-AUTHOR POV-
Keesokan harinya, Milla masuk ke ruangannya. Dan ternyata Alda dan teman-teman yang lainnya sudah datang duluan. Pandangan mereka langsung tertuju kepada Milla. Mereka seperti terpana melihat Milla.
"Milla..., kok lu kayak ada yang beda ya?" tanya Alda heran.
"Beda apanya? Perasaan biasa aja deh," jawab Milla sambil duduk di meja kerjanya.
"Iih... iya tauu. Lu ganti gaya makeup?" tanya teman yang lain.
"Gak kok, kayak biasanya aja," jawab Milla lagi
"Tapi iya loo, lu beda banget. Apa pake baju baru? eh tapi ini kan udah pernah beberapa kali lu pake. Rambut juga gak, tapi apa yang beda ya?" tanya Alda masih penasaran.
"Emang beda apanya sih? Perasaan gua kayak biasanya aja deh," respon Milla yang juga ikut penasaran.
"Kayak lebih berseri-seri dan bersinar aja gitu," celetuk teman Milla yang lain.
"Bersinar?! dikira lampu kali gua," canda Milla dan disambut tawa oleh teman-temannya.
Setelah berbincang sedikit, akhirnya mereka mulai fokus pada pekerjaan mereka. Sedangkan Alda masih mempertahankan Milla, tatapannya gak pernah lepas dari Milla. Milla akhirnya mulai menyadari kegiatan sahabatnya itu.
"Apasih, Da?" tanya Milla dengan nada bingung.
"Lu jujur sama gua, deh. Sumpah lu tu beda banget rasanya. Kayak makin cantik aja gitu," jawab Alda sambil tersenyum terpesona.
"Ada gila-gilanya lu ya," ujar Milla tapi pipinya memerah.
"Tapi jujur, gua gak tau juga. Kayaknya gara-gara gua mulai suka deep sleep kalii," lanjut Milla asal. Tapi Alda langsung menangkap sinyalnya dengan sangat cepat.
"Deep sleep? Deep sleep?!" goda Alda yang sudah mulai memikirkan hal-hal kotor.
"Iya, deep sleep...," jawab Milla kesal, tapi dia sendiri seperti tersadar oleh ucapannya sendiri. Dan wajahnya langsung memerah sambil membuang muka.
"Gila lu ya... beneran?!" mata Alda terbuka lebar sambil tersenyum semangat.
"Gila kenapa juga? Kan gua jawab gara-gara deep sleep. Apa yang salah coba? Emangnya lu gak pernah deep sleep?!" jawab Milla sambil terus mengabaikan tatapan jahil Alda.
"Gua pernah deep sleep. Tapi gua tau maksud lu itu apa, Mill. Gilaa, happy banget gua... Nanti makan siang, lu harus traktir gua." goda Alda lagi.
"Yeeuu... Itu mah, elunya aja yang lagi ada maunya," jawab Milla kesal, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia malu. Alda pun langsung memeluk Milla dengan perasaan yang sangat senang.
Milla mencoba menenangkan dirinya, sambil menatap layar komputernya. Sementara itu, Alda sesekali melemparkan senyuman nakal ke arah Milla, membuat Milla merasakan campur aduk antara geli dan malu. Keduanya akhirnya larut dalam aktivitas pekerjaan, sambil sesekali tertawa kecil karena godaan Alda yang terus menghibur suasana.
Saat menuju waktu makan siang, Milla dan Alda kebetulan sedang jalan di sebuah koridor setelah mengantarkan beberapa laporan di beberapa ruangan karyawan lainnya.
Secara kebetulan, Rio keluar dari ruang meeting yang ada di koridor yang sama dengan marah. Sorotan matanya mengkilat tajam dan seperti siap untuk menyeruduk siapapun yang ada di hadapannya. Para Asisten dan anak buahnya mengikuti dia sambil menunduk ketakutan.
Milla dan Alda dengan cepat menepi agar tidak kena semprot oleh Rio. Tapi alih-alih marah, Rio berhenti tepat di hadapan Milla sambil menarik nafas dalam-dalam. Dia membalikkan tubuhnya menghadap ke para anak buahnya.
"Leave me. NOW!" bentak Rio kepada bawahannya. Mereka melompat saking terkejutnya. Dengan ketakutan, mereka semua lari terbirit-birit dari hadapan Rio. Meninggalkan Rio, Milla, Alda, serta asisten Rio yaitu pak Wisnu dan Mbak Fenny.
Milla dan Alda mendadak pucat pasi dan hanya bisa diam membeku melihat Rio membentak karyawan-karyawannya seperti itu.
Rio berdiri diam sejenak, masih menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Alda yang biasanya penuh canda, sekarang tampak tegang di samping Milla.
Mereka berdua tidak berani bergerak atau mengucapkan sepatah kata pun. Rio kemudian membuka matanya dan menatap Milla. Tatapan itu, yang tadinya tajam dan penuh amarah, perlahan melembut.
Milla merasakan perutnya bergejolak, antara takut dan bingung dengan perubahan ekspresi Rio. Namun, dia tetap berdiri kaku di tempatnya. Rio kemudian mendekati Milla, wajahnya tidak lagi menampakkan amarah, melainkan sesuatu yang sulit ditebak.
"Hai, sayang," sapa Rio sambil tersenyum manis kepada Milla.
Alda langsung melotot melihat Rio yang tiba-tiba berubah seperti itu, bahkan para asisten Rio juga langsung terkejut tapi langsung berusaha untuk menyembunyikan senyum mereka.
Milla hanya bisa memandang Rio dengan tatapan bingung. Perubahan drastis sikap suaminya benar-benar membuatnya tak tahu harus bereaksi bagaimana. Jantungnya berdegup kencang, terlebih karena Alda di sampingnya mulai menatapnya dengan tatapan mengejek dan sedikit geli dengan panggilan baru Rio kepada Milla itu.
Rio melirik sekilas ke arah Alda yang tampak bingung namun mencoba menyembunyikan tawa kecilnya. Dengan nada yang lebih lembut namun tetap tegas.
"Kamu udah makan siang, sayang?" Rio melanjutkan.
Alda hampir tersedak udara mendengar panggilan tersebut. Dia langsung melangkah mundur sedikit, memberikan ruang kepada Rio dan Milla meski tetap menahan diri dari tawa.
"Belum... tapi sebentar lagi mau keluar sama Alda," Milla, yang masih memproses kejadian ini, mencoba tetap tenang. Wajahnya sedikit memerah.
Rio memandang Alda sejenak, lalu kembali fokus ke Milla.
"Kita makan bareng ya? Saya tunggu di bawah,"
"Lah, trus saya gimana mas?" protes Alda
"Ya kamu ikut, kan udah janjian sama Milla," jawab Rio.
"Trus saya jadi nyamuk dong?" kesal Alda
"Yasudah, saya ajak Leo sekalian," jawab Rio
"Apaansih? Tiba-tiba banget," kesal Alda. Sedangkan Milla dan Rio tertawa kecil satu sama lain.
"Saya tunggu di bawah. Kalian sama pak Ujang aja," ucap Rio.
"Hati-hati perginya, sayang" lanjut Rio sambil mengedipkan matanya dengan genit kepada Milla.
Tanpa menunggu jawaban, Rio mengangguk sopan ke arah Alda sebelum pergi dengan langkah yang lebih tenang dibandingkan sebelumnya, diikuti oleh asistennya. Alda menatap Rio yang pergi, lalu kembali menoleh ke Milla dengan mulut setengah terbuka.
"Mill... ini beneran mas Rio? Suami lu yang biasanya kaku banget itu? Serius deh, lu kasih dia apa semalam?" tanya Alda
"Apaan sih lu? Gak ada yang aneh kok... dia cuma... ya gitu aja." Milla menatap Alda dengan tajam, meski pipinya semakin memerah.
Alda terkekeh pelan, sambil menyilangkan tangan di dadanya.
"Ah, deep sleep, ya? I see, I see," Alda kembali menggoda.
Milla menghela napas panjang, menunduk sambil menutup wajahnya yang semakin panas.
"Udah, Da, jangan gangguin gua mulu. Kita pergi makan aja yuk," ujarnya setengah malu, setengah putus asa.
Akhirnya Alda mengiyakan walaupun masih sesekali menggoda Milla.
Halo readers.. ada yang mau berteman denganku di Instagram? Bisa follow akun aku di @aloraalvabooks. Kalau readers mau difollback, bisa DM aku aja. Pasti langsung aku follback. Terimakasih atas dukungannya. Nantikan bab berikutnya yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FIRST AND LAST LOVE
Roman d'amourCerita klasik, cerita ringan tentang perjodohan yang membuat Ario dan Camilla bersatu dalam ikatan pernikahan. Psssst 🤫 ada beberapa unsur dewasanya 18+. Jadi bagi yang di bawah umur, disarankan untuk tidak membaca. Bagi readers yang suka cerita kl...