Delapan

510 65 12
                                    







Jangan lupa minum air putih dan jaga kesehatannya ya 🌸🦔

Terima kasih pada yang membaca cerita ini, yang vote, yang menyimpan cerita ini dalam perpus, yang menambahkannya ke readinglist, dan yang kangen cerita ini ciahhh candaa 🤣

Gak tau kenapa kalian masih bertahan, tapi semoga kalian terhibur di kala kegabutan yang melanda.



Selamat Membaca ❤️✨









“Sunghoon, ini bekal makan siangmu. Jangan lupa dimakan. Ibu tidak mau anak Ibu sakit,” kata Nayeon memberikan tas berisi bekal dan minuman untuk Sunghoon.

Sunghoon tersenyum dan mencium pipi ibunya. “Terima kasih, Bu.”

Nayeon mengangguk dan mengusap lengan sang anak. “Cepatlah menikah. Berikan Ibu cucu karena Ibu semakin kesepian semenjak adikmu meninggal.”

Sunghoon menghela napasnya. Sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk membahas masalah pernikahan karena mood-nya sedang tidak baik.

“Minta Wonyoung ke restoran selagi kau sibuk bekerja. Setidaknya dengan kehadiran Wonyoung, Ibu bisa terhibur setelah tiga bulan kepergian matahari kesayangan kita,” kata sang ibu yang setiap hari selalu menghitung hari dimana ia tak lagi bersama anak perempuannya.

“Aku tidak bisa meminta Wonyoung sesuka hati, Bu,” tolak Sunghoon yang tidak mengatakan kenyataan bahwa Wonyoung adalah pembunuh adiknya. Kalau ia mengatakan itu, ia yakin ibunya akan kecewa sekali dan ia takut ibunya jatuh sakit karena stres akibat kenyataan yang tak bisa diterimanya.

Kematian Eunchae membuat Nayeon masuk rumah sakit setidaknya dua kali karena dehidrasi, dan karena sakit maag.

Sunghoon tak ingin ibunya sakit lagi. Untuk itu ia cukup mengatakan kalau ia tak bisa meminta Wonyoung untuk menghibur ibunya.

“Oh... Tolonglah, Hoonie... Ibu merindukan kehadiran anak perempuan Ibu. Setidaknya dengan adanya Wonyoung Ibu menjadi kembali semangat,” mohon sang ibu.

Sunghoon tersenyum tipis. “Baiklah aku usahakan.”

Sayangnya ia tak ingin mengusahakannya. Ia akan membunuh Wonyoung alias Victoria dengan tangannya sendiri hari ini di pertemuan para mafia yang sudah ia dan tim kepolisian tahu.
































“Liz, apa kau sudah mengamankan bangunan tua dekat pelabuhan yang akan menjadi tempat pembuatan pistol?” tanya Victoria pada rekan kerjanya saat mereka memasuki lobi hotel bintang lima yang dimiliki oleh Minju.

“Ya. Kau tenang saja. Semua sudah diatur. Bahkan ruangan bawah tanah itu sudah dibuat. Sore ini kau bisa melihatnya,” kata Liz.

Victoria tersenyum. “Bagus,” balasnya.

Ia dan Liz beserta anggota mafia yang berjumlah enam orang berjalan ke arah lift.

Pakaian Victoria, Liz, dan anggota mafia tampak begitu rapi. Jas, blazer, celana bahan, sepatu pantofel, dan sepatu hak tinggi menjadi pilihan mereka untuk masuk ke hotel yang dibuka untuk umum itu.

Beberapa pengunjung melihat mereka dan tampak terpukau dengan kecantikan Victoria dan Liz.

“Permisi!” seorang pria berkacamata yang tampak culun dengan kamera di tangannya menghadang jalan Liz dan Victoria.

Victoria dan Liz, serta anggota mafia berhenti karena hal kecil yang bagi Wonyoung adalah gangguan yang memuakkan.

Victoria berdecak. Gadis itu melirik jam tangannya.

8. J - ✓ Mafia Princess And Police Man ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang