03.

7.6K 558 24
                                    

¤¤¤UDAH UP NIH JANGAN LUPA VOTE-NYAKALAU LUPA KITA GAK KAWAN🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
UDAH UP NIH JANGAN LUPA VOTE-NYA
KALAU LUPA KITA GAK KAWAN🙏

¤¤¤

"Bunda kok pulang cepet?" Tanya Jeftha yang tengah sibuk menyapu halaman rumah.

Alaina tak menjawab ia hanya belalu masuk mengabaikan sang anak, Jeftha tak ambil pusing ia kembali melanjutkan acara menyapunya.

Setelah semua sampah terkumpul di bawah pohon, Jeftha meletakan sapu lidinya di samping rumah. Setelah itu masuk ke dalam rumah, namun begitu masuk asap rokok terlihat menguar di dalam rumah. Ibunya pasti tengah merokok didalam.

"Masuk..." Seruan dingin dari Alaina saat melihat Jeftha hendak keluar rumah, suara itu membuat Jeftha mau tak mau melangkah semakin dalam ke dalam rumah.

"Lanjutin pekerjaan mu" Ujar Alaina.

Jeftha mengangguk pelan lantas menuju dapur, Alaina mengekor mengikuti sang anak tak lupa masih dengan rokok yang menyala dan ia hisap.

Tak ia pedulikan Jeftha yang terbatuk akibat asap rokoknya, melihat sang anak tersiksa entah kenapa membuatnya merasa sedikit puas, berharap sakit yang Jeftha rasakan akan laki-laki itu rasakan juga. Padahal nyatanya tidak sama sekali, sosok Jeftha bahkan sudah dianggap gugur oleh ayah kandungnya sendiri.

"Uhuk..Jeje boleh masuk ke...uhuk...kamar Bunda?" Tanya Jeftha pelan, batuk anak itu semakin menjadi.

Jeftha terbiasa dengan hal ini, jika Alaina sengaja merokok di dekatnya itu berarti ibunya tengah dalam kondisi ada masalah.

Alaina hanya mengangguk sebagai jawaban, ada rasa tak tega sedikit saat melihat anak itu kesakitan, ingat hanya sedikit tidak lebih.

Jeftha langsung meraih inhaler miliknya, menyemprotkan benda itu sebanyak dua kali. Menghirup rakus oksigen disekitarnya, menetralkan dadanya yang terasa menyempit.

Anak itu elus perlahan dadanya, berharap sesak itu hilang.

•••

Disisi lain Sergio tengah duduk di ruang kerjanya, pria itu tengah memijit kepalanya yang terasa pusing. Bertemu kembali dengan Alaina setelah dua belas tahun lebih tak terlihat, membuat rasa bersalah yang sempat tak ia ingat kembali terasa.

Bahkan selama itu ia menutupi hal ini dari istrinya dan kedua putranya.

"Bara masuk" Sergio berucap sedikit keras agar orang yang ia suruh mendengarnya.

Bara sosok itu lantas masuk begitu mendengar suara tuannya memanggil.

"Bawakan padaku salah satu anak buah mu, yang terbaik" Ujar Sergio.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang