Apocalypse

2.9K 392 101
                                    


Sore guysss😁😁😁
Gak tau sih ini aku nulis sambil sakit kepala ya Tuhann😭😭😭
Jadi mohon maap ya kalo aneh
Karna aku kangen kalian, makanya lemparin aja dah biarin😭😭😂😂
Happy reading, love ya'll 🥰🥰🥰

Sore guysss😁😁😁Gak tau sih ini aku nulis sambil sakit kepala ya Tuhann😭😭😭Jadi mohon maap ya kalo anehKarna aku kangen kalian, makanya lemparin aja dah biarin😭😭😂😂Happy reading, love ya'll 🥰🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah diskusi panjang tanpa harus saling adu mulut. Akhirnya mereka memutuskan untuk; Becky diantar tidak langsung di depan kantor untuk menghindari ketahuan banyak orang.

Meskipun terasa konyol—setidaknya bagi Freen begitu. Namun Becky beralasan, ia tidak mau jadi pusat perhatian dan masih ingin bekerja seperti perempuan karir biasa, yang sekiranya orang lain tidak melihat dia lebih dari itu.

Jadi Freen menurut saja, paling tidak Becky masih mau diantar. Padahal meskipun dirahasiakan, toh kalau mereka jadi menikah juga semua orang bakalan tahu.

Iya, itupun kalau jadi.

Loh, harus jadi, dong!

Freen tegakkan badan. Memasuki kantor dengan sapaan banyak pegawai serta senyuman yang ia balas. Sambil memikirkan kapan Becky sampai sini. Ia harus mengecek meja dan kursi baru yang disiapkan khusus untuk Becky di dekat ruangannya.

Ia jelas tahu, menempatkan posisi, serta tempat kerja baru bakalan membuat semua orang bertanya-tanya. Tapi ia lebih memilih diam dan biarkan bisikan itu menggaung kemana-mana.

Sampai seorang perempuan datang, keluar dari lift dengan heels mengetuk lantai, wangi menguar ruangan, serta kecantikan yang berterbangan.

Semua orang membisik—membicarakan dengan pelan, apakah dia anak baru itu?
Apakah meja itu untuknya?

Kenapa Bos mereka terus berdiri di depan ruangannya dengan pintu terbuka?

Seolah menunggu si perempuan yang baru saja datang.

Namun disambut Freen dengan tatapan kelihatan garang dengan tangan dipinggang. Akhirnya dia datang juga. Ia hampir saja menyusul dimana Becky berada kalau perempuan itu tidak juga sampai kesini.

Tapi perempuan yang lagi ditatapinya, lebih sibuk melihat antara meja baru serta posisi tempat yang begitu dekat dengan ruangan si Direktur ini. Becky jadi merasa posisinya lebih seperti satpam daripada seorang sekretaris.

Ya ampun, dia pasti beli meja baru. Kalau begini ia kelihatan jadi terlalu diistimewakan. Padahal sudah jelas minta main adil dari awal. Mungkin itu kenapa sedari tadi ia jalan kesini, semua orang menatapi. Duh, sangat mencolok apa dirinya ini?

Jadi untuk menguapkan tatapan heran dan pikiran bertanya-tanya. Becky tidak mau langsung duduk sebelum menyapa mereka.

“Hallo. Nama saya Becky, senang berkenalan dengan kalian semua.” Ia tebarkan senyum manis. Memandangi para staff yang sejak tadi penasaran dengan dirinya. Ia kalau bisa menyalami satu persatu dari mereka, namun tiba-tiba Freen dengan posesif langsung maju dan menutupi tubuh mungilnya dengan bahu lebar itu.

You Belong With Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang