Chapter 31 - Aku Tidak Ingin Meninggalkanmu

1.5K 112 0
                                    

-ˋˏ ༻HAPPY READING༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡

Sepanjang hari Axelle berlatih, ia terus terpikirkan dengan ucapan Elisa semalam. Ia jadi ikut merasa takut jika suatu saat nanti dunia akan hancur, terlebih dia harus meninggalkan Elisa sebentar lagi.

Srak

Axelle menebas boneka jerami yang ada di depannya, napasnya terengah-engah kelelahan setelah berlatih bersama raksasa tanah ciptaannya.

"Kau berlarih cukup keras, apa ada masalah?" tanya Carl sembari berjalan menghampirinya.

"Tidak ada," jawab Axelle seraya menyeka keringat yang mengalir dari dahinya.

"Kau tidak pandai berbohong." Carl mengambil ancang-ancang, ia mengangkat tangannya menyerang Axelle dengan bayangannya.

Axelle mengelak mundur, ia menangkis serangan Carl menggunakan pedangnya. Carl mengambil pedangnya kemudian menyerang Axelle.

"Ukh!" Axelle kewalahan menahan serangan Carl, ia baru saja selesai berlatih bersama raksasa tanah.

"Lawan aku, jika kau ingin menjadi pria yang kuat!" ucap Carl sembari menekan pedangnya.

Kilat amarah terlihat dari kedua mata Axelle, pedang Axelle mengeluarkan cahaya biru. Axelle mendorong kuat pedangnya membuat Carl ikut terdorong, Carl tersenyum ia melompat mundur ke belakang.

Axelle berlari ke arahnya menyerang Carl dengan menggunakan teknik gabungan. Serangan Axelle lebih cepat dari sebelumnya, Carl menangkis serangan Axelle. Ia juga mengayunkan pedangnya dengan cepat, pertarungan itu membuat para pelayan yang lewat berhenti seketika untuk menontonnya.

Gerakan Axelle sangat cepat, ia begitu lihai memainkan pedangnya. Begitupun dengan Carl yang telah berlatih sepanjang hidupnya mengayunkan pedang.

Trang

"Kau cukup mengesankan," ujar Carl tersenyum miring menatap mata abu-abu milik Axelle.

"Terima kasih," jawab Axelle.

Keduanya mundur bersama lalu kembali menyerang satu sama lain. Pertarungan itu terjadi cukup lama dan tak ada yang memenangkannya, sampai pada akhirnya keduanya kelelahan.

Mereka beristirahat di sebuah bangku dekat pohon rindang, semilir angin membuat rasa gerah keduanya sedikit menghilang. Carl terluka di bagian lengan dan pelipisnya, ia terkena goresan pedang Axelle.

"Kau terluka," ucap Axelle.

"Tidak masalah, aku bisa sembuh dengan mudah. Tidak sepertimu," jawab Carl sembari melihat luka Axelle.

"Yah, setidaknya kita sama-sama terluka."

Luka di tubuh Carl perlahan menghilang tanpa meninggalkan jejak, Axelle memperhatikannya dengan seksama.

"Apa kau juga memiliki kekuatan cahaya?" tanya Axelle.

"Ya, hanya sedikit. Kekuatan itu hanya bisa digunakan untuk menyembuhkan lukaku, aku tidak bisa menggunakannya untuk orang lain seperti Elisa," jawab Carl sambil menatap luka di tangannya yang memudar.

Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang