-ˋˏ ༻HAPPY READING༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡Pasukan kesatria Frederick tiba di ibu kota, mereka langsung melawan para monster begitu tiba di ibu kota.
Elisa menuntun kudanya menuju kuil suci ditemani Axelle sambil melawan monster yang hendak menyerang Elisa. Setibanya di depan kuil suci, Axelle berpamitan pada Elisa untuk bergabung bersama yang lain melawan para monster.
"Berhati-hatilah, Axelle," ingat Elisa dengan raut khawatir.
Axelle tersenyum seraya mengangguk. "Jaga dirimu."
Axelle melajukan kudanya bergabung dengan para kesatria, sementara Elisa melangkahkan kaki masuk ke dalam kuil.
Di dalam kuil, banyak penduduk yang menjadi korban. Para pendeta yang memiliki kekuatan suci berusaha mengobati mereka.
"Elisa, kenapa kau di sini?" tanya Cardinal Henry sembari berjalan menghampiri Elisa.
"Aku di sini untuk membantu," jawab Elisa seraya mengedarkan pandangan melihat para korban.
"Syukurlah, korban yang terluka begitu banyak sementara kami kelelahan mengobati mereka," ungkap Cardinal Henry.
"Baiklah, aku akan berusaha mengobati mereka." Elisa menautkan kedua tangannya dengan erat di depan dada.
Ia menunduk dalam, kemudian cahaya putih kebiruan menyeruak keluar dari tubuh Elisa. Cahaya itu menyebar ke seluruh penjuru kuil masuk ke dalam tubuh para korban menyembuhkan luka mereka.
"Lady Elisa," panggil Paus Issac.
Elisa membuka matanya menatap Paus dengan senyum menghiasi wajahnya. Elisa selesai mengobati seluruh korban yang ada di dalam kuil, ia menurunkan tangannya dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.
"Salam, Yang Mulia Paus." Elisa membungkuk memberi hormat.
"Angkat kepalamu, Lady." Paus tersenyum melihat Elisa.
"Yang Mulia, bukankah Elisa sangat berbakat? Dia terlihat mirip dengan Emilie," ungkap Cardinal membanggakan Elisa.
"Ya, Lady Elisa terlihat mirip dengan mendiang Saintess Emilie."
"Huh? Ibu pernah menjadi Saintess?" tanya Elisa sedikit terkejut karena sebelumya ia tidak tahu mengenai status sang ibu kecuali ia adalah putri dari Count Evrard.
"Benar, Lady. Apakah tidak ada yang mengatakan itu pada Anda?" tanya Paus Issac.
"Tidak ada."
"Yang Mulia, kami mendapat korban baru," lapor seorang kesatria yang masuk bersama rekannya membawa seorang korban.
"Baringkan dia di sana." Paus menunjuk sebuah tempat yang kosong.
Kesatria itu hendak membawanya menuju tempat yang ditunjuk Paus, namun Elisa menghentikannya.
"Tunggu," cegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)
Fantasía"Takdir terkadang mempermainkan hidup kita." Eleari Jeshie adalah seorang pegawai perusahaan, 3 tahun yang lalu neneknya meninggal, Eleari hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya tiada, Eleari bahkan tidak mengenal mereka. Suatu hari saat sedang ber...