BAB 55 : Nasihat (2)

7.5K 498 385
                                    

Ayam bekk gaess. Sebenernya part ini tuh udah nangkring, udah siap dari lama, cuma emang akunya ga punya waktu untuk memublikasikannya. Minta maap gaess. Tolong dimaapin 😓🙏🏻

HAPPY READING PART 55 🎀🤍🤍

****

Sore tadi adalah situasi di mana lautan lava dalam diri Shena meledak begitu dahsyat, memberikan efek luar biasa bagi Jevan—sasaran letusannya. Nazeera tidak lupa bagaimana tatapan tajam Shena menghunus Jevan layaknya pedang. Yang Nazeera tahu, ini adalah titik di mana Shena tak bisa mengontrol dirinya lagi. Gadis itu berada di level paling tinggi menaruh benci. Dan ... kata maaf adalah hal yang mustahil untuk Jevan dapati. Impian lelaki itu menghabiskan sisa usia bersama Shena hanya sebatas angan saja. Sulit sekali.

Nazeera membuka sedikit lengan cardigan yang ia kenakan. Gadis itu tengah duduk di sofa ruang tengah apartmentnya. Nazeera sedikit meringis karena luka yang disebabkan laki-laki misterius beberapa hari lalu kini berdenyut nyeri. Karena tadi menenangkan Shena, Nazeera mengerahkan tenaga. Itu yang menyebabkan luka tersebut kembali bereaksi karena pergerakannya tak seimbang dan berlebihan.

Selain Leon, tidak ada yang tahu mengenai luka itu. Saat perkumpulan tadi, Nazeera sengaja memakai cardigan berlengan panjang agar luka tersebut tak terdeteksi oleh para sahabatnya.

14, 9, 40, 45, 10, 23, 24, 37, 30, 29, 28.

"Emangnya gue sakit?" ujar Shena. Dia baru bangun, baru saja duduk di atas kasur dan presensi Nazeera yang memasuki kamar dengan wajah sengaja dihalangi sebuah kertas putih bertuliskan kumpulan angka acak membuatnya mengernyit.

Nazeera hanya tersenyum tipis.

Angka tersebut adalah get well soon, yang berarti 'semoga cepat sembuh'. Ini sandi genap ganjil, kode yang sama yang Nazeera terima dari peneror waktu itu. Nazeera sengaja merancangnya menjadi kalimat belasungkawa untuk menguji sesuatu. Dan hasilnya, Shena mengerti.

Nazeera berjalan mendekati Shena. Dia duduk di tepian ranjang dekat sahabatnya itu. Nazeera memang tak tanggung-tanggung. Jika ada ganjal maka akan dia selidiki. Jika ada pertanyaan maka dia maukan penjelasan. Situasi apa pun itu, Nazeera akan memanfaatkannya untuk mendapat jawaban. Permainannya halus. Sasarannya sulit memahami.

"Get well soon nggak harus untuk orang sakit. Untuk orang stress juga. Lo contohnya," ucap Nazeera tanpa beban.

Sebenarnya tidak ada yang salah jika Shena paham dengan sandi tersebut. Untuk anak yang tergabung dalam organisasi baju coklat pada masa sekolah, sandi itu tentu bukan hal asing dan sulit untuk Shena pecahkan. Entahlah, Nazeera juga tidak tahu perasaan apa yang sedang melandanya. Hatinya bergejolak ingin tahu. Nazeera yang sedang tidak mau repot memilih segera memenuhi.

"Shen," panggil Nazeera pelan. Shena mendongak. Hanya ada mereka berdua di sana. Naura, Jennie, dan Angel sudah pulang mengingat hari sudah malam. "Jangan gini lagi. Kalau emang nggak mau berhubungan lagi sama Jevan, setidaknya beri dia maaf."

Kening Shena agak mengerut sebab sebelumnya Nazeera tidak pernah membahas hal ini. "Kenapa dia nggak pergi aja sih dari Indo?"

Nazeera bergeming, sudah menduga balasan tak berkenan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Nazeera tengah mengolah kosakata agar lebih mudah diresapi Shena. Karena menyangkut masalah ini, kepala Shena lebih keras dari batu.

"Lo bisa nggak untuk jangan bohongin hati lo sendiri?" Nazeera tak ingin ikut campur sebenarnya. Dia bahkan menutup mata selama ini karena paham Shena sensitif jika membahasnya. Tapi kali ini, Nazeera ingin sedikit meninggikan egonya. Shena sudah melampau batas wajar dalam membenci. Sebagai sahabat, Nazeera tak ingin Shena menyesal di kemudian hari, pun dirinya yang juga menyesal karena tak mengingatkan. "Lo masih sayang sama Jevan, Shena ...."

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang