-AUTHOR POV-
Setelah Ario marah di ruang kerja Mahasiswa magang. Alda terlihat berjalan dengan lesu. Ia merasa bersalah pada Milla. Ia benar-benar tidak mengharapkan hal seperti ini terjadi.
"Alda, kamu kenapa?" Sorak Leo mengejutkan Alda
"Mas, maksud saya pak Leo" sapa Alda yang terlihat canggung
"Gak usah panggil pak. Panggil seperti biasa aja" minta Leo
"Gak enak saya pak, nanti saya ditanya-tanya kenapa manggil mas. Trus nanti malah ngerembet ke Milla lagi" cicit Alda
"Yaudah, kalau ada yang lain gapapa panggil pak. Kalau kondisinya berdua kayak gini, cukup panggil saya seperti biasa saja" saran Leo
Setelah itu, mereka saling berbincang satu sama lain. Bahkan Alda memberi tau Leo tentang kejadian yang sebenarnya terjadi sehingga Milla dan Rio bertengkar kembali. Alda mengungkapkan dia merasa bersalah pada Milla.
"Menurut saya, sepertinya Rio cemburu pada Milla" ungkap Leo
"Haah? Cemburu? Emangnya mas Rio udah suka sama Milla?" Alda terkejut dengan pernyataan dari Leo
"Kan sepertinya, belum tentu benar" jawab Leo tampak berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Tentu hal itu langsung membuat Alda curiga. Tetapi ia berpura-pura tidak terlihat curiga pada ucapan Leo tadi. Leo pun seperti salah tingkah dan memilih pamit pergi kembali ke kantornya.
Walaupun merasa salah tingkah, Leo sempat-sempatnya modus meminta nomor ponsel Alda. Lalu ia pergi dengan tergesa-gesa.
****
"Milla.. gua mau ngomong penting" Alda begitu heboh berlari ke arah Milla yang sedang makan siang.
"Iih ngagetin aja lu. Keselek nih gua" Milla sampai batuk-batuk karena kaget
"Yaa sorry.." Ucap Alda sambil menepuk-nepuk lembut pundak Milla
Setelah dirasa sudah membaik, Alda langsung menceritakan pertemuannya dengan Leo termasuk ucapan Leo yang membuat Alda merasa curiga. Milla tentu percaya dengan ucapan sahabatnya itu.
Sekarang Milla maupun Alda dilanda kebingungan dengan kebenaran ucapan Leo tadi.
"Menurut gua sih, mas Leo tadi itu keceplosan walaupun dibalut kata 'sepertinya'. Soalnya gak mungkin dia tiba-tiba gugup habis ngomong gitu" Ucap Alda penuh keyakinan
"Bisa juga sih. Aaaarghh bingung gua. Tapi kalau dia beneran suka sama gua, kenapa dia marah-marah terus? Bahkan kesannya malah kayak gak suka sama gua. Kalaupun cemburu, sama siapa coba?" Milla benar-benar frustasi
"Yaa, kan dia suami lu. Harusnya lu lebih tau kalau suami lu tipikal yang ngomongnya satu dua aja. Dengan dia marah-marah ke elu. Berarti dia bisa ngomong lebih banyak ke elu. Ya walaupun caranya salah sih, sampai ngebentak lu kayak gitu. Marahin lu di depan orang-orang. Trus kalau cemburu, kali aja cemburu sama Kevin. Secara suami lu tu orang kaya, punya banyak anak buah. Dia bisa aja dengan mudah dapetin informasi tentang elu. Dan tau kalau lu suka sama Kevin. Jadi setiap lu lagi berdua sama Kevin, haha hihi sama Kevin, darahnya langsung mendidih" Alda mencoba menjelaskan pemikirannya
"Kapan gua berduaan sama Kevin sih?. Gua gak tau ah Da. Otak sama hati gua tu jadi gelud. Otak gua sedikit setuju sama yang lu bilang, tapi hati gua masih sakit nih." Milla memukul pelan kepalanya
"Atau gua yang terlalu cepat ambil kesimpulan ya?. Kenapa gua jadi ikutan pusing mikirin lu sama suami lu sih?" Gerutu Alda
Pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan itu hanya membuat mereka semakin overthinking. Mereka masih terus berdebat dengan pemikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FIRST AND LAST LOVE
RomantizmCerita klasik, cerita ringan tentang perjodohan yang membuat Ario dan Camilla bersatu dalam ikatan pernikahan. Psssst 🤫 ada beberapa unsur dewasanya 18+. Jadi bagi yang di bawah umur, disarankan untuk tidak membaca. Bagi readers yang suka cerita kl...