“Semuanya baik-baik saja. Sebelum dia datang, lalu menghancurkan skenario manis ini.” —GREAT GIRL
****
"LEPASKAN TUNANGAN SAYA!"
Suara bernada tinggi itu menguar ke berbagai sudut, bersamaan dengan munculnya sosok laki-laki bertubuh tinggi dari balik pintu. Seorang pria tua di sana membalikkan badan, sunggingan kecil tercipta melihat kedatangan cucunya tersebut.
"Kamu datang juga, Arsenio," kekehnya.
Arsenio Arisva Zavlendra, lelaki itu datang untuk menjemput Nazeera Zievanna Alegreya—tunangannya yang telah diculik oleh kakeknya sendiri. Arsen sampai setelah menempuh kurang dari 20 menit perjalanan. Mulut dilakban serta tangan terikat ke belakang seraya duduk di kursi kayu adalah kondisi Nazeera yang disuguhkan kepada Arsen. Jangan lupakan lebam yang tercipta di sekujur tubuh gadis itu. Hal yang membuat darah Arsen mendidih melihatnya.
Suasana mencekam bersahutan dengan suara burung gagak di malam itu sama sekali tak membuat Arsen menciut. Niat menjemput calon istrinya sama sekali tak goyah. Kendati pertumpahan darah terjadi, Arsen tak akan mundur sebelum Nazeera berhasil diselamatkan.
"Arsen ...." Nazeera membatin. Kedatangan Arsen membuat hatinya menghangat.
"Sayang ... tenang, ya? Aku di sini." Arsen menyahut seolah ikatan batin mereka memang sekuat itu. Lelaki itu kemudian beralih menatap Roberts—si pria tua angkuh yang berdiri di samping Nazeera. "Ingat perkataan saya Roberts. Jangan sentuh tunangan saya atau hidup Anda tidak akan tenang!"
Roberts tertawa kecil. "Benarkah?"
"Apa yang Anda inginkan?!"
"Sudah saya katakan bahwa saya tidak menyukai perempuan terlalu pintar seperti tunangan kamu ini, Arsenio."
"CEPAT KATAKAN APA YANG ANDA INGINKAN ROBERTS!" sentak Arsen berang. Tak ada kesopanan untuk jelmaan iblis seperti pria tua ini. Pria tua yang tak lain adalah kakek kandungnya sendiri.
"Kamu yakin ingin memenuhinya?" Roberts menyeringai dengan aksen meremehkan.
Tanpa ragu Arsen mengangguk. "Cepat katakan dan kembalikan Nazeera kepada saya."
"Saya menginginkan kematian wanita yang menjadi tunangan kamu ini."
Kalimat yang diucapkan Roberts sukses membuat dada Arsen bergemuruh. Darahnya kian mendidih dengan tangan terkepal kuat. "Fuck!" umpatnya pelan. Arsen membelalak. Langkahnya yang hendak mendekat tertahan ketika Roberts menodong pistol tepat di kepala Nazeera. Lelaki itu spontan memekik, "ROBERTS ZAVLENDRA!"
"Sekali lagi kamu melangkah, saya pastikan peluru ini akan bersarang di kepala perempuan ini," ucap Roberts menyeringai.
Shit! Arsen mati kutu dibuatnya. Roberts pandai sekali mengendalikan situasi. Pria tua itu seolah paham kelemahan Arsen adalah Nazeera. Seolah menodongkan pistol itu langsung padanya tak akan berpengaruh apa-apa. Arsen tak bisa bertindak gegabah. Nyawa Nazeera di atas segalanya.
Sementara di sana Nazeera bergeming. Matanya berkaca-kaca melihat Arsen yang tak berdaya karenanya. Penyesalan mulai mendominasi. Andai tak ada pertengkaran di pesta tadi, andai tadi dia tak pergi, maka semuanya tak akan terjadi. Dan Arsen ... dia paling merasa bersalah. Seandainya dia dapat mengontrol emosinya, seandainya dia tak kelepasan melakukan kekerasan hingga menampar pipi Nazeera, semua ini tak akan terjadi. Mereka tak akan berada di sini. Keadaan tak akan serumit ini.
"Sayang, i'm here. Don't worry, okay?" ujar Arsen menenangkan.
"Drama yang sangat menyentuh hati nurani saya." Roberts yang menyaksikan kedua sejoli itu ikut bersuara seraya terkekeh meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREAT GIRL
Random"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang berawal dari perkenalan lalu berakhir dengan kata jadian. Ini sebuah cerita tentang dua manusia yang sud...