tigapuluh tiga ; grup?

994 76 35
                                    


"Jeno."

"Jeno, jangan main game terus, ini dulu dikerjain."

"Sebentar,"

"Dari dua jam yang lalu sebentar-sebentar mulu."

"Kali ini beneran sebentar lagi,"

Dara nggak menjawab, cewek yang semula lagi baca buku itu menutup buku nya kasar. Lalu merapikan barang-barangnya.

"Mau kemana?" Atensi Jeno teralihkan begitu melihat Dara bangun dari duduknya, mengembalikan buku yang semula dipinjam ke beberapa rak yang ada disana.

"Kok beres-beres? Lo mau kemana?"

"Mau pulang."

"Gue kan belum selesai ngerjainnya."

"Bodo, gue mau pulang."

Jeno menahan tangan Dara membuat cewek itu kembali duduk di kursinya. Mukanya udah asem plus ketu karena dicuekin Jeno berjam-jam.

Jeno paham sih, emang dia salah. Jeno ngajak Dara ke perpustakaan kota yang kebetulan nggak begitu jauh sekalian belajar. Jeno juga mau ngerjain soal-soal latihan yang belum dia pelajari. Dara yang memang sekalian mau cari referensi belajar ya ngikut aja. Tapi Dara dibuat kesel karna faktanya Jeno malah asik main game. Padahal anak itu udah janji nggak bakal main game selama ujian.

"Jangan dulu pulang," Jeno menggeser kursinya, merapikan helaian rambut Dara lalu menyelipkan nya ke telinga. "Maaf, jangan kesel sama gue."

Dara nggak menoleh, pura-pura sibuk main hape. Menyahut dengan suara agak keras. "Terus gue harus kesel sama siapa? Sama satpam penjaga perpus?"

"Iya maaf, kecilin suaranya. Nanti diliatin."

Dara cemberut seketika. Kalo aja ini bukan perpustakaan pasti dia udah teriak-teriak ke Jeno.

"Sana kerjain lagi."

"Iya tapi lo jangan marah,"

"Iya engga, udah buruan."

Jeno akhirnya nurut. Dia ngerjain soal punya dia yang baru diselesain setengah tadi, yang dia tinggalin karena diajak mabar bareng Renjun. Haduh, Renjun. Itu anak kalo lagi bandel ya begini. Maksa anak orang buat mabar, padahal Jeno udah bilang dia lagi belajar.

Kurang dari tigapuluh menit Jeno selesai. Kemudian baru sadar kalo dia nggak ngerasain pergerakan dari cewek disampingnya. Pas nengok, Jeno baru sadar kalo cewek disampinnya ini ternyata tidur. Dengan lengan bertumpuk yang dijadikan bantalan.

Jeno tersenyum. Lalu menyingkirkan helaian rambut yang sengaja Dara kedepanin supaya nutupin muka dia karena nggak mau ketauan tidur tadinya. Apadaya kalo Dara beneran pules. Jeno sedikit nyesel pas inget daritadi dia udah nyuekin Dara. Pantes aja sih Dara marah.

"Ra,"

Jeno mengusap kepala Dara pelan. Mohon maaf mas Jeno, kalo dielus gitu yang ada mah tambah pules bukannya bangun.

"Ra, ayo pulang."

Dara membuka matanya, mulutnya refleks berucap ketika wajah Jeno ada didepan matanya, cuma jarak beberapa sentimeter. "Subhanallah,"

Jeno ketawa dengernya, "Gue emang ganteng,"

Dara berdecak malas, "Jangan tambah kepedean."

"Nggak, Ra enggak." Jeno membereskan kertas-kertas punya dia dan memasukkan kedalam tas. "Ayo pulang, udah sore."

"Iya emang udah sore." Dara bangun lalu mengikuti langkah Jeno. "Lo sih pake acara main game segala. Coba kalo nggak, bisa pulang siang kan bisa tidur lebih lama dirumah."

Geng Motor | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang