"Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Coba liat dompetmu, kelebihan nggak uangnya? Kalo iya, aku minta banyak."
HAPPY READING 🥷🏻
****
"E-ehh." Saat hendak menuju ruangannya setelah kembali dari ruangan Arsen, Nazeera tidak sengaja bersitubruk dengan seorang perempuan. Tidak jatuh, tapi posisinya beringsut ke belakang.
"Maaf, maaf. Saya nggak sengaja," kata perempuan itu.
"Saya juga minta maaf karena tadi nggak merhatiin jalan," balas Nazeera ramah. Keningnya agak mengkerut melihat perempuan itu. Nazeera kemudian tersenyum. "Kalau gitu saya permisi."
Perempuan itu memutar tubuh. Bibirnya bungkam, termangu luar biasa. Tatapannya menyorot lurus kepergian Nazeera hingga sekretaris Arsen itu hilang ditelan kejauhan. Dia sampai lupa berkedip melihat Nazeera untuk pertama kalinya. "Cantik," gumamnya terpana.
Tak butuh waktu lama untuk Nazeera sampai di ruang kerjanya yang sejatinya memang berada tak jauh dari ruangan Arsen. Nazeera duduk di kursi dengan fokus tertuju secara menyeluruh pada macbook di hadapannya. Sampai suara ketukan pintu dari luar menerobos indera pendengar, atensi Nazeera tetap tak teralihkan. Gadis itu menyahut, "Masuk." Tanpa menoleh ke sumber suara.
Decitan pintu terdengar setelah Nazeera memberi interupsi. Pintu ruangannya dibuka, menampilkan seseorang di sana. Dia melangkah masuk. Hal yang pertama kali dia lihat adalah name desk mengkilap bertuliskan Nazeera Zievanna—Secretary. Papan tersebut terletak megah di atas meja. Entahlah. Dia tiba-tiba merasa gugup sekarang.
"Selamat pagi Bu," sapanya ramah.
"Bu?" gumam Nazeera. Atensinya yang tertuju pada pekerjaan seketika teralihkan mendengar sapaan tersebut. Nazeera mendongak dengan dahi mengkerut tipis. "Kamu?"
Perempuan itu sama terkejutnya dengan Nazeera. Mereka kembali bertatap muka setelah beberapa menit lalu bertemu secara tak sengaja.
"Duduk," kata Nazeera ramah.
Perempuan itu menurut. "Maaf menganggu waktunya Bu."
Kening Nazeera mengkerut lagi. Agak aneh juga mendengarnya dipanggil dengan kata 'Bu'. "Coba panggil dengan sebutan yang lain, jangan Bu." Nazeera memintanya dengan ramah dan lembut, tapi entah kenapa membuat perempuan itu gugup luar biasa.
"Maaf menganggu waktunya, Mbak."
"H-hah? Mbak?" Nazeera mengerjap-ngerjap. Sungguh ini lebih aneh daripada sebelumnya.
"K-kenapa?" tanyanya.
"Yang lain deh, jangan mbak," kata Nazeera.
Perempuan itu menarik napas pelan berulang kali—menetralisir rasa gugupnya yang tak bisa diajak berkompromi, malah sebaliknya, kian menjadi-jadi. "K-kak—"
"Nah!" Nazeera menyahut cepat membuatnya tersentak di tempat. Jantungnya berdetak tak karuan. Takut kalau sekretaris direktur utama itu tak berkenan dengannya. Nazeera mengulas senyum ramah seperti biasa. "Itu aja! Panggil saya Kak," ujar Nazeera semringah.
Perempuan itu menghela napas lega mendengarnya. Nazeera sendiri saat di kantor dipanggil nama oleh para karyawan tanpa ada embel 'Bu' atas permintaannya sendiri. Atau paling tidak jika ada karyawan yang lebih muda darinya, maka Nazeera akan meminta karyawan tersebut memanggilnya dengan sebutan 'Kak'. Benar, Kak. Lalu kenapa dari awal tidak berkata seperti demikian? Entahlah. Nazeera memang suka mendebar-debarkan jantung orang. Minim akhlakul karimah memang.
"Kamu siapa?" tanya Nazeera. Dia tidak pernah bertemu perempuan ini sebelumnya. Bisa dibilang tabrakan tak sengaja tadi adalah kali pertama ia melihat perempuan ini. Sebelumnya tidak pernah. Nazeera sempat berpikir kalau perempuan ini adalah tamu perusahaan, tapi ada urusan apa sampai mendatangi ruangannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
GREAT GIRL
Random"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang berawal dari perkenalan lalu berakhir dengan kata jadian. Ini sebuah cerita tentang dua manusia yang sud...