Red Handed

4.3K 471 75
                                    

Guys gue update aja ya hari ini, besok mau semedi lagi, tunggu minggu depan ya buat update selanjutnya.

Love ya'll

Happy reading!

MINGGU DEPAN YA UPDATE LAGINYA, GUE MAU SEMEDI! AWAS AJA KALO PADA NAGIH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MINGGU DEPAN YA UPDATE LAGINYA, GUE MAU SEMEDI! AWAS AJA KALO PADA NAGIH.






“Becky, Princess—“ sang Ibu yang baru saja buka pintu, melotot sambil menutup mulut.

Saksikan sang Anak yang memeluk Freen dengan erat dari balik selimut.
Bukan cuman itu, Freen yang ternyata sudah bangun pun, ikutan kaget dan tak kalah melotot melihat sang calon mertua.

What’s this?!” tidak, ibunya tidak berteriak. Malahan menahan suara hingga terdengar seperti bisikan yang sedikit menahan kesal.

“Tante, I’m so sorry. Please don’t kill me.” Freen takut sekali disembelih. Ini sangat memalukan baginya.

Why would I kill you, Freen?”

“Ini bukan seperti—“ Freen menggeleng kepala keras, namun kalimat pembelaan itu segera dipotong oleh yang lebih Tua.

“Bukan seperti apa? Seperti yang terlihat sekarang?” sang Ibu menggerakkan tangan ke udara untuk memperlihatkan bukti nyata. Bahwa mereka jelas melakukan sesuatu yang lebih dari memeluk. Sang Ibu paham betul maksud dari penampakan kedua bahu telanjang yang saling peluk itu.

“Atau kau bilang ini hanya kecelakaan? Tidak sengaja? Tidak bermaksud? No-no, Freen. Kamu tidak bisa berkata demikian jika kamu ternyata melakukannya sampai selesai.” Selesai mean, until you having orgasm.

“Mi?” sang Ayah yang baru datang menyusul, ikut masuk lalu perlihatkan reaksi yang sama dengan Istrinya. “What’s this? What happen?” meskipun dia kaget, namun ekspresinya segera berubah tenang, mengambil ponsel, lalu memfoto si kedua pelaku yang mesra di atas ranjang sana sebagai bukti nyata.

They did it.” Sang Istri menjawab, nada masih berbisik.

“Kalian tak bisa menahannya, ya?” setelah dapat angle foto yang bagus, pria paruh baya itu menyimpan kembali ponsel, lalu berkacak pinggang hadapi Freen yang merasa terpojokkan.

Apes, sebab wanita itu bangun duluan dan mesti ketangkap basah begini.

We should call your parent later, we’re gonna talk about this.” Mereka seharusnya jangan dulu melakukan, tapi kalau sudah terjadi begini. Mau bagaimana? Lagian, ajaib sekali. Baru kemarin sekali, mereka ini saling marah-marah dan membenci. Tapi kenapa hari ini malah berakhir tidur di ranjang yang sama?

“Freen, I gave Becky to you now.” Sang Ibu resmi melepas Becky sebagai anak untuk menjadi manusia lain dengan status yang berbeda nanti. “You should take care of her. She might acted like princess in a minutes, but changed different in a second. You just have to be patient with the duality of her.” Ia memberi wejangan.

Tapi Freen yang masih terlalu malu dan kebingungan menghadapi situasi, memerahlah itu wajahnya.

“Nanti kita bereskan barang-barang Becky keluar, dan bawa dia ke apartemenmu.” Sang Ayah berkata seperti sebuah perintah.

Yang makin membuat bingung Freen, “Maksudnya, Om?” ini, kok. Belum menikah tapi sudah pindahkan ke tempatnya maksud bagaimana?

Bukan Om yang jawab, tapi si Tante yang bilang, “Freen, kamu akan kecanduan dengan Becky. Apalagi Mami tahu this is your first.”

Wh-what?!

“Kita sudah mengenalmu dari bayi, meskipun kau takkan bicara hal-hal seperti itu pada para orang tua, kau pasti bilang pada Nam.” Nam si mata-mata segalanya.

“Keputusan ini sudah bulat, orang tuanmu juga pasti setuju. Mulai sekarang ... Becky akan tinggal bersamamu.”

The heck!

~~*~~

Becky yang masih belum sadar, tahu-tahu sudah di usir dari rumah saja.

Awalnya, ia bangun. Lalu lihat Freen yang pasang muka kaget dan melotot. Entah menatap siapa. Padahal pintu kamar tertutup rapat.

Ketika ia bangun telanjang dan pamerkan tubuh indahnya dari belakang, Freen baru teriak heboh. Sementara ia biarkan saja dan lebih memilih mandi dengan tenang.

Namun saat ia baru saja keluar dengan bathrobe habis mandi dan keramas, semua pakaiannya dikeluarkan paksa, terbungkus dalam koper lalu ia dan Freen—yang pakai pakaian secara asal-asalan. Dikeluarkan dari rumah dengan cara tak terhormat.

What just happen?! Mi?!” Becky hendak meminta penjelasan kenapa dirinya malah diusir begini. Namun pintu yang tadinya terbuka, segera ditutup hingga ia tak bisa masuk.

What on earth! Mami! Papi?! Why you guys doing this?!

“Ayo, pulang.” Freen sudah pegang koper, meraih tangan Becky yang tampak tak paham.

“Apa maksudmu dengan pulang?”

Maksudnya dengan pulang adalah, Becky yang dibawa ke apartemen Freen.

The heck, we haven’t even get married, tapi sekarang aku dipaksa hidup bersamamu?” Becky mendebat dalam perjalanan.

It’s just two weeks until we say the vow.” Freen menyetir mobil dengan lemas, wajah kusam, dan rambut berantakan seperti habis memberantas setan.

“Aku bahkan belum bilang setuju atau tidak menikah denganmu!”

I know.” Freen menjawab dengan nada yang juga terasa tak bertenaga. Tapi kenapa mereka berdua malah sudah tidur bersama begini?

Becky mengembus napas kesal, dirinya ini mau saja lagi dibawa seperti ini. Tapi yang bikin ia kaget, jatuhkan tas hingga mata melotot adalah, ketika melihat interior apartemen Freen yang diisi dengan banyak Gudetama.

Ini seperti rumah telor ceplok.

Shit.

“Sebetulnya aku tidak punya kamar kosong. Karena aku isi semua dengan koleksiku.”
Dan kalian tahu koleksi yang dimaksud oleh Freen?

Shit, lagi.

Becky sampai melongo jatuhkan rahang. Menyaksikan kamar yang katanya itu lumayan kosong dan bisa dihuni.

Ternyata penuh dengan koleksi berbagai macam boneka, mungkin dibeli dari berbagai toko Disney di dunia. Terutama lukisan Gudetama yang terpajang besar di tembok sebelah tempat tidurnya.

What a view, Freen.

This is worse.” Becky menggeleng keras. Tidak-tidak, ia takkan mau tinggal di kamar ini.

“Kamu harus lihat kamarku kalau mau lihat yang lebih besar lukisannya.”

Heck, No. Freen, kamu psikopat.” Mending Becky nginap di hotel saja daripada mesti tinggal dengan semua karakter kartun itu.
Jadi ia balik badan, menyeret koper. Tapi perkataan Freen hentikan langkahnya melanjut.

“Kamu mau menggembel di luar sana?”

What a sarcas.

Becky mendelik tajam pada wanita lebih tua. “Terima kasih sudah mengingatkan.” Itulah kenapa Becky mau-mau saja dibawa kesini.

Karena apa? Ya karena dia telah diusir, semua kartu kredit dan tabungan dibekukan, serta tak punya banyak teman kecuali di luar negeri sana.

Becky tak bisa mengandalkan siapapun disini kecuali keluarga dan orang dekat. Lah, orang dekatnya malah cuman Freen doang.

Bagaimana, dong?

Sial.

Jadi dengan terpaksa, mau tidak mau. Becky mesti membaur diri dengan semua koleksi aneh Freen ini.

You Belong With Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang