Nanti kalau sudah sampai, kalau sudah tercapai, semua lelah dan kesulitan hari ini akan menjadi kenangan indah yang akan membuatmu tersenyum.
Buang jauh-jauh rasa ingin menyerah, manja, malas dan lemah itu.
****
Sejak awal menerima lembaran kertas putih sampai netranya selesai mengabsen seluruh aksara yang tertulis di sana, tak ada ekspresi di mata Lenia selain lurus yang sekarang ditemani embusan napas berat.
Tangan Lenia kemudian terulur memijat pelipisnya. Perasaan cemas menguasai diri. Satu yang harus Lenia lakukan sekarang adalah menjaga kertas ini baik-baik agar tidak jatuh ke tangan Arsen. Simpelnya, jangan sampai lelaki itu membacanya atau nantinya akan menjadi masalah besar.
Bukan maksud menyembunyikan, tapi seharusnya Arsen memang tidak tahu mengenai hal ini. Jika sebelumnya Lenia selalu terbuka dan menyampaikan informasi apa pun kepada lelaki itu, maka untuk yang satu ini tidak. Lenia dengan tegas menolak. Lagi pula benda ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
"Lenia."
Yang disebutkan namanya terintrupsi. Sesegera mungkin Lenia membalikkan tubuh dan menyembunyikan kertas tersebut di belakang tubuh pula. Perempuan itu menetralisir raut wajahnya ketika Arsen tampak berdiri tepat di hadapannya. "Iya, Tuan?"
"Sudah ada laporan dari Holland?" tanya lelaki itu.
"Sudah, Tuan. Map sebagai bukti laporannya saya letakkan kemarin malam di atas meja kerja Tuan sebagaimana perintah," jawab Lenia.
Diletakkan kemarin malam? Jujur Arsen tidak ingat, tapi mungkin saja iya. Karena malam itu dirinya kelelahan dan berakhir tertidur begitu saja. Arsen berkedip lamban dirasa ini kesalahannya. "Baik. Terima kasih."
Lenia mengangguk. Arsen walau datar begitu tapi aura yang dipancarkannya hangat. Lenia yang hampir menghabiskan seluruh harinya bersama lelaki itu mengakuinya. Walau posisi mereka berbeda, Arsen tidak pernah memandang rendah kepada orang yang berada di bawahnya. Di mata lelaki itu semuanya sama, tidak ada perbedaan kasta. Perawakan datarnya berbanding terbalik dengan aura yang dia pancarkan. Apalagi setelah bersama Nazeera, aura positif yang dipancarkan Arsen semakin ugal-ugalan.
"Saya sudah menghubungi, tapi tidak ada jawaban. Kamu tau Holland ke mana?"
Lenia yang baru saja hendak bernapas lega karena Arsen pergi kembali dibuat pengab ketika lelaki itu tampak membalikkan badan dan mengajukan pertanyaan. Sesuatu yang dia sembunyikan bersamaan dengan Arsen yang malah berbalik menghadapnya membuat Lenia panas dingin.
"Holland pergi Tuan, tapi tidak memberi tau ke mana. Katanya akan kembali dalam waktu dekat," jawab Lenia sesuai perkataan Holland waktu itu.
Paham gelagat Lenia tidak seperti biasanya, Arsen menyipitkan mata, hal yang membuat Lenia semakin tidak tenang di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang, rasanya seperti ingin longsor ke lambung.
"Ada masalah Tuan?" Lenia berusaha bersikap tenang.
Namun tak ada jawaban dari Arsen. Lelaki itu bergeming dengan iris mata menyorot kepada tangan Lenia di belakang sana. Seperti ada yang disembunyikan, tapi apa?
Lalu pada akhirnya, Arsen memilih keluar dari sana tanpa mengucap apa pun, tak ingin mengganggu waktu istirahat Lenia yang sama letih dengan dirinya.
Lenia mengembuskan napas lega setelah sang tuan tak lagi dijangkau mata. Perempuan itu menunduk seraya berucap rendah, "Maaf, tuan Arsen ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
GREAT GIRL
Losowe"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang berawal dari perkenalan lalu berakhir dengan kata jadian. Ini sebuah cerita tentang dua manusia yang sud...