18

7.4K 554 18
                                        

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Terima kasih Papa" Ucap Jeftha begitu Sergio mengantarnya pulang.

Sergio mengangguk, jika ia tau mobil bisa masuk ke pemukiman jika lewat jalan satunya, Sergio sudah pasti akan mengantar putranya sampai di depan pintu rumah, tidak di ujung gang sempit disana.

"Yaudah Papa pulang dulu ya, jangan capek-capek dulu langsung istirahat" Pamit Sergio dibalas anggukan lucu oleh sang anak.

"Jeje pulang" Seru Jeftha begitu memasuki rumah, jam sudah menunjukan pukul tujuh malam.

Sergio baru mengantarnya pulang setelah makan malam tadi.

"Kenapa bisa sampai ke rumah papa mu?" Todong Alaina pada Jeftha yang baru saja masuk.

Tadi siang Sergio menghubunginya dan mengatakan jika Jeftha berada di rumahnya, dan akan diantar pulang saat malam.

"Tadi Jeje sama bang Dipta di kejar anjing Bunda, terus Jeje di bawa sama abang pulang ke rumah Papa" Jawab Jeftha sambil menunduk, anak itu merasa nada suara ibunya seperti tengah marah padanya.

Alaina mendengus mendengarnya.

"Yaudah sana masuk ke kamar" Ujar Alaina lalu kembali fokus pada televisi jadul mereka.

Dengan patuh Jeftha pun beranjak menuju kamarnya, namun langkah kecil itu tertahan saat Alaina kembali bersuara.

"Bunda nanti mau pergi kaya biasa, pintu gak usah di kunci sama gak usah tungguin Bunda pulang" Ucap Alaina.

"Jeje boleh tanya ke Bunda gak?" Tanya si kecil.

"Tanya soal apa?" Balas Alaina.

"Bunda pergi kemana? Akhir-akhir ini Bunda pergi malam terus" Tanya Jeftha memberanikan diri.

"Anak kecil gak perlu tau, mau Bunda pergi kemana itu urusan Bunda kamu gak usah banyak tanya, lagian kamu pikir Bunda betah di rumah terus, Bunda juga butuh waktu buat senang-senang" Jawab Alaina sedikit keras, Jeftha sedikit takut mendengar jawaban ibunya.

"Jeje minta maaf Bunda" Cicit Jeftha.

"Udah sana masuk kamar" Usir Alaina lalu kembali fokus pada televisi.

•••

Pukul satu dini hari Jeftha terbangun, dadanya kembali terasa sesak dengan nafas mengi, anak manis itu bangkit dari tidurnya dan duduk di pinggiran ranjang. Tangannya mengusap pelan dadanya yang terasa nyeri dan sesak.

Diluar tengah turun hujan, akhir-akhir ini hujan sering sekali turun saat malam telah larut. Udara menjadi dingin dan lembab, penderita asma seperti Jeftha sangat tidak berteman baik dengan cuaca seperti ini.

Jeftha meraih inhalernya di atas meja belajar di dekat kasurnya, lantas anak itu menyemprotkan obat hirup itu pada mulut mungilnya. Lalu mencoba menghirup nafas perlahan dan teratur, berharap nafasnya dan sesaknya berkurang.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang