BAB 56 : Bertopeng?

7.4K 529 1K
                                    

Update lagiii. Happy reading 💗💐

****

Suasana bandara cukup ramai pagi itu. Nazeera dan Shena beriringan menuju parkiran. Keduanya baru saja kembali mengantar Naura, Jennie, dan Angel yang kembali ke luar negeri pada hari ini.

Setelah sempat keras kepala atas wejangan yang Nazeera berikan kemarin, saat ini Shena sudah kembali ke setelan awal. Tak ada raut sarkasme yang sejatinya ditujukan untuk Jevan. Gadis itu lebih banyak tersenyum hari ini, kendati tadi air mata sempat menghiasi pipi sebab mereka dihadapkan dengan perpisahan.

"Zee." Shena memanggil. Mereka sudah berada di parkiran. Berdiri di sebelah masing-masing kendaraan.

Nazeera menoleh. "Hm?"

"Gue duluan yaw. Ada kelas pagi ini," ujar Shena.

"Oh, okay." Nazeera mengangguk. "Hati-hati."

Shena mengangkat jempolnya. "Sippp."

Nazeera berdiri di luar mobil. Dia memperhatikan Shena yang mulai melaju hingga perlahan menghilang ditelan kejauhan. Apa kata Shena tadi? Ke kampus? Nazeera merasa tak enak. Bagaimana jika Shena masih keras hati? Bagaimana jika Shena masih marah dengan Jevan? Lalu ... bagaimana jika Shena bertemu dengan Jevan di kampus nanti? Karena pertemuan antara murid dan dosen mutlak tidak dapat dihindarkan.

Cukup lama terdiam, Nazeera kemudian masuk ke dalam mobil. Seraya mengetuk pelan telunjuknya ke setir, ia bergumam, "It's okay Nazeera, Shena kemarin cuma kesurupan doang kok, sekarang udah baik-baik aja."

Nazeera dan akhlaknya yang mulia.

****

Sudah belasan kali buku Marketing Management 15 Edition by Kotler Keller Shena bolak-balikan. Harapnya membaca buku tersebut dapat mengalihkan riuh pikirannya, namun satu saja materi di buku itu tak masuk ke otaknya. Sejak awal masuk kelas hingga kini berada di perpustakaan, pikirannya terus berisik. Kicauannya menjadi-jadi.

"Bianca."

Bianca yang berada di depan Shena mendongak. "Lo manggil gue?" Ia menunjuk dirinya sendiri, dan Shena mengangguk. "Kenapa?"

"Jev—Pak Jevan ke mana ya hari ini?" Shena sebisa mungkin mengecilkan suaranya agar tak terdengar selain Bianca.

"Tumben nanya Pak Jevan. Ada apa nih?" tanya Bianca aneh. Sebagaimana yang dia tahu, Shena sangat anti mengenai lelaki itu.

Shena menggeleng kaku. "Eng—gak."

"Terus kenapa nanya?"

Shena bergeming. Sebenarnya sejak diberi wejangan oleh Nazeera, hatinya sedikit melembut. Entah dapat mukjizat apa gadis itu. Perlakuan kasarnya pada Jevan kemarin terus menggentayanginya. Shena sadar dia terlalu berlebihan. Dan ... ucapannya yang secara langsung menyuruh Jevan pergi mengganjal di hatinya. Lalu hari ini Jevan tidak terlihat seperti biasanya di kampus. Ke mana lelaki itu?

"Gue kurang tau si, Kak," ucap Bianca peka. "Gue juga nggak liat Pak Jevan hari ini."

Jevan itu dosen muda yang tidak bisa diacuhkan ketampanannya. Wajah di atas rata-rata miliknya acapkali membuat mahasiswi salah fokus. Jika ada perempuan yang mengacuhkan lelaki itu, maka perempuan itu adalah Shena. Bianca sebagai salah satu mahasiswi yang mengidolakan Jevan garis keras selalu tahu ada atau tidaknya lelaki itu di kampus. Namun kali ini, Bianca tak melihat Jevan seperti biasanya. Lelaki itu tak terlihat sejak pagi hingga sore ini.

"Atau dia izin?" tebak Shena. Tidak biasanya dosen itu absen, apalagi hari ini ada jadwalnya mengajar di kelas mereka.

Bianca menggeleng. "Pak Jevan nggak kayak gitu. Kalau izin, beliau pasti ngasih materi dulu atau setidaknya ngasih tugas."

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang