BAB 36 : Anonym

26.2K 1.3K 1K
                                    

Ngetik part ini bikin energi aku terkuras bangett. Kepalaku sampe sakit cuma dipake mikir buat nulis part ini doang 😭🤸🏻

Setelah beberapa malem begadang, untungnya part ini selesai juga ditulis. Sempet juga mikir, "Apa aku berhenti nulis aja, ya?" 🥲🙏🏻

SELAMAT MEMBACA 💐🤍

****

"Akkhh!"

"Tahan."

"Sakit ... A-Arsen, pelan-pelan."

"Ini udah pelan Sayang."

"Mmphh!"

"Sakit banget, ya?"

Nazeera mengangguk kecil. "Perih."

"Makanya motong buahnya hati-hati. Keiris kan, nih jari jadinya!" Arsen yang sedang fokus mengobati luka di jari Nazeera tak bisa untuk tidak mengomel.

Nazeera mencebik, tak berani menyahut karena sadar seratus persen bahwa ini kesalahannya. Bisa-bisanya karena kecanduan lihat Arsen lagi kerja, bukannya motong buah malah motong jari. Tidak, ralat. Ini seratus persen bukan salah Nazeera. Arsen juga salah di sini! Kenapa coba lelaki itu harus punya wajah dengan tingkat ketampanan yang tidak manusiawi?!

Malam itu, ada pekerjaan yang membuat Nazeera mendatangi kediaman Arsen. Arsen sudah meminta Nazeera duduk di sofa tersedia di ruang kerjanya itu, sementara dirinya memeriksa kembali dokumen yang gadis itu berikan.

Awalnya keadaan aman dan tentram, apalagi Nazeera yang anteng memotong buah-buahan sebelum sesuatu tiba-tiba bergejolak dalam dirinya. Gadis itu menaikkan pandangan, matanya berkeliaran lalu terhenti pada wajah rupawan Arsen. Rahang, hidung, alis, rambut, dan seluruh yang ada pada lelaki itu, semuanya tercipta dengan apik.

Nazeera seolah terhipnotis oleh rupa calon suaminya sendiri hingga tak sadar bahwa tangannya yang memegang pisau guna memotong buah malah mengiris jarinya sendiri.

"Terima kasih, Kakanda," ucap Nazeera semringah ketika Arsen selesai mengobati lukanya.

"Iya, Dinda," balas Arsen kalem. Lelaki itu berdiri lalu beralih menuju tong sampah kecil di dalam sana. Seperti motivasi hidupnya; 'Buang benda apa pun yang melukai Nazeera', maka itu yang Arsen lakukan sekarang. Lelaki itu membuang pisau yang melukai calon istrinya tanpa perasaan ke dalam tong sampah. Daebak.

"Ini mesin capit waktu itu?" Nazeera baru sadar keberadaan sebuah mesin capit di dalam sana.

"Iya," jawab Arsen.

"Kenapa taruh di sini?" Nazeera kembali bertanya saat berdiri di dekat mesin itu. Hal ini cukup aneh baginya mengingat kediaman lelaki itu luas. Lalu kenapa tidak diletakkan di tempat lain saja?

"Soalnya kalau lagi pusing sama pekerjaan, saya main mesinnya." Arsen menghela napas kecil. "Tapi malah dibikin tambah pusing sama mesin nggak waras itu karena bonekanya nggak dapet-dapet."

Nazeera tertawa. Raut lelaki itu melas sekali seolah harinya senin terus. "Main ini tuh harus pake ketenangan, jangan pake emosi. Harus fokus juga. Intinya tenang dan fokus," ujar Nazeera sok-sokan memberi nasihat. Padahal kemarin wajahnya kesal setengah mati karena mesin yang kata Arsen 'nggak waras' itu. "Hm ... aku boleh main nggak?"

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang