BAB 3 SEPERTI ORANG ASING (3)

253 3 0
                                    

-Milla POV-

"Eh, Mill. Dari mana aja lu?" Tanya Alda saat aku sampai di lobby

"Dari ruangan boss besar nih" jawabku dongkol

"Gila sih tadi, lu yang dimarahin tapi gua yang jantungan. Trus gimana?" Tanya Alda penasaran

"Ya gak gimana-gimana. Disuruh pulang gua. Tapi males, mending disini." Jawabku malas

"Makan siang dulu yuk. Laper nih gua. Kata Kevin observasinya bisa lanjut nanti atau besok sekalian" ucap Alda. Aku pun setuju untuk pergi makan siang dengannya di salah satu cafe terdekat.

"Berarti yang lain belum boleh tau ya kalau lu bininya mas Rio?" Bisik Alda

"Iya gitu.." jawabku malas

"Trus lu tadi dimarahin lagi? Wah parah sih laki lu?" Ucap Alda kesal

"Gak marah sih, cuma nanya aja. Malah gua yang marah ke dia. Lagian tu orang apa-apa bawaannya marah mulu. Darah tinggi kali ya?" Sahutku

"Haha coba lu check deh. Kasian masih muda udah marah-marah mulu" kekeh Alda

"Lu gimana nih? Observasinya nanti atau besok aja?" Tanyaku pada Alda

"Sekarang ajalah, besok tinggal santai sambil nunggu waktu kerjanya. Lu gimana? Perut lu masih sakit gak? Kalau masih sakit, mending lu pulang aja. Biar besok gua temenin observasi" saran Alda khawatir

"Udah amanlah. Gak sakit-sakit banget kayak tadi. Jadi gua ikut lu observasi hari ini. Kalau gua pulang yang ada gua stress." Jawabku.

Setelah makan siang selesai, kami kembali ke kantor untuk melanjutkan observasi. Kami berkeliling dan mencari ruangan kerja untuk kami. Kami bersepuluh terpilih dari jalur prestasi. Ada Kevin sebagai ketua, Doni sebagai wakil, aku sebagai sektretaris, Alda sebagai Bendahara, lalu ada Devi, Lala, Rizky, Hana, Tiara dan Indah. Jujur saja, aku masih belum bisa move on dari Kevin. Tapi aku akan berusaha untuk move on dan belajar mencintai suamiku yang galak. Seandainya aku belum menikah, mungkin ini kesempatanku untuk lebih sering dengannya. Apalagi posisi kamu adalah ketua dan sekretaris. Tapi takdir berkata lain, aku lebih dulu menikah dengan mas Rio.

****

Saatnya pulang, aku menunggu supir di depan gedung. Lalu terlihat mas Rio juga keluar gedung dan masuk kedalam mobilnya. Lalu aku juga segera masuk ke mobil setelah pak Ujang datang.

Setelah cukup jauh dari kantor, tiba-tiba pak Ujang berhenti di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti pak?" Tanyaku penasaran

"Maaf mbak Milla, pak boss nyuruh saya berhenti disini. Katanya mbak Milla pulang dengan pak boss" jawab pak Ujang. Lalu aku melihat mobil mas Rio juga berhenti di depan mobil yang aku tumpangi.

"Yaudah pak, saya turun dulu. Terimakasih banyak pak. Bapak gak usah bantu buka pintu. Saya bisa kok" ucapku menghentikan pak Ujang saat akan keluar dari mobil. Lalu aku pun pindah ke mobil mas Rio.

Hanya keheningan yang tercipta saat aku bersama mas Rio. Aku sekali-kali melirik padanya. Dia benar-benar tanpa ekspresi.

"Kenapa harus pindah sih? Mana dia beneran gak ngomong apa-apa lagi" dongkolku dalam hati.

"Kenapa dari tadi ngeliatin saya?" Tanyanya akhirnya bersuara

"Dih GR, orang lagi liat jalanan" jawabku ketus. Aku masih marah dengannya

"Perut kamu gimana?" Tanyanya lagi. Entah hanya sekedar basa-basi atau benar-benar ingin tau, sama sekali tidak ada bedanya

"Udah mendingan. Cuma sekali-kali masih kerasa sakitnya" Jawabku

MY FIRST AND LAST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang