Give Her Bogem Mentah

1.6K 242 30
                                    

Pagi guys😁😁😁

Iya gue nongol lagi😂😂😂 jangan bosen2 ya, gue emang nyebelin dan suka bacot😂😂

Ampe dikatain bini, kamu tuh banyak ngomong ya. Bukan ngomong penting, tapi yg penting ngomong😭😭😭
Abis itu kenak mental aing, tapi ketawa2 ngeledek dia😂😂

Anyway, have a nice everyone!
Happy reading y'all!🥰🥰🥰

Maap ya ges, Bapak kita tidak peka😭




Nam yang marah dengan sang Adik, jelas saja langsung pergi ke apartemen Freen. Ia harus melabrak si amatir itu untuk cepat sadar dari dungunya. Kalau bisa dipukul lalu jadi pintar, Nam akan lakukan, bahkan jika harus menyewa pemuka agama untuk mendoai agar dia punya sedikit kewarasan, bakal ia bayar mahal!

Itulah kenapa saat ia akhirnya di depan pintu, lalu melihat wajah ngang-ngong Freen yang biarkan ia masuk apartemen tanpa ba-bi-bu.

Nam segera menampar kedua bahunya hingga wanita itu kaget dan berteriak.

“NAM!”

You stupid animal.” Tentu saja langsung dihinalah si Freen ini. Mana ada sih, Nam bakal berpihak padanya.

Ia jelas kesal kenapa adiknya ini punya otak tapi tak bisa buat berpikir. Pikirannya cuman perusahaan terus.

“Aku belum cerita!” padahal Freen barusan mau telepon dia dan bertanya apakah Becky datang ke tempatnya atau orang tua mereka. Namun sang Kakak tanpa kasih tahu, telah bertamu dengan membawa bogem mentah untuknya.

“Aku tidak perlu dengar suara dari mulut bodohmu itu!” Ia menjewer dengan gemas, tak peduli teriakan Freen yang minta ampun bahkan ketika sang Adik hampir menyatu muka dengan lantai saat kekuatannya makin besar dikeluarkan.

“Lepaskan, tolong!” Freen memukul-mukul lantai tanda menyerah, takut kupingnya lepas. Tolong ia tidak mau cacat.

“Kau tahu Freen, kenapa Becky mau bekerja denganmu?!” Nadanya masih galak, tapi cengkeraman jari terhadap kuping Freen telah dilepas hingga biarkan dia berdiri untuk hadapi dirinya.

“Kenapa?” Freen masih pegangi telinganya yang merah menyala, tapi bertanya ‘kenapa’ dengan pasang muka pasrah bercampur polos. Serasa membuatnya makin salah, sebab Nam kembali melemparkan tangan untuk mencubit sedikit lemak pada lengannya.

“Aw, Nam!”

Bodoh betulan dia.

Because she’s trying so hard for this! Kalau dari awal dia memang tidak suka denganmu. Pasti dia akan lari dari hari pertama dikasih tahu akan menikah. Tapi nyatanya apa? Dia bertahan disini, bahkan betah tinggal bersamamu yang super abstrak tapi bernapas ini. Kamu harusnya jadi orang lebih dewasa. Kenapa tingkahmu malah mundur jaman?” Nam mesti menutup mata untuk ambil napas setelah nge-rapp tanpa jeda demi bisa mengomeli si bodoh ini.

“Freen ... Dia bukan perempuan yang hanya akan bermain-main selain memikirkan segala sesuatu secara matang. Becky, sudah berjuang sangat keras mencoba mengenalmu dalam hubungan ini. Tapi kau memperlihatkannya dengan cara yang salah. Kau membuat Becky berjuang sendirian, kau sudah menyia-nyiakan kesempatan ini dari awal.”

Nam tidak percaya bahwa dalam beberapa jam baik-baik saja. Segera berubah menjadi malapetaka. Bukan cuman kerugian waktu serta uang, namun kehilangan calon anggota yang cocok untuk keluarga mereka sangatlah tidak diterima.

“Kamu cinta tidak sih, sama Becky?!” Bentaknya dengan kesal. Hampir menjitak tapi Freen mundur selangkah dengan muka ketakutan.

“Tentu saja aku mencintainya!” Freen menjawab dengan teriakan sama, tapi detik kemudian langsung mewek sebab merasa tertampar akan perkataan sang Kakak.

Sejak beberapa jam ini, ia hampir stress mencari entah kemana Becky. Lihat saja rambut, serta kancing kemeja yang lepas satu itu. Ia bahkan tidak makan dan mandi sampai jam malam begini. Becky tidak bisa dihubungi, pun kedua orang tuanya yang juga kebingungan mencari.

“Lalu apa kau bilang itu padanya?! Apa kau cuman bisanya bercinta dengan Becky tanpa bilang cinta?!” Maaf, Nam tidak bisa hentikan untuk membentak si bocah kualitas loading lama ini.

“A-aku ...” tidak mengatakannya. Entah harus mulai dari mana berkata, ia selama ini cuman bisa menatap penuh gembira tanpa bisa bicara. Begitu sulit bilang, aku mencintaimu. Sebab ia belum pernah nyatakan kata itu pada siapapun.

Ia kira hanya dengan segala perhatian, kasih sayang, dan semua pengertian yang mereka coba jalani. Adalah sebuah cinta juga.

Jadi, apakah ia masih perlu mengatakan?

Sampai tak sadar, seketika mengingat senyum Becky yang begitu manis, hingga membuat air matan tiba-tiba jatuh. Yang buat Nam jadi tak marah dan hanya menghela napas.

“Freen.” Nam memeluk sang Adik yang kini menangis dengan penuh penyesalan. Ia paham, menjalani sebuah hubungan tanpa pengalaman sangatlah rawan, rentan, dan rapuh. Jadi ia ingin tetap ingatkan dia yang masih harus banyak belajar.

“Dengar kataku ya, aku tahu kamu masih amatiran dalam hal romansa seperti ini. Kamu memang baik, pengertian, dan mencintai Becky dengan segala kemampuanmu. Tapi kalau aku tanya apakah kau sudah katakan mencintainya, namun ternyata belum. Tolong lain kali bilang, ingatkan kalau kau mencintainya.” Nam merasakan getaran itu makin kencang, Freen menangis sesegukan. Mungkin diikuti dengan banyak penyesalan. Sudah lama ia tidak melihat dia menangis, terakhir kali entah kapan. Mungkin saat mereka kecil.

“Maafkan aku.” Freen menggumam, lalu tersedak oleh air matanya sendiri. Tangisannya nyaring, seperti kesakitan yang mengosongkan dada.

“Minta maaflah pada Becky, jangan denganku.” Nam mengingatkan, lalu menjitak kepala sang Adik yang masih dipeluknya dengan gemas. “Dasar bodoh.” Ia kemudian melepaskan dengan tangan menangkup dua sisi bahunya. Berusaha tegarkan agar Freen banyak belajar.

“Ingat, Freen. Seperti kau memesan makanan tanpa bicara, kau takkan dapatkan makanan yang kamu inginkan selain piring kosong. Mengerti?”

Yang diangguki Freen dengan manut, air mata penuh, dan bibir turun ke bawah. Persis seperti seorang bocah.

“Kesimpulannya adalah, kau harus mengklaim perasaanmu terhadap Becky. Katakan padanya kalau cinta, katakan kalau suka. Kalau kau pikir Becky pasti akan mengerti bahwa kau menyukainya tanpa bicara karena aksimu sangat nyata. Oh tidak, tuan muda. Becky barangkali mengerti. Tapi kalau kau tidak mengambil propertimu, orang lain mungkin mengakuinya dan dia bisa saja lari dengan siapapun karena kau tak pernah ungkapkan apa-apa padanya.”

“Iya, aku akan katakan padanya. Aku akan bilang apapun yang aku rasakan.” Freen mengusap mata dengan cepat, menegakkan badan saat sang Kakak memukul bahu untuk memberikan semangat.

“Bagus! Lalu kemana Becky sekarang?”

“A-ku ... Tidak tahu huaaa...” Freen malah menangis lagi. Itulah sebabnya ia kelimpungan sendiri sejak tadi.

“Kamu jangan menangis!” Nam sontak membentak karena gemas. Bagaimana bisa umur tiga puluhan tahun seperti bocah begini?

“Aku melihat kamarnya, dia sudah packing koper. Aku takut dia kabur betulan.”

“Dia takkan kabur.”

Freen yang tadinya masih sesegukan, seketika diam untuk bicara, “Bagaimana kamu bisa yakin?”, bertanya dengan penuh penasaran. Dari semua tingkahnya Becky, selama ini tak ada yang bisa menebak semua keputusannya.

“Dia tidak kabur tanpa kopernya, Freen.” Nam memutar mata tak percaya bagaimana adiknya tidak berpikir. “Setidaknya dia bakal balik untuk ambil koper, lalu mungkin kabur meninggalkanmu.”

Bukannya menenangkan seperti tadi, Nam malah menyalakan asap yang hampir padam. Cuman buat Freen teriakkan namanya dengan kesal.

“Nam!”

You Belong With Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang