27

6K 496 14
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Jeftha kini tengah duduk manis menikmati tayangan televisi, pekerjaan rumah yang biasa anak manis itu lakukan sudah beres, dan di jamin ketika ibunya pulang nanti tak akan marah.

Cukup lama anak itu duduk dengan televisi menyala, suara decitan pintu mengalihkan tatapannya dari televisi. Terlihat Alaina disana dengan wajah datarnya seperti biasa. Jeftha tersenyum saat Alaina menatapnya, namun ibunya itu hanya berlalu tanpa membalas. Entah perasaan Jeftha saja atau bagaimana, ibunya terkesan lebih dingin padanya.

Jeftha jadi sedikit menyesal karena telah mengikuti ibunya ke Bar, ibunya jadi lebih dingin dan pendiam. Tapi di satu sisi Jeftha tak mau ibunya ke tempat seperti itu.

Makan malam tiba, Jeftha duduk dengan manis di kursi kayu meja makan. Alaina tak bersuara namun tangan wanita dewasa itu telaten mengambilkan nasi dan lauk putranya. Melihat diamnya sang ibu, Jeftha jadi takut bersuara. Anak manis itu dalam diam menikmati nasi putih serta teri balado yang ibunya masak. Sesekali Jeftha melirik sang ibu yang juga diam menikmati makan malamnya.

Hampir tujuh menit terlewati, Alaina selesai lebih dulu dengan makanannya.

"Nanti kalau udah selesai piring kamu jangan lupa di beresin" Seru Alaina setelah membereskan piring bekas miliknya di tempat piring kotor.

"Iya Bunda" Balas Jeftha pelan, lalu anak manis itu menatap punggung ibunya yang menjauh dan hilang di balik gorden pintu kamar milik ibunya.

Jeftha segera menyelesaikan sesi makan malamnya, entah kenapa hatinya terasa gelisah melihat sikap ibunya.

Setelah selesai membereskan bekas makannya, Jeftha memilih masuk ke dalam kamar. Jeftha juga yakin ibunya tak akan pergi ke Bar lagi seperti biasanya.

Begitu sudah berada di dalam kamar, anak manis itu duduk di meja belajarnya. Mulai membereskan buku-buku untuknya sekolah besok, setelah selesai Jeftha menatap dua boneka yang anak itu letakan di atas meja. Wajah murungnya sedikit membaik saat melihat boneka itu, lalu tangan manisnya membuka laci dibawah meja belajarnya, lalu mengeluarkan dua buah mobil mini yang Dipta berikan.

Mungkin terkesan sedikit kekanak-kanakan untuk anak laki-laki dua belas tahun bermain boneka atau mobil-mobilan mini, tapi sejak kecil Jeftha tak pernah dibelikan mainan oleh Alaina, anak manis itu cenderung dipinjamkan oleh anak tetangga saat bermain bersama. Atau Jeftha membuat mainan sederhana bersama anak-anak tetangga lainnya, entah itu dari barang bekas atau bambu.

Jeftha sejak kecil sudah paham jika hidupnya susah, melihat ibunya bersusah payah mencari duit membuat anak itu tak pernah banyak mau. Biaya hidup yang tak mudah di kota besar sudah pasti menyulitkan Alaina, belum lagi Jeftha yang sering sakit-sakitan sejak kecil membuat Alaina harus bisa mengatur penghasilannya.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang