13

6.3K 528 23
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Malam hari pun tiba, sudah waktunya untuk makan malam bersama. Yiana kini tengah menuju lantai dua rumahnya, apalagi jika bukan memanggil kedua putranya. Sedangkan Sergio dan Jeftha sudah lebih dulu menunggu di meja makan.

Baru saja Yiana hendak mengetuk pintu kamar Dipta, namun pintu kamar itu lebih dulu terbuka. Menampilkan sosok sang putra sulungnya dengan pakaian rapi, celana jeans hitam di padukan dengan kaos oblong putih dan jaket kulit hitam. Benar-benar membuat si sulung itu terlihat menawan.

"Loh rapi gini mau kemana?" Tanya Yiana.

"Abang mau keluar sama temen Ma" Jawab Dipta membuat bahu Yiana merosot lesu.

"Gak bisa besok ya nak?" Tanya Yiana mencoba membujuk si sulung.

"Gak bisa Ma udah janji, lagian Abang malas kalau satu meja sama anak itu" Jawab Dipta membuat Yiana menatap putranya itu sedih.

Namun Yiana mencoba paham, ia tak bisa memaksa sang putra untuk langsung menerima sosok Jeftha.

"Yaudah, pulangnya jangan kemaleman ya" Ucap Yiana.

Dipta hanya mengangguk lantas mengecup pipi sang ibu sebelum beranjak pergi.

Lantas Yiana beralih mengetuk pintu kamar anak keduanya.

"Abang Dean yuk makan malam" Ajak Yiana kembali menggoda Dean.

Dean keluar dengan wajah masamnya.

"Ma stop panggil gitu" Protesnya membuat Yiana tersenyum.

"Iya-iya deh, gitu aja ngambek" Ucap Yiana.

Sesampai keduanya dia ruang makan, Yiana langsung mengambil posisi di samping Jeftha. Wajah Jeftha langsung berubah tegang karena hadirnya Dean, anak itu terlihat sedikit pucat akibat gugup.

"Jangan gugup gitu dong, Abang gak makan manusia loh Dek" Ujar Yiana mencairkan suasana.

"Dipta kemana sayang?" Tanya Sergio.

"Si Abang lagi keluar, katanya ada janji sama temen" Jawab Yiana, tak mau memberikan alasan lebih karena takut sang suami sedih.

Sergio mengangguk.

Makan malam pun di mulai, Yiana dengan telaten melayani suami dan anaknya. Mengambilkan nasi dan lauk yang mereka ingin kan.

Jeftha sesekali mengangkat tatapannya dan melirik Dean, begitu pula Dean yang merasa di lirik oleh bocah kecil di hadapannya.

Yiana sampai menahan senyum melihat wajah kedua anaknya itu. Sergio sendiri sedikit lega karena Dean tak terlihat begitu menghindar.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang