BAB 12 : Missing

39.4K 1.8K 32
                                    

Rencana mau update kemarin. Tapi nggak jadi, hari ini aja. Happy reading 🤟🏻

****

Arsen itu gigih, pantang menelantarkan pekerjaan. Seperti saat ini. Tangannya masih terasa sakit karena kejadian kemarin, tapi lelaki itu sudah datang ke kantor pagi-pagi sekali, mengamati sekumpulan pekerjaan di atas meja. Kendati demikian, raut wajah tak bohong bahwa sebenarnya dia lelah. Raga yang tak henti bekerja membuat letih tak mengelak bersemayam di tubuhnya.

Dibanding waktu lalu, kesibukan Arsen cukup berkurang karena keberadaan Nazeera. Dimulai lelaki itu yang jarang kembali ke penthouse jadi sering kembali saat ini. Wajar saja. Nazeera merecokinya dengan 'Kematian di usia muda'. Arsen yang paham Nazeera tidak berdusta cukup membuat nyalinya menciut. Mengerikan juga mendengarnya.

Arsen menghela napas seraya menyandarkan tubuh ke punggung kursi. Netranya melirik pada arloji di lengan kiri yang menunjukkan pukul delapan pagi. Satu detik, dua detik ... satu menit kemudian alis Arsen tertaut, merasa ada yang kurang di pagi yang cerah ini. Tapi apa?

Sebentar ....

Jeda sesaat.

Nazeera.

Tepat sekali!

Arsen belum menemukan Nazeera pagi ini. Biasanya sebelum jam tujuh perempuan itu sudah datang—menemuinya di ruangannya untuk mengucapkan selamat pagi. Tak pernah absen, pun tak pernah datang telat.

Lupakan. Arsen tak memikirkan itu berkepanjangan. Mungkin sekretarisnya tersebut sudah berada di meeting room dikarenakan ada brainstorming yang diselenggarakan hari ini.

****

"Selamat pagi, Pak."

Sapaan tersebut terucap serempak oleh karyawan di dalam sana kala sang pemilik nama memasuki meeting room. Tak ada yang duduk seperti sebelumnya, semuanya berdiri kala pemilik GAD Eins itu datang.

Arsen bergeming di ambang pintu. Matanya berpendar menelisik jajaran staff yang tengah berdiri—mencari keberadaan seseorang. Dahi Arsen samar-samar menimbulkan kerutan karena seseorang yang dicarinya tidak ditemukan. Arsen kemudian melangkah menuju kursinya yang berada di ujung tengah para staff. Lagi-lagi dia memilih menghiraukan, kendati di dalam sana pikirannya berperang memikirkan satu nama yang tak terlihat keberadaannya.

"Mulai," ujar Arsen yang sudah duduk di kursinya.

"Berbanding dengan bulan yang lalu, di mana kita hanya mempertimbangkan harga. Namun, kali ini berbasiskan kritik pengguna, maka kita bisa lebih fokus dalam meningkatkan kinerja serta kualitas dengan tingkat kematangan lebih."

Seorang laki-laki berdiri di depan sebagai moderator mulai menjelaskan. Pancaran sinar proyektor turut menyala—andil dalam menampilkan materi brainstorming pada hari itu.

****

Satu jam berlalu. Brainstorming yang diadakan kini menuju akhir. Namun lelaki sebagai dirut itu hanya duduk tanpa memperhatikan. Sama sekali tak mendengarkan penjelasan yang disampaikan di depan sana. Raganya di ruang tersebut tapi pikirannya berkelana. Fokusnya hanya pada nama seorang perempuan yang sejak tadi memang tak terlihat keberadaannya.

"Berani ya kamu absen tanpa izin."

"Minimal kabarin, bukan malah hilang seperti ini!"

"Dan, apa maksudnya ini?!"

"Lancang sekali kamu menari-nari di pikiran saya, Nazeera Zievanna."

Arsen mendumel dalam hati. Lelaki itu geram sekali. Entah gejolak apa yang tengah melandanya hingga dia tak henti-henti memikirkan Nazeera sejak tadi. Arsen sendiri keheranan apa yang terjadi dengan dirinya.

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang