21

7.1K 572 33
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤


Sergio memandang sendu putra kecilnya yang terbaring lemah, wajah mungil itu sebagian tertutup oleh masker oksigen. Untung saja suhu badan Jeftha sudah mulai normal.
Selang infus tak ketinggalan, sudah beteger apik dipunggung tangan kiri putranya.

Yiana tengah membuat menu makan malam untuk mereka, sekaligus menyiapkan untuk anak kecilnya yang tengah sakit. Sedangkan Dipta dan Dean kini duduk di depan televisi, namun keduanya tak begitu fokus, masih sedikit kepikiran dengan insiden sore tadi.

"Abang-abang ayo makan dulu, Mama mau ke kamar adek dulu buat anter ini. Kalian duluan aja ke meja makan" Seru Yiana lantas beranjak menuju kamar Jeftha.

"Mas makan dulu gih sama anak-anak, biar adek aku yang urus" Ujar Yiana.

"Biar Mas aja yang jagain adek, mending kamu yang nemenin anak-anak makan" Tolak Sergio.

Yiana menghela nafas.

"Justru Mas yang harus nemenin anak-anak, biar gak canggung lagi. Sekalian ngobrol-ngobrol siapa tau anak-anak luluh" Bujuk Yiana.

Sergio lantas terdiam sejenak, lalu mengangguk.

"Yaudah Mas titip adek ya" Ucap Sergio lalu mengecup dahi Jeftha dan Yiana bergantian.

Begitu Sergio pergi Yiana pun lantas mencoba membangunkan si kecil. Anak manis itu harus makan dan minum obat sesuai anjuran dokter Frans.

"Adek...sayang bangun dulu yuk" Ucap Yiana pelan, sambil mengelus pipi yang sedikit tertutup masker.

Karena tak ada respon Yiana pun mencoba menusuk pipi selembut mochi itu. Siapa tau empunya terusik dan bangun.

Jeftha melenguh dan mengerjap lemah, Yiana tersenyum saat usahanya membangunkan si kecil berhasil, walaupun sebenarnya tak tega mengganggu tidur anak itu. Tapi sudah jadwalnya untuk makan dan minum obat.

"Makan dulu ya sayang, masih sesak gak?" Tanya Yiana memastikan jika melepas masker itu tak membuat putranya sesak.

Jeftha menggeleng pelan, lantas Yiana pun membantu si kecil melepas benda itu. Lalu membantu juga si kecil untuk duduk.

"Makan dulu ya, abis itu minum obat biar bobok lagi" Ucap Yiana, si kecil hanya mengangguk patuh.

Suap demi suap Yiana berikan pada sang anak, Jeftha begitu patuh menerima. Tidak seperti anak-anak yang jika sakit rewel, si kecil ini cenderung patuh dan tenang.

"Hebatnya anak Mama buburnya habis" Puji Yiana membuat Jeftha tersenyum malu.

Yiana menyuapkan pil obat pada Jeftha, dengan baik anak itu menelannya dibantu dengan air putih hangat.

"Selesai..." Ucap Yiana sambil mengelap pinggiran bibir si kecil dengan tissue.

"Tadi abang nakal gak sama Adek?" Tanya Yiana, sebenarnya ia sudah bertanya ini pada kedua putranya, apakah anak-anaknya itu nakal pada si kecil, dan keduanya mengaku tidak. Jadi Yiana hanya ingin memastikan saja.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang