BAB 43 : Teror

21.2K 1.4K 300
                                    

Sebelumnya maaf bgt karena aku ngga update apa pun selama seminggu ini. Baru seminggu ya, untung ngga sebulan 😹 Soalnya ngga tau kenapa, akhir-akhir ini ngga sreg mau buka wetped apalagi nulis 🙏🏻

Part ini lumayan panjang. Banyak narasinya si, semoga ngga gumoh yaa. Happy reading 💐

****

"Nggak. Nggak apa-apa. Biasa ini mah, efek ditinggalin suami ke luar negeri. Maklum kurang belaian."

Entah Shena mempercayai alasan konyolnya itu atau tidak, Nazeera tidak tahu, dan sebenarnya juga tidak peduli. Kepalanya sudah dipenuhi oleh berbagai macam teka-teki belakangan ini. Efek sesuatu yang dia temukan di laptop Shena saja masih menyeruak hebat di kepalanya. Kebetulan yang meresahkan.

Sebenarnya Nazeera juga tidak mau berburuk sangka. Lagi pula, kalaupun memang Shena terlibat dalam hura-hura yang saat ini sedang berlangsung, apa motifnya? Sejauh berpikir, Nazeera tidak menemukan alasan logis untuk itu. Sebab yang menjaga, yang mengurus Arsen selama dirinya tiada adalah Shena. Rasanya tidak mungkin jika gadis itu memiliki keterlibatan dalam masalah ini.

Nazeera mengusap wajahnya kasar. Angin malam menusuk kulit. Remangnya lampu jalanan sama sekali tidak menarik atensinya. Nazeera mungkin tidak sadar, jalanan yang dilaluinya bisa dikatakan sepi. Mungkin jika ada kategori manusia aneh, Nazeera masuk nominasi. Sebab mempunyai mobil dengan harga fantastis impian semua orang, gadis itu malah berjalan kaki. Menaiki taxi juga tidak, alasan umum yang digunakan semua orang karena jarak tujuan yang sudah dekat.

Nazeera terus menyusuri trotoar. Terlalu sibuk dengan isi kepala sampai tidak menyadari ada seorang laki-laki mengikutinya dari belakang. Nazeera tidak kunjung sadar ketika beberapa menit telah berlalu. Baru setelah hening sungguhan menyergap, gadis itu menyadari ada yang tidak beres. Langkah kaki selain dirinya terdengar dari belakang.

Temponya yang teratur tidak membuat Nazeera keliru untuk menebak bahwa langkah berat itu adalah milik laki-laki. Sialan. Jadi dirinya sedang diikuti? Atau ... sedang diincar?

Walau tahu sedang dalam mara bahaya, sedikitpun Nazeera tidak tampak cemas, gelisah, dan berbagai jenis ketakutan lainnya. Memilih berlari? Tidak. Gadis gila ini tetap melanjutkan langkah seolah tidak terjadi apa-apa. Entah apa yang ada di pikiran cucu Grayson Alegreya ini, tapi reaksinya yang kentara tenang membuat laki-laki di belakangnya mengernyit.

Cih, dia malas berlama-lama. Maka langsung saja ke tujuannya. Lelaki itu mengeluarkan sapu tangan yang sudah dilapisi obat tidur alih-alih mengeluarkan senjata tajam. Setidaknya dia akan memakai perempuan gila ini yang mengancam keberlangsungan rencananya, baru setelah itu menghabisi nyawanya.

Maka dengan itu, sebut saja keselamatan menyertai Nazeera. Sebab ketika laki-laki itu hendak menjalankan niat jahatnya, dari sisi lain Jevandra Aldebaran datang—menggenggam tangan Nazeera erat layaknya benteng pertahanan yang siap melindungi sang hawa dari mara bahaya.

Nazeera tersentak. Gadis itu menoleh spontan. Reaksi terkejutnya menjadi biasa saja ketika Jevan memberi isyarat tenang dengan gerakan mata. Sadar calon korbannya didampingi seorang laki-laki yang entah datang dari mana, tapi dilihat dari cara mereka berpegangan dia beranggapan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Lelaki itu putar haluan, menyembunyikan sapu tangan berbius itu ke dalam saku hoodie yang dikenakan.

Nazeera dan Jevan memutar tubuh, memandangi punggung orang itu yang perlahan menjauh. Genggaman tangan dilepas. Nazeera menoleh lagi kepada lelaki yang sudah menolongnya. "Makasih, Kak."

Jevan mengangguk kalem. Netranya masih menyorot lurus punggung orang itu yang kian menghilang ditelan kejauhan. Tadinya dia hanya ingin melintas saja. Sekilas melirik spion dan mendapati Nazeera diikuti lelaki bertopeng, Jevan sadar ada yang tidak beres. Dia segera menepikan mobil, menyebrangi jalan dan mendekati Nazeera. Beruntung Jevan datang tepat waktu.

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang