-AUTHOR POV-
Audrey duduk di sebuah meja, dan mulai memesan makanan untuk dirinya sendiri. Di tengah suasana restoran yang ramai, pikirannya masih terfokus pada sosok Rio yang baru saja dilihatnya. Dia merasa terpesona, meskipun saat ini dia tidak tahu siapa pria itu sebenarnya.
"Kayaknya dia orang penting," gumamnya pelan. Dia mencoba menebak apa yang membuat pria itu begitu karismatik, dari cara dia berdiri hingga aura tenang yang terpancar. Audrey tidak bisa menahan rasa ingin taunya meski wajahnya dingin, ada sesuatu yang membuatnya merasa tertarik.
Audrey mengalihkan pandangannya ke pintu ruang private tempat Rio duduk. Dengan rasa ingin tauu yang menggelora, dia bertanya-tanya tentang siapa mereka semua. "Siapa sih dia? Apa dia CEO atau mungkin seorang pengusaha sukses?" pikirnya berusaha mencari petunjuk.
Saat makanan disajikan, Audrey tetap tidak bisa melepaskan pandangannya dari pintu. Dengan hati-hati, dia mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari informasi lebih lanjut tentang restoran ini dan siapa saja yang mungkin datang ke sini. Mungkin ada cara untuk mengetahui lebih banyak tentang Rio tanpa harus langsung bertanya.
"Kalau dia orang penting, pasti ada cara untuk mengetahuinya," gumamnya lagi sambil mengangkat gelas dan menyesap minuman. Dalam hatinya, dia sudah merencanakan langkah-langkah untuk mendekati pria misterius itu. Dia tau, saat pertemuan itu tiba, dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam.
Dengan senyum percaya diri di wajahnya, Audrey merasakan bahwa malam ini adalah awal dari sesuatu yang menarik, sesuatu yang mungkin bisa membawanya lebih dekat dengan sosok yang telah menarik perhatiannya.
Audrey mulai memakan pasta yang ada di piringnya, tetap berusaha mencuri pandang ke arah pintu ruang privat. Dengan setiap suapan, pikirannya semakin melambung.
"Dia pasti jodohku," gumamnya pelan pada dirinya sendiri, merasa bahwa takdir mempertemukan mereka di restoran itu.
"Lihat saja, kita berdua sama-sama menarik. Apa lagi yang bisa ditambahkan?" Senyum lebar merekah di wajahnya saat membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
"Dia punya aura yang kuat, dan aku bisa merasakannya," lanjutnya, semakin bersemangat.
"Mungkin kita akan saling jatuh cinta dalam pandangan pertama. Atau... mungkin dia butuh seseorang yang bisa mengerti dirinya dan membantunya dalam semua hal," katanya seraya membayangkan dirinya sebagai sosok yang dapat mendukung dan memahami Rio.
"Bayangkan kalau dia melihatku dan langsung jatuh hati," Audrey berfantasi sambil mengatur rambutnya dengan percaya diri.
"Dia pasti akan terpesona dengan pesonaku yang tidak tertandingi ini. Mungkin aku harus memperkenalkan diriku secara langsung saat dia keluar dari ruangan itu,"
Audrey mulai merencanakan cara untuk menarik perhatian Rio. Dia membayangkan bisa mengajaknya berbicara tentang bisnis dan berakhir dengan tawaran untuk berkolaborasi, tidak hanya di dunia kerja tetapi juga dalam kehidupan pribadi mereka.
"Pasti dia akan suka padaku, dan kita akan menjadi pasangan yang sempurna," pikirnya makin percaya diri dengan angan-angan itu.
Sambil tertawa kecil pada pikirannya sendiri, Audrey berusaha membayangkan momen indah di mana dia dan Rio menjadi pasangan yang saling melengkapi, tanpa menyadari bahwa dunia nyata sering kali lebih rumit daripada impian.
Setelah beberapa saat terbenam dalam khayalan, Audrey mendengar alunan musik yang mulai mengisi restoran. Suara merdu penyanyi itu membuatnya teralihkan, dan ketika dia melirik ke arah ruang private, dia menyadari bahwa kerumunan orang lain di restoran juga terfokus pada penampilan tersebut dan restoran semakin ramai karena masih berada di waktu makan siang.
Audrey mencoba kembali memfokuskan pikirannya, tetapi suara dan suasana sekitar membuatnya sulit berkonsentrasi. Dia lanjut makan, namun rasa makanan yang lezat itu tak mampu mengalihkan pikirannya dari sosok misterius yang berhasil membuatnya terpesona.
Setelah selesai makan, Audrey meletakkan sendoknya dengan pelan, lalu menyesap minuman terakhirnya. Dia kembali melirik ke arah ruang private yang kini mulai terlihat sepi.
"Mungkin dia masih di dalam," pikirnya, berharap untuk melihat Rio keluar dari ruangan.
Dengan rasa penasaran yang menggelora, Audrey berdiri dan berjalan menuju pintu ruang privat. Namun saat dia sampai di sana, hatinya serasa jatuh ketika melihat bahwa ruang itu sudah kosong.
"No way..." gumamnya pelan, merasakan kekecewaan menjalar di dadanya.
Dia berusaha meyakinkan diri bahwa mungkin Rio hanya pergi sebentar. Tetapi saat dia meninjau sekitar, tidak ada tanda-tanda bahwa Rio baru saja keluar.
"Kok bisa aku nggak sadar?" pikirnya merasa sedikit putus asa.
Audrey menghela napas panjang, merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa lebih cepat. Namun, dia tahu ini bukan akhir dari segalanya.
"Aku harus cari tau siapa dia," tekadnya, merapikan rambutnya dan berusaha kembali percaya diri.
Audrey berdiri sejenak di depan ruang private yang kini kosong. Dia merasa sangat kecewa, namun keteguhannya untuk menemukan siapa pria misterius itu malah semakin kuat.
"Aku nggak boleh menyerah," gumamnya mencoba meredam rasa kesal karena kehilangan jejak. Dia mulai memutar otak, mengingat-ingat detail kecil yang mungkin bisa menjadi petunjuk, bahkan meski hanya dari sosoknya saja. Dia mencoba menyusun rencana dengan cermat.
Audrey mengambil ponselnya dan mulai mengetik sesuatu, mencoba mencari informasi tentang siapa saja tokoh-tokoh penting yang sering makan di tempat ini.
"Kalau dia benar-benar seseorang yang penting, pasti ada informasi di luar sana yang bisa ku gali," bisiknya penuh tekad.
Namun, tak satu pun hasil pencariannya memberikan petunjuk langsung tentang sosok pria yang tadi menarik perhatiannya. Audrey pun berhenti sejenak, lalu merenung.
"Mungkin aku harus sering ke sini. Kalau ini tempat favoritnya, pasti aku akan bertemu lagi dengannya," ujarnya pada dirinya sendiri, menanamkan rencana untuk lebih sering mengunjungi restoran ini di kemudian hari.
Dengan semangat yang mulai berkobar lagi, Audrey tersenyum penuh percaya diri. Dia menutup ponselnya dan berjalan keluar dari restoran, dengan keyakinan bahwa pertemuan berikutnya hanya tinggal menunggu waktu.
Sambil melangkah menuju mobilnya, Audrey membayangkan berbagai skenario yang mungkin terjadi saat dia bertemu Rio lagi. Setiap detail dalam khayalannya dipoles dengan sempurna seolah pertemuan itu akan berjalan persis seperti yang ia rencanakan.
"Ini hanya masalah waktu," katanya pelan, tersenyum tipis. Di dalam hatinya, Audrey merasa bahwa misteri ini bukan sekadar kebetulan belaka. Mungkin memang ada sesuatu yang sedang mempertemukan mereka berdua, karena ini kali kedua Audrey melihatnya.
Begitu Audrey masuk ke dalam mobilnya, dia berencana untuk menyusun strategi baru untuk kesempatan berikutnya, memastikan dirinya siap untuk membuat kesan terbaik. Meski pertemuan hari ini belum berbuah hasil, Audrey yakin dirinya akan menemukan cara untuk mengenal pria itu dan merangkai pertemuan yang akan menjadi kisah menarik dalam hidupnya.
Halo readers.. ada yang mau berteman denganku di Instagram? Bisa follow akun aku di @aloraalvabooks. Kalau readers mau difollback, bisa DM aku aja. Pasti langsung aku follback. Terimakasih atas dukungannya. Nantikan bab berikutnya yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FIRST AND LAST LOVE
RomanceCerita klasik, cerita ringan tentang perjodohan yang membuat Ario dan Camilla bersatu dalam ikatan pernikahan. Psssst 🤫 ada beberapa unsur dewasanya 18+. Jadi bagi yang di bawah umur, disarankan untuk tidak membaca. Bagi readers yang suka cerita kl...