Halooo update lagi!!!!
Ramein nggak?! Maksa nih 🤗🔪****
Siapa yang mau kehilangan sosok ibu?
Tidak ada, begitu juga dengan Meylisa. Langkahnya tertatih menuju rumah sakit ketika mendapat kabar Sandra—ibunya dilarikan ke ruang UGD. Meylisa sesak, jantungnya berdetak tak menentu. Meylisa takut, ia takut ditinggal ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki.
"I-ibu gimana, Bi?" tanya Meylisa pada Asa—wanita yang memberitahu mengenai kondisi Sandra.
"Masih di UGD," jawab Asa minat tak minat. Wanita yang berusia kepala 3 itu melipat tangan angkuh di dada. "Maaf ya Meylisa, kebetulan aku yang bawa ibu kamu ke sini. Jadi tolong tau diri dan ganti uangku. Zaman sekarang nggak ada yang gratis."
Tadinya Sandra berada di rumah, namun karena keadaan yang semakin memburuk, wanita itu dilarikan ke rumah sakit saat Meylisa sedang dalam perjalanan ke kampung halaman. Meylisa merogoh tasnya tanpa pikir panjang, pun tanpa memikirkan dirinya yang jelas letih karena menempuh berjam-jam perjalanan. "Ini Bi. Makasih udah bawa ibu ke sini," ucap Meylisa seraya menyuguhkan lima lembar kertas merah.
Asa menerimanya dengan mata berbinar. Tidak ada penolakan sama sekali, terlebih ia cukup lama menunggu di sana hingga pada akhirnya Meylisa tiba. Tak ada keperluan lagi dan sebenarnya tak begitu peduli, Asa yang angkuh berlalu dari sana. Kebaikannya sama dengan ada udang di balik batu.
Meylisa mendudukkan diri di kursi tersedia. Dia menangkup pipinya dengan kedua telapak tangan lalu kemudian air mata yang sejak tadi menggenang luruh begitu deras. Sebenarnya, sifat Asa adalah salah satu dari banyaknya warga di sana. Mulut mereka pedas, hati mereka keras. Baik jika perlu. Kata mereka, hidup saling menguntungkan, sementara Meylisa dan Sandra hanya bisa menyusahkan. Tidak ada yang bersedia mengulurkan tangan untuk wanita janda anak satu itu.
Meylisa paham sifat mereka, dan Meylisa tidak peduli. Meylisa hanya ingin Sandra sembuh. Meylisa hanya ingin wanita yang telah melahirkannya itu hidup normal. Meylisa ingin ibunya kembali sehat seperti sedia kala. Walau nyatanya, peluang tersebut tak lebih besar dari lubang semut.
"Ibu ...." Meylisa sesenggukan. Tak henti dia memanjatkan doa kepada yang kuasa. "I-ibu harus sembuh. L-Lisa cuma punya ibu di sini ...."
****
Sejuknya suhu ruangan tidak mampu mendinginkan panas yang menyerang hati Zelo secara mendadak. Jantungnya serasa ditombak, sendi-sendinya melemas dalam sekejap. Ekspresi terkejut tak mampu lelaki itu samarkan, matanya sampai berembun setelah membaca selembar kertas yang ia temukan di kamar Lenia.
"Hazelo ...."
Pemilik kertas itu datang, sangat terkejut melihat keberadaan Zelo yang memasuki kamarnya tanpa permisi. Masih dengan bathrobe melekat di tubuh karena baru selesai mandi, Lenia mendekat. Dibalikkan tubuh lelaki itu tak ada lembut-lembutnya. "Jangan lancang memasuki kamar saya, Hazelo," tekan Lenia mengabaikan raut sayu lelaki itu.
Zelo lancang, ia akui itu. Keberaniannya meningkat ketika Arsen kembali ke Indonesia karena suatu hal dan meninggalkan Lenia di Amerika. Zelo mengangkat kertas yang ia pegang, rasanya seperti mengangkat sepuluh gajah, sangat berat. "Apa ini?" tanyanya rendah.
Tanpa menduga, Lenia tahu bahwa Zelo sudah mengetahui isi yang tertulis di selembar kertas putih itu. Niatnya tidak ingin mengatakan kepada siapa pun, tetapi lelaki di hadapannya ini tahu sendiri karena ketidaksopannya. Sekali lagi Lenia mengabaikan Zelo, ia lebih memilih mengambil kertas itu dari tangan Zelo, yang sayangnya gagal. Zelo dengan sigap menyembunyikan kertas itu di belakang tubuhnya. "Kembalikan Hazelo."
KAMU SEDANG MEMBACA
GREAT GIRL
Random"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang berawal dari perkenalan lalu berakhir dengan kata jadian. Ini sebuah cerita tentang dua manusia yang sud...