BAB 9 SEMAKIN DEKAT (3) 18+

709 4 2
                                    

AUTHOR POV

Milla tampak berani menawarkan permintaan tersebut kepada Ario dan Leo, sedangkan teman-temannya selain Alda merasa takut dengan tindakan Milla tersebut. Bagaimana tidak, Ario itu terkenal sebagai CEO yang sangat galak, garang dan jarang sekali ada orang yang bisa dekat dengan dia. Sedangkan Leo merupakan saudaranya Aryo dan juga CEO di perusahaannya sendiri.

Ini bahkan pertama kalinya bagi mereka berbincang dan duduk bersama di luar kantor dalam satu meja. Tentu saja hal itu membuat mereka takut dan segan kepada Ario dan Leo. Tapi tidak dengan Milla yang merupakan istri dari Ario.

"Okay .... Saya setuju, saya akan membiayakan piknik kalian. Tapi tempatnya saya yang urus. Kalian tinggal datang dan bersenang-senang," ucap Rio memutuskan.

Tentu saja, kalimat yang terucapkan dari mulut Rio itu langsung membuat teman-teman Milla merasa lega dan senang. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Ario akan mengabulkan permintaan Milla. Setelah cukup lama bercengkrama Mereka pun akhirnya mengakhiri pertemuan itu dan memutuskan untuk kembali ke kantor.

Sesampainya di kantor Milla diam-diam pergi ke ruang kerja Rio. Dia masuk ke ruang kerja Rio. Terlihat Rio sedang memeriksa beberapa berkas.

"Mas ... Kamu gak pulang? Kamu gak jet lag kah?" tanya Milla sambil menghampiri Rio di meja kerjanya.

"Kenapa? Saya masih mau di sini," sahut Rio

"Ya, istirahat gih sana. Jangan kerja mulu!" tegas Milla

"Okay, saya mau pulang. Tapi kamu juga pulang," tawar Rio

"Dih, apaan? Ini belum jam pulang kali mas. Yang ada aku kena marah," jawab Milla

"Siapa yang berani marahin kamu emangnya?" tanya Rio sambil menyipitkan matanya pada Milla

"Ya bukan gitu, tapi aku magang. Kalau aku pulang sesuka hati nanti gak enak sama yang lain," jelas Milla

"Okay then ... Saya gak mau pulang, gak mau istirahat. Coba bayangkan kalau saya pulang sendiri dengan keadaan ngantuk trus nanti ...," cerocos Rio

"Ada pak Ujang yang stand by di kantor," potong Milla.

Tapi percuma saja, Rio tetap punya beribu alasan agak Milla ikut pulang bersamanya. Sampai akhirnya Milla menyerah dan memilih untuk pulang bersama Rio.

Sesampainya di Penthouse mereka, Milla memaksa Rio untuk bersih-bersih dan segera tidur. Rio pun menurut, karena dia sebenarnya memang sudah merasa sangat mengantuk.

Detik berganti menit, menit berganti jam, hari pun semakin malam. Milla mulai bersiap-siap untuk tidur sedangkan Rio masih telat dengan sangat nyenyak.

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul satu malam. Rio mulai terbangun dari tidurnya. Dia berusaha untuk kembali tidur, tetapi matanya sama sekali tidak mau terpejam. Dia bermain dengan ponselnya. Lalu dia kembali bosan dan turun ke lantai satu. Ia hanya berkeliling tanpa ada tujuan. Ia tampak begitu bosan. Ia lalu pergi ke ruang kerjanya, tetapi dia hanya duduk termenung tanpa melakukan apapun.

Sampai akhirnya dia kembali ke kamarnya di lantai atas. Dia duduk di sofa lalu mulai menyalakan TV dan memutarkan film. Tapi dia kembali tampak bosan.

Rio lalu mulai melirik pada Milla yang masih tertidur pulas. Dia mendekati tubuh Milla dan mengecup keningnya lembut. Dia memperhatikan wajah Milla yang tenang. Dia tersenyum menatap wajah Milla, tampak seperti kebanggaan baginya. Lalu Rio terlihat memikirkan sesuatu sambil menatap bibir Milla.

Dengan tenang, dia memeluk tubuh Milla dan mengecup bibir Milla. Tidak ada respon sama sekali dari Milla, yang membuat Rio semakin tertantang. Dia kembali mencium bibir Milla, dan kali ini ia melumatnya dengan pelan. Akhirnya Milla terbangun dan tersentak dengan ciuman itu. Tapi Rio tidak peduli dan masih asik melumat bibir Milla.

Cukup lama ciuman itu berlangsung, hingga harus berhenti karena mereka kesulitan bernafas. Rio menatap Milla dengan sorotan mata tajam. Sorotan matanya penuh dengan nafsu, seperti hendak menerkam Milla.

"Besok kamu libur aja," bisik Rio dengan suaranya yang sudah sangat serak.

Lalu dia membuka bajunya dan kembali melumat bibir Milla dengan nafsu. Milla terlihat berusaha menghentikan tindakan Rio tersebut. Tetapi tenaga Rio terlalu besar untuk dilawan oleh Milla.

Rio terlihat seperti singa kelaparan, sedangkan Milla terus-menerus mencoba menghentikan ciuman dari Rio. Sampai akhirnya, Milla bisa menghentikan ciuman tersebut. Dan berusaha untuk berbicara.

"Mas ... tunggu!!" ucap Milla dengan nafas tersengal

"Apa?" tanya Rio yang sepertinya sudah diselimuti nafsu

"A-aku ... B-belum ...," ucap Milla ragu.

"Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi," potong Rio karena nafsunya sudah berada di ujung tanduk.

Rio kembali melumat bibir Milla dengan sangat rakus. Milla pun tampak mulai terbuai dengan sentuhan dari Rio. Tangan Rio mulai menjelajahi tubuh Milla. Ciuman Rio mulai turun pada leher Milla dan meninggalkan beberapa kiss mark di sana.

Sesaat ciuman Rio semakin ke bawah, Milla kembali tersadar dan menghentikan tindakan Rio agar tidak lebih jauh. Milla dengan segera menangkup wajah Rio dan menatapnya dalam.

"Mas berhenti ... Please ...," ucap Milla

"Kenapa lagi? Saya sudah menunggu cukup lama, saya tidak mau menunggu lagi," ujar Rio

"Aku belum bisa, karena lagi mens," ucap Milla dengan ragu

Tapi akhirnya Milla mengungkapkannya. Rio terdiam dengan pengakuan Milla. Dia terlihat ragu dan sedikit malu. Dengan perlahan dia turun dari ranjang tanpa mau melihat kearah Milla. Lalu dia begitu saja pergi keluar kamar sambil membanting pintu.


MY FIRST AND LAST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang