡

Hari itu Elisa tak pernah berhenti menitikan air mata, sampai ia hanya makan di dalam kamar. Duke Aillard yang melihat hal itu merasa khawatir sekaligus bingung.

Malam harinya, Elisa tertidur setelah kembali menangis mengingat siapa dirinya. Ia adalah Elisa, tapi bukan Elisa yang asli. Sampai saat ini, Elisa mengira semua perhatian yang diberikan Duke Aillard dan Carl adalah untuknya. Namun, ia sadar bahwa itu semua bukan untuknya melainkan untuk Elisa yang asli.

Elisa menangis meskipun dalam keadaan tertidur, angin berhembus masuk ke dalam kamar. Cahaya rembulan menyinari kamar Elisa.

Tes

"Ugh ... di mana aku?" Elisa membuka matanya melihat keadaan sekitar.

Ia mencoba berdiri dengan keadaan bingung, entah di mana ia sekarang. Kakinya terasa dingin, Elisa menunduk menatap kaki jenjangnya. Rambut coklat bersinar terurai dengan mata hazelnya itu menatap bingung air yang menggenang.

Ruangan itu gelap namun bercahaya sebab air yang menggenang, Elisa berjalan menyusuri ruangan tersebut. Ia masih merasa bingung dengan apa yang terjadi.

"Kenapa aku berubah kembali? Apakah aku merasuki tubuh orang lain lagi?" tanyanya sembari menatap lengannya.

"Hiks ... hiks ...." Elisa mendengar isakan seorang anak kecil.

Ia menatap sekitar mencari keberadaan anak tersebut. Sampailah ia berhasil menemukannya, seorang anak kecil dengan rambut emas dan mata biru berkilau.

"H-hey, kenapa kau menangis di sini?" tanya Elisa seraya berjongkok di samping anak kecil tersebut.

Gadis kecil itu menoleh ke samping dengan mata berair, Elisa terkejut karena ia tahu siapa gadis kecil di depannya kini.

"Kakak, kenapa kau menangis?" tanya gadis itu parau.

Elisa berpikir, menangis? Bukankah anak ini yang tadi menangis?

"Aku tidak menangis, justru dirimulah yang menangis," jawab Elisa sembari tersenyum.

"Kakak menangis, kenapa Kakak menangis?"

"Huh? Aku menangis?"

"Ya! Kakak menangis setelah melihatnya," sahut anak kecil tersebut.

Elisa terkejut, benar bahwa ia menangis sejak melihat foto ibu Elisa. "Aku ... aku hanya sadar akan siapa diriku," jawab Elisa tersenyum getir.

"Mengapa?"

"Aku bukan dirimu yang asli, aku tidak pantas mendapatkan keluargamu," jawab Elisa menunduk.

"Mereka bukan keluargaku, mereka keluarga Kakak!" tegasnya.

Elisa mendongak menatap mata biru yang terlihat serius itu. "Kenapa kau berpikir begitu?"

Gadis kecil itu tersenyum ceria. "Karena mereka hanya mengenal Kakak."

Elisa terdiam melihat senyuman tulus yang dibuat oleh gadis kecil di depannya. "Tidak, mereka tidak mengenalku. Mereka hanya mengenalmu, Elisabeth."

Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang