BAB 46 : Dilema

18.4K 1K 382
                                    

Aku kembaliiiii 🧨
Terima kasih sudah baca cerita ini bahkan bertahan sampe di part ini. Lopyuu sekebon. Happy reading 🤗🌹🤍

****

“Bryan Direless, punya darah Belanda, lulusan Ilmu Komputer lima tahun lalu, usia sama kayak lo, alias 26 tahun.” Leon memberi jeda sesaat. “Sebelumnya Bryan tinggal di Italia, kemudian pindah ke Indonesia di usianya yang ke 18 belas tahun dan tinggal di Indonesia sampe sekarang.”

“Menurut infomasi yang gue dapat, ayah Bryan yang bernama Jhon Direless pernah terlibat dalam kelompok mafia. Kabarnya si, Jhon adalah seorang gembong dan pengedar narkoba ternama di Eropa.” Leon melumat bibirnya seraya mengedikkan bahu. “Hanya kabar yang belum pasti kebenarannya. Soalnya gue sampe orang-orang gue cukup kesulitan nyari data Bryan ini. Hidupnya abu-abu. Tapi ya tetep, nggak ada yang mencurigakan.”

Nazeera mengangguk paham. “Ada lagi?”

Leon menggulir layar iPad di tangan, kembali membaca kalau-kalau ada info yang tertinggal. “Ah, Bryan belum menikah alias masih lajang.”

Nazeera mendesah berat. Seluruh kantor juga tahu kalau Bryan masih bujang! Dasar Leon prik! “Lagi?”

Leon menggeleng. “Hanya ini.”

Next,” ucap Nazeera seraya menyandarkan tubuh ke punggung kursi.

“Cassandra Meylisa, mahasiswi beasiswa Avalor University fakultas Teknik Informatika. Diperkirakan akan lulus tahun depan. Usia 21 tahun, jenis kelamin perempuan—”

“Yon, yang bener!” potong Nazeera. “Gue juga tahu Meylisa perempuan. Yang lebih important dikit kek!”

Leon menyengir dengan dua jari terangkat. “Candra Septian—ayah Meylisa adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang agraris. Sandra Dahlia—ibu Meylisa hanya seorang Ibu Rumah Tangga. Dulunya sempat kerja, cuma berhenti karena Candra minta istrinya buat di rumah aja.” Leon menggulir layar iPad kemudian melanjutkan, “Lima tahun kemarin, perusahaan Candra mengalami kebangkrutan hingga kehidupan mereka berubah 180°.”

Nazeera mengangkat sebelah alis ketika Leon tak kunjung melanjutkan. “Terus?”

“Bentar, narik napas dulu,” kata Leon.

Jeda sesaat.

“Oke, lanjut.” Lelaki itu bersuara kembali. “Tiga tahun kemarin, Candra meninggal ditabrak truk saat kembali dari melamar pekerjaan ... meninggal di tempat, dan pelaku yang nabrak melarikan diri.”

Nazeera menegakkan punggung. Informasi mengenai Meylisa menarik atensinya sedemikian kuat.

“Karena hidup di kota membutuhkan banyak biaya, Meylisa dan ibunya memutuskan pindah ke sebuah desa, yang kalau dari sini ... memakan waktu sepuluh jam. Lima bulan setelah pindah ke desa, Sandra diketahui punya kolesterol yang kemudian menjelma menjadi jantung koroner. Meylisa sendiri part time. Kuliah sambil kerja.”

Agak lama Nazeera terdiam, sampai matanya tak berkedip mendengar penuturan sahabatnya itu.

“Nggak ada yang aneh Zee,” ujar Leon.

Nazeera mengerjap sadar, menarik kembali kesadarannya yang sempat mengambang. “Lanjut.”

“Habis,” balas Leon tanpa jeda. “Ini udah data terakhir dari ribuan orang yang lo suruh gue baca!”

Mata Nazeera berkedip lucu, setelahnya gadis itu menyengir—menampilkan deretan gigi putihnya. Beberapa hari belakangan waktu mereka berdua cukup tersita karena membaca data ratusan orang—Leon sebagai pembaca dan Nazeera mendengarkan. Karena sejak Nazeera meminta bantuannya, lima hari setelah itu Leon berhasil mengumpulkan data tiap-tiap orang yang terlampir. Terhitung sangat cepat mengingat orang-orang yang lelaki itu kerahkan juga tak sedikit.

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang