Just Wait and See

3.7K 447 106
                                    

Pagi guys, selamat pagi buat yg lagi searching for love, for life, even happiness in this such complicated world

Eh, sebenernya kmaren gue ultah 😂😂😂
Ada yg mau ucapin gak nih sebelum terlambat😒😒😒

Sebenernya gue juga lupa klo ultah kmaren, spouse gak bilang apa2 and no one remember it😭😭😭 but when I got home, she already bought a birthday cake😂😂
Maaf dengan gaya duduknya, emang ane ini agak petakilan

Sebenernya gue juga lupa klo ultah kmaren, spouse gak bilang apa2 and no one remember it😭😭😭 but when I got home, she already bought a birthday cake😂😂Maaf dengan gaya duduknya, emang ane ini agak petakilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyway, happy reading! Have a nice day popes!





Tidak, Freen tidak paksa ambil lagi itu uang dan kartu kreditnya yang kini lenyap ditelan saku Becky.

Lagipula gadis itu tak mengindahkan apapun perkataannya karena sepanjang perjalanan pulang. Dia menyetel speaker mobil dengan begitu keras dan membuat konser sendiri dalam mobil.

Untung suaranya bagus. Not bad, lah.

Plus, selera musiknya. Well, the songs are all good. Beberapa bahkan favorit Freen.

Sampai berganti lagu lain, suara drum keras, disertai vokal ramai yang bikin suasana mobil tampak seru.

Drove by your old apartment

Becky baru saja bernyanyi satu kalimat dengan nada semangat. Tapi suara Freen tiba-tiba memotong, kalau tadinya ia hiraukan. Tapi kali ini ia dengar hal lain yang buat Becky langsung tengok ke arahnya.

"Nightly? You like Nightly?" tidak semua tahu Band Nightly, it's kinda hidden gem tho. Jadi Freen terlihat senang kalau penyanyi yang dia suka ternyata dikenal oleh orang lain selain Nam-itu juga karena ia sering perdengarkan semua lagunya.

"Of course! One of my fave!" Suaranya kelewat kesenangan, bukan hanya bersaing dengan suara musik, tapi ternyata Freen juga tahu Nightly. Tidak menyangka.

I miss you like hell!

Lalu keduanya bernyanyi pada reff pertama, suasana yang tadinya kaku entah hilang kemana. Freen bahkan menggoyang bahu dan berbagi lirik dengan Becky yang dengan senang hati membalas.

"What else you like?" Freen bertanya, setelah satu lagu habis. Sejak tadi, isi lagu HP Becky-tersambung bluetooth ke Speaker mobil-adalah lagu dari Prettymuch, Why Don't We, Before You Exit, dan terakhir yaitu, Nightly. Yang kebanyakan dari lagu mereka sangat bagus dan asik buat menari telanjang di dapur.

"I like alot, can't name it all. But I'm a fan of Taylor Swift songs too. She's great."

"She's just not great." Kalau ngomongin soal Taylor, bukan hanya bisa dipuji hebat. Tapi juga, "She's the GOAT."

"I know right?!" Becky jelas langsung setuju. She's definitely The Greatest of All Time!

Tak sangka ya, hanya karena lagu saja, mereka bisa bicara layaknya orang normal. Tidak perlu nge-gas dan semburkan napas neraka dengan pakan emosi yang luar biasa.

Freen sampai bisa tersenyum memandangi, apalagi melihat betapa excited Becky menceritakan bahwa saat kuliah dulu, ia pernah main Band dan jadi Vokalis. Tapi bagian yang lucu adalah,

"Kita sudah buat kayak, lima lagu buat Demo dan siap ditampilkan. Tapi waktu itu aku malah sakit tenggorokan. Aku kehilangan suaraku. Mau dibatalkan pun tidak bisa, karena kita sudah menunggu penampilan ini sejak lama. Kalau beruntung, kita bisa dapat panggilan record dan bikin album resmi.

Tapi mau bagaimana, aku tidak bisa bernyanyi dan dipaksa untuk maju." Becky bahkan ingin sekali menangis meratapi hidupnya saat itu. Ketika penantian tampil malah jadi bencana karena ia kehilangan suaranya.

"Lalu bagaimana?" Freen melirik menatap Becky sejenak-penasaran, lalu kembali fokus ke jalanan.

"Of course it went bad! Aku bahkan jadi trauma sehabis tampil karena semua penonton mencemooh dan meneriakiku seperti suara ayam." Urgh, Becky melipat tangan sambil memutar bola mata ketika harus mengingat kejadian dimana ia diturunkan paksa dari panggung karena suaranya. Mereka semua pikir dirinya tidak bisa bernyanyi dan hanya naik panggung untuk candaan semata.

"Awh, poor you." Freen tidak bermaksud terkikir meledek, itu hanya reflek karena membayang bagaimana ngenesnya Becky saat itu. Pasti perasaannya malu dan kacau.

Namun cemberut di wajah cantik dan lirikan mata menyungging ke arahnya buat ia menggeleng keras. "Maksudnya, kamu pasti merasa sangat buruk sampai bisa trauma."

"Kalau kamu jadi aku, pasti sudah ke laut untuk tenggelamkan diri."

Aw, jadi kena bully lagi.

Memang ya, tidak mudah bicara dengan gadis seperti Becky. Tapi setidaknya. Perjalanan mereka tidak terus dilingkupi dengan pertengkaran seperti yang sebelumnya terjadi.

Bahkan saat sampai rumah. Becky sempat berterimakasih, meskipun kemudian berlari secepat kilat masuk rumah tanpa pedulikan teriakan Ibunya yang memanggil.

"Terimakasih ya, Freen. Jadi merepotkan. Kamu pasti sudah payah mencari dia." Sang Ibu mengelus lengan Freen yang tengah tersenyum canggung.

"Tidak sama sekali kok, Tante." Orang ketemunya juga tidak sengaja. Mana tahu kalau Becky malah jadi anak kaburan dan dicari orang tua.

"Jangan panggil Tante lagi. Mulai sekarang, biasakan panggil Mami."

"Mami." Freen mengikuti perintah, menggumam kata sampai dia kembali ke mobil dan melihat dari belakang kaca spion, rumah kedua orang tua Becky yang sama besar seperti milik orang tuanya.

What a lucky person we are, to have rich parents, good life, and might also, good future.

Freen tersenyum, Becky mungkin tidak seburuk apa yang dipikirkannya dahulu. Mereka dulu memang masih kecil, emosian, dan tengil.

Tapi lihat saja.

Lihat nanti.

You Belong With Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang