Chapter 11 - Mine

8K 845 19
                                    

-ˋˏ ༻HAPPY READING༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡

Tok tok tok

"Masuklah."

Klak

"Paman?" Elisa masuk ke dalam ruang kerja Duke Aillard seraya tersenyum lebar.

"Kau? Kenapa kau ke sini?" tanya Duke Aillard setelah menatap Elisa sekilas.

"Bertemu Paman," jawab Elisa berjalan mendekat ke arah meja kerja Duke Aillard.

"Aku sedang sibuk," ucap Duke sembari fokus menatap lembaran kertas di tangannya.

"Paman masih marah padaku?" tanya Elisa sedikit berjinjit mengintip meja kerja Duke Aillard.

"Tidak," jawab Duke cepat.

Elisa memutar bola matanya kesal. "Paman berbohong."

"Untuk apa aku marah? Aku bukan anak kecil."

"Maaf," cicit Elisa pelan.

"Hm?" Duke Aillard menatap Elisa yang menunduk di sampingnya sambil memberikan sekantong kukis coklat.

"Aku minta maaf karena menyakiti Paman, jadi sebagai permintaan maafku aku membuat kukis ini di dapur," ujar Elisa mendongak menatap mata merah Duke Aillard.

Duke Aillard mengambil kantong kukis itu dari tangan Elisa, ia tersenyum senang melihat melihat kukis buatan Elisa. Duke Aillard menatap Elisa yang terdiam, lantas lengan kekarnya mengangkat tubuh Elisa kemudian memangkunya.

"Sudah kubilang, aku tidak marah padamu," ucap Duke Aillard lembut.

"Yah, meskipun begitu aku minta maaf," sahut Elisa kembali menunjukan senyum manisnya.

Duke mengelus kepala Elisa, is membuka kantong kukis kemudian memakannya. Ia biarkan kukis itu menempel di mulutnya, lengan kanannya ia gunakan untuk mengurus lembaran kertas di atas meja.

Elisa menengok meja kerja Duke Aillard yang terlihat berantakan. "Hm? Apa itu laporan mengenai keuangan mansion?"

Duke Aillard melahap kukis yang menempel di mulutnya. "Ya, apa kau bisa membaca?"

"Sedikit," jawab Elisa. Sebenarnya aku iseng mempelajari tulisan kuno di kehidupanku sebelumnya. Tidak kusangka itu akan berguna di sini, batin Elisa.

"Sepertinya aku harus memanggil seorang guru untuk mengajarimu," ucap Duke Aillard menatap mata biru Elisa.

"Untuk apa aku belajar?" tanya Elisa kaget.

"Belajar itu penting, kau tidak akan bisa bertahan hidup di dunia ini dengan kebodohanmu," sahut Duke Aillard.

Elisa menatap datar wajah Duke Aillard. "Aku tidak sebodoh itu."

"Ya, aku tahu kau pintar. Jadi, aku ingin kau semakin pintar kedepannya."

"Jadi itu sebabnya kakak pergi ke akademi," gumam Elisa.

Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang