07

7.1K 558 28
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Sergio duduk di kursi samping brankar, tangan kekarnya mengelus pelan punggung tangan Jeftha yang terlelap. Wajah manis nan mungil itu masih terlihat pucat meski jauh lebih baik dari sebelumnya, sebagian wajahnya tertutup masker oksigen karena anak itu butuh oksigen lebih untuk bernafas. Punggung tangan kirinya turut tertancap infus, di pandangi Sergio dengan lamat, tak lupa sesekali ia kecup punggung tangan kanan Jeftha yang terbebas dari infus.

Alaina berada disana, duduk di sofa menyaksikan Sergio dalam diam. Klinik di malam hari ini terlihat sunyi, hanya ada dua perawat yang berjaga serta satu dokter. Untung saja Jeftha hanya kelelahan serta demam, sehingga tak perlu di rujuk ke rumah sakit. Namun tetap saja saran dokter agar kesehatan bocah lucu itu di jaga dengan baik, mulai dari pola makan, tidur, serta tak boleh terlalu lelah.

"Pulanglah, biar saya saja yang menjaganya" Seru Alaina pelan.

Sergio berbalik menatap wajah Alaina, lantas menggeleng pelan menolak.

Alaina mendengus di buat.

"Dia akan baik-baik saja, anda dengar sendirikan ucapan dokter tadi" Bujuk Alaina sekali lagi.

"Apa salah jika aku menemani putraku yang tengah sakit?" Tanya Sergio.

"Tidak, tidak ada yang salah. Tapi anda juga punya keluarga di rumah" Jawab Alaina membuat Sergio bungkam.

"Sudah cukup hidup saya begini, saya hanya tak mau dianggap perusak rumah tangga orang lain Tuan Sergio" Jelas Alaina kembali.

Sergio beralih menatap sang putra, anaknya itu tengah dalam pengaruh obat tidur.

"Pulanglah" Ujar Alaina.

Sergio mengangguk pelan.

"Tapi izin kan aku menemuinya besok" Pinta Sergio.

Alaina mendengus lantas mengangguk pelan.

Sergio bangkit dari duduknya, mengusap surai Jeftha lembut dan mengecup dahi hangat Jeftha.

"Papa pulang dulu ya, besok Papa temuin Jeftha lagi" Gumam Sergio.

"Sekali lagi terima kasih Alaina" Ucap Sergio lantas berlalu dari klinik.

•••

Senyum di bibir Jeftha tak luntur sedikitpun sejak tadi, bibirnya sibuk tersenyum sambil mengunyah. Semua itu karena Alaina yang tengah menyuapinya, anak manis itu senang bukan kepalang, di suapi oleh sang ibu sudah lama sekali tak Jeftha rasakan.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang