-Milla POV-
Sepulangnya mama dan papa dari Rumah sakit paginya, mereka langsung ke kamar untuk istirahat. Aku mengerti mungkin sejak semalaman mereka tidak istirahat. Tetapi hingga malam tiba, aku tersadar kalau mereka menghindari-ku. Ada apa ini? Apa aku berbuat kesalahan? Aku ataupun mama papa bahkan tidak bicara satu sama lain sejak tadi pagi. Hingga besok paginya, aku mencoba berbicara pada mama. Saat sedang menyiapkan sarapan.
"Aku bantu ya ma" ucapku lirih.
Tetapi mama hanya diam seolah tak ada aku disini. Aku tidak lagi mencoba berbicara pada mama. Bahkan saat sarapan pun. Semua begitu hening sekali, semua terasa canggung. Apa yang terjadi sebenarnya? Jangan-jangan papa dan mama bertengkar? Apa aku coba bicara saja? Semua itu memenuhi pikiranku.
Ketika aku akan memulai percakapan, tiba-tiba aku melihat menangis dalam diamnya. Aku semakin khawatir pada orang tuaku.
"Mama kenapa? Mama sakit?" Ucapku panik.
"Kamu makan saja Milla. Sebenarnya ada yang harus papa dan mama bicarakan padamu. Tetapi kita selesaikan dulu makannya." Ucap papa serius.
"Ada apa sebenarnya? Aku takut sekali. Ini bukan seperti yang aku pikirkan bukan?" Ucapku dalam hati
Setelah menyelesaikan sarapan. Papa dan mama mengajakku duduk di ruang tamu. 5 menit, 10 menit, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hal ini membuatku merasa gelisah. Wajah papa dan mama begitu tegang. Hingga akhirnya papa bersuara memulai pembicaraan ini.
"Camilla, kamu adalah anak semata wayangnya papa dan mama. Kami sayang sekali dengan kamu nak. Selama ini papa dan mama berusaha untuk selalu menuruti kemauan kamu. Karena kami tau sekali, yang menjalankan kehidupan itu kedepannya adalah kamu sendiri. Papa dan mama berusaha menahan diri untuk tidak memaksa kamu dalam hal yang tidak kamu sukai." Ucap papa dengan suara bergetar
"Jika papa dan mama minta satu hal dari kamu. Apa kamu bersedia nak?" Tanya papa dengan serius
"Minta apa pa?" Tanyaku ragu
"Papa minta maaf ya nak.. Papa tau ini berat, tapi ini kesalahan papa. Kamu boleh marah dengan papa. Tapi papa mohon agar kamu mau melakukan hal yang papa minta" Ucap papa dengan suara bergetar. Aku sungguh bingung dengan keadaan ini. Ada maksudnya?.
"Papa jangan minta maaf dulu. Kasih tau dulu pa. Aku gak ngerti permintaan papa." Ucapku penasaran sekaligus takut
"Papa minta kamu menikah dengan anak teman papa" ucap papa dengan suara ragu.
Aku tak tau harus merespon permintaan tersebut. Rasanya dunia sedang berputar dengan sangat kencang. Aku bahkan tak bisa melihat dengan jelas. Apa maksudnya? Kenapa papa meminta hal tersebut? Aku bahkan tak tau harus berekspresi seperti apa. Menikah?. Tanpa sadar aku berdiri dan berlari ke kamar meninggalkan papa dan mama.
-Author POV-
Papa dan Mama Milla terlihat cemas dengan anaknya. Karena hingga malam pun, tak terlihat Milla keluar dari kamarnya. Suasana rumah saat itu sangat menegangkan. Sesekali Mama Milla mencoba mengetuk pintu kamar Milla untuk memastikan apakah Milla baik-baik saja.
Hingga keesokan harinya, Alda diminta datang oleh orang tua Milla Untuk membujuk Milla supaya mau makan. Untung saja Alda diperbolehkan masuk ke kamar Milla. Alda terus menemani Milla di dalam kamar sampai malam. Hingga akhirnya Milla dengan mata yang sembab keluar dari kamarnya. Melihat hal itu mama Milla langsung memeluk Milla dengan haru.
Setelah makan malam, Milla memberanikan diri untuk berbicara pada orang tuanya.
"Aku butuh penjelasan dari papa. Dan banyak yang ingin aku tanyakan kepada papa. Termasuk tentang kuliah aku. Aku ingin semuanya jelas. Aku sadar sebagai anak aku harus menuruti permintaan orang tua. Dan aku akan berusaha untuk memenuhi permintaan papa. Aku gak mau jadi anak durhaka. Tapi aku butuh kejelasan" ucap Milla panjang lebar sambil menahan tangisnya.
"Maafkan papa. Papa jawab semua pertanyaan kamu. Dan tentang kuliah, kamu tetap bisa melanjutkan kuliah kamu sampai selesai ataupun kalau kamu mau melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Calon suami kamu bersedia menyanggupi semua kebutuhan kamu." Ucap papa Milla.
-Milla POV-
Papa menjelaskan semuanya sesuai dengan permintaanku. Sungguh rasanya sakit sekali karena papa dan sahabatnya membuat perjanjian tersebut tanpa memikirkan dampaknya. Tapi melihat papa meminta maaf padaku jauh lebih sakit bagiku. Papa dan mama sudah bersusah payah membesarkan, mendidikku selama ini. Selama ini pun papa dan mama gak pernah menuntutku untuk melakukan sesuatu yang tidak aku suka. Hanya saja aku sadar diri, bekerja keras untuk membanggakan orang tuaku. Aku tau ini sulit, apalagi ini berkaitan dengan pernikahan. Aku bahkan tidak tau rupa calon suamiku. Tapi aku akan melakukannya untuk orang tuaku. Hanya untuk mereka yang kusayang.
"Aku akan nurut sama permintaan papa dan mama. Tapi aku boleh minta syarat?" Tanyaku
"Apa syaratnya Mill?" Tanya mama
"Aku gak tau siapa calon suamiku. Bagaimana rupanya, sifatnya dan lainnya. Jika dia melakukan kdrt atau selingkuh atau dia tidak siap menjadi suami. Aku boleh mengajukan pisah kan?" Ucapku mantap
"Tentu saja nak. Papa juga tidak mau kalau suamimu nanti memperlakukan kamu dengan buruk." Ucap papa bersemangat kembali
"Jadi kamu menerimanya kan?" Tanya mama memastikan. Dan aku jawab dengan anggukan ragu. Seketika papa dan mama yang awalnya begitu tegas dan khawatir menjadi ceria kembali dan langsung memelukku erat. Aku harap aku mengambil keputusan yang tepat.
-Author POV-
Andre, Maya dan Dewi sangat bahagia mendapati anak-anak mereka mau bersatu dalam ikatan pernikahan sesuai permintaan mendiang Jordan.
Pernikahan mereka akan diselenggarakan sekitar 2 minggu sesudah Milla menyetujui perjodohan tersebut. Pernikahan mereka memang diadakan secara cepat karena permintaan Dewi. Pernikahan Ario dan Milla akan diadakan secara privat. Jadi hanya keluarga dan teman dekat saja yang menghadiri pernikahan itu.
Para orang tua mengurus segala keperluan untuk acara pernikahan tersebut dengan suka cita. Karena ini adalah pernikahan Camilla dan Ario, jadi Camilla diminta untuk mencari cincin pernikahan serta gaun yang ia sukai. Camilla bahkan masih tidak tau siapa calon suaminya. Karena saat belanja gaun dan cincin, Milla hanya ditemani oleh Alda dan asisten pribadi Mama Dewi.
Hingga hari pernikahan pun akhirnya tiba. Pernikahan Ario dan Milla diadakan di salah satu gedung mewah, namun bersifat private. Semua berjalan lancar sampai sebelum memulai janji suci pernikahan. (*Author PS: pernikahannya sengaja tidak aku buat mendetail, karena harapannya pembaca bisa membayangkan sendiri pernikahan Ario dan Milla sesuai dengan agama masing-masing)
Camilla dan Ario akhirnya bertemu untuk janji suci pernikahan. Keduanya begitu terkejut saat melihat siapa pasangannya.
"Lho.. kamu??" Ucap Rio dan Milla kompak. Tapi belum sempat untuk melanjutkan pembicaraan, mereka sudah harus segera mengucap janji suci pernikahan.
"Sudah-sudah ngobrolnya nanti aja habis nikah" ucap papa Milla Sehingga mau tidak mau, Milla dan Rio memilih tidak berkomentar lagi satu sama lain.
Dan SAH.
Ario dan Camilla sah menjadi sepasang suami dan istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FIRST AND LAST LOVE
RomanceCerita klasik, cerita ringan tentang perjodohan yang membuat Ario dan Camilla bersatu dalam ikatan pernikahan. Psssst 🤫 ada beberapa unsur dewasanya 18+. Jadi bagi yang di bawah umur, disarankan untuk tidak membaca. Bagi readers yang suka cerita kl...