02.

8.3K 577 19
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Tolong antarkan pesanan ini untuk pelanggan vip nomor 3" Pinta seorang pekerja bagian dapur pada Alaina.

Alaina segera melaksanakan apa yang di perintahkan padanya. Dengan sigap dan telaten ia bawa nampan yang cukup besar itu.

"Permisi" Ujarnya ramah sambil menata rapi pesanan diatas meja. Tanpa memandang kemana-mana mata teduh namun tajam itu hanya terfokus pada nampan yang ia bawa.

"Alaina" Seruan itu datang dari seorang pelanggan yang tengah ia layani.

Akhirnya mau tak mau Alaina angkat pandangannya, detik itu juga nafas wanita empat puluh tahun itu tercekat sesaat. Tak menyangka kembali bertemu dengan pria yang menjadi penyebab hidupnya hancur.

Sekian detik mata mereka bertemu, namun langsung saja Alaina putuskan pandangannya lebih dulu.

"Apa ada pesanan tambahan tuan-tuan?" Tanya Alaina seramah mungkin. Mengabaikan sosok yang baru saja memanggil namanya. 

Karena tak ada pesanan tambahan Alaina segera bergegas keluar dari ruang vip itu.

Namun begitu dirinya keluar tangannya juga turut di genggam oleh sosok yang memanggilnya tadi.

"Bisa kita bicara sebentar" Ujar Pria itu dengan suara bas-nya.

Alaina mendongak karena memang tubuh pria itu menjulang tinggi, melempar tatapan tajamnya setajam pisau yang masih baru.

"Saya rasa kita sudah tidak ada urusan lagi semenjak terakhir kali kita berbincang" Ucap Alaina penuh penekanan. Tak lupa tangannya menghempaskan tangan kekar yang masih setia menggenggam pergelangan tangannya.

Rasa sakit hati Alaina tak bisa rasanya ia tahan, namun mengingat ia masih berada di tempat ramai dan sedang bekerja mau tak mau harus ia tahan rasa sesak itu sedemikian kuat.

"Tolong izinkan saya untuk bicara sebentar" Ucap Pria itu penuh harap.

Alaina membuang pandangannya ke arah lain, mencoba menahan air matanya yang hendak menetes.

"Saya sedang bekerja tak ada waktu untuk bicara, saya permisi" Ujar Alaina lantas berlalu menuju bagian dalam restoran.

Tangan yang tak lagi semulus dulu itu menggenggam erat nampan yang ia pegang, seolah melampiaskan rasa sesak di dadanya.

"Pak apa boleh saya pulang lebih awal, anak saya tengah sakit" Ujar Alaina begitu ia sampai di ruangan kepala pelayan. Menjadikan putranya alasan adalah hal yang tepat.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang